Chapter 22: •Intro•

1.4K 226 13
                                    

Crimson mengerjapkan matanya ketika matahari menampakan diri ke sudut ruangan. Ini bukan mimpi, karena tangannya masih sakit ketika ia cubit. Ia diam cukup lama menatap langit-langit kamar dengan napas teratur, termenung dengan tatapan kosong.

Tiba-tiba ada ketika di pintu yang pelan dari depan yang membuat Crimson harus memaksa tubuhnya untuk duduk sambil merapikan rambutnya.

"Mrs. Jeanice!" ucap Crimson sedikit berteriak.

"Sst, panggil aku maddam." Ujar Mrs. Jeanice sambil menutup pintu kamar itu.

"Ada apa?" tanya Crimson.

"Aku dengar kau bertemu dengan Mikail tadi malam." ujar Mrs.Jeanice

"Jadi namanya Mikail?" ujar Crimson pelan hampir seperti berbisik.

"Apa yang terjadi?" tanya Mrs. Jeanice yang terlihat penasaran.

"Dia menolongku tadi malam, ada makhluk aneh yang tiba-tiba muncul." ujar Crimson santai.

"Apakah kau menanyakan kenapa dia berkeliling istana tadi malam?"

"Tidak, aku tidak menanyakannya." ujar Crimson sambil menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, kau dan Peter harus tetap mengawasi dia, itu tugas kalian." ujar Mrs. Jeanice

"Memangnya ada apa dengan dia?"

"Lakukan saja!"

"Baiklah Mrs. Jeanice. Aku harap ini cepat berakhir."

"Akan kutolong kau dengan rambutmu."

"Kali ini tolong..., buatlah sesederhana mungkin." Kata Crimson dengan wakah khawatir mengingat terakhir kali Mrs. Jeanice menata rambutnya.

============

"Crimson!" Panggil Peter.

"Peter, aku tidur sangat nyenyak tadi malam." ujar Crimson dengan wajah cerah dan polesan bedak tipis berkat Mrs. Jeanice yang memaksa Crimson untuk menggunakannya.

"Ya, seperti aku tidak tahu tadi malam ada yang terjadi." ujar Peter.

"Dinding di tempat ini menyeramkan." Kata Oliver sambil menyikut pelan Crimson dengan penuh arti.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Peter yang kali ini lebih serius.

"Aku tidak apa-apa untungnya." ujar Crimson.
Lalu mereka melempar pandangan satu sama lain.

"Ayo kita pergi ke ruang makan." ujar Oliver yang memecah keheningan diantara mereka.

"Nona." ujar seorang pelayan dengan wajah gugup.

"Ehm...i-iya?"ujar Crimson yng kesulitan berjalan dengan korset ketat yang dipasangkan oleh Mrs. Jeanice.

"Setelah makan siang nona akan ditunggu di ruang utara." ujar pelayan wanita itu.

Crimson baru saja akan pergi sebelum ia melihat bercak biru aneh di tangan pelayan wanita itu yang ia coba untuk sembunyikan dibalik bajunya.

"Ehmm...apa yang terjadi dengan tangannu?" tanya Crimson yang terlihat khawatir.

"Saya tidak apa-apa." ujar pelayan wanita itu.

"Coba sini saya lihat." kata Crimson yang mencoba mendekati pelayan itu.

Pelayan itu semakin terlihat aneh karena menghindar. Keringat dingin yang jelas-jelas membuat Crimson menaruh curiga.
Ketika Crimson sadar akan apa yang ada di pengan pelayan wanita itu Crimson segera menjauh dengan matah membelalak.

"K-kau..kau terkena racun.." ujar Crimson yang terbata-bata.

Wajah pelayan itu tidak terbaca, ia menundukan wajahnya dan tidak menjawab pertanyaan Crimson.

"Ya, dan kau orang terakhir yang akan tahu.." prang .

Tiba-tiba pelayan wanita itu mencoba menyerang Crimson. Tapi Crimson berhasil menghindar dari cekikan pelayan wanita itu. Crimson langsung berlari menuju ruang utama dan bergegas ke ruang makan.
Ia mengingat kejadian tadi, ketika ia mendekati si pelayan wanita itu dan tiba-tiba ada serangga yang hinggap di tangannya.

"Kau darimana saja?" tanya Peter pelan dengan mata marah, karena sedari tadi mereka menunggu Crimson.

"A-aku,...aku..." jawab Crimson terbata-bata, ia tidak dapat berpikir jernih. Gadis itu ketakutan.

"Crimson, ayo duduk." ujar Oliver mengamati Crimson yang terlihat tegang.

Crimson menggelengkan kepalanya, wajahnya khawatir akan hidangan di depannya, ia takut makanan ini beracun.

"Kita tidak bisa makan, makanannya beracun." ujar Crimson akhirnya.

"Apa maksudmu?" tanya seorang pria tua yang hampir setiap saat terlihat marah, ia melihat Crimson dengan tatapan aneh.

"Aku...sangat susah untuk dijelaskan." ujar Crimson hampir menangis karena merasa takut dengan mata yang memandang dia dengan tatapan marah. Apalagi pria yang berada di seberang meja, ia bahkan tidak melihat Crimson.

"Nona, kau adalah tamu. Tapi berikan rasa hormatmu terhadap pelayan disini, mereka sudah lama mengabdi.."

"Tapi..." Crimson mencoba membantah.

"Duduk Crimson atau kau akan membuat masalah." ujar Peter bersikeras agar Crimson tidak menimbulkan lebih banyak masalah.

Crimson tidak mau duduk, ia malah bersikeras agar semua orang di ruangan itu tidak makan.
Ruangan itu begitu tegang. Tiba-tiba suara dingin memcahkan suasana.

"Bawa dia pergi." ujar Pria tua tadi kepada pengawal.

"Cukup tiga kata itu dan semua orang diruangan menahan napas mereka. Mata Crimson memanas, ia tidak terima karena tidak ada yang percaya padanya.

Sebelum ada pengawal menyentuhnya, Crimson berlari kedepan dan meminum anggur di sebelah pria yang menyelamatkannya tadi malam, dadanya terasa sesak. Dengan enggan ia menghabiskan anggur itu dengan cepat.
Dan sebelum habis anggur itu jatuh kebawah dan membentuk kubangan merah.

Para pengawal menarik Crimson yang sedang tersedak dan menyeretnya keluar ruangan, tiba-tiba seekor kucing datang dan menjilat kubangan anggur yang jatuh itu. Awalnya kucing itu tidak apa-apa tapi lama kelamaan kucing itu menunjukan reaksi aneh dan tiba-tiba saja kucing itu tergeletak dan sama sekali tidak bergerak. Belum sempat dipastikan kucing itu mati. Pria tadi keluar dari tempatnya dan langsung pergi ke arah Crimson tadi diikuti Peter dan Oliver.
Benar saja, Crimson tidak sadarkan diri. Ia meminum racun yang sangat banyak.

=======
Hai gais, balik lagi akutuh, seneng banget jadi aku bakalan membagi kebahagiaan. Siapa disini yang udah keluar UASnya 👏👏👏👏
Jadi aku lagi happy, maka dari itu update di majuin, mungkin secepatnya bakalan update lagi.
Ps: kalo ada typo langsung ditandain ya, aku nulisnya ngegas saking bahagianya
Ciao 😊

CrimsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang