Chapter 8 : •Indicate•

3.4K 503 26
                                    

"Syukurlah." ujarnya yang sekarang bisa bernapas lega.

"Aku tidak tahu apa yang spesial atau unik dari buku ini, aku hanya tahu ada sesuatu yang aneh."

Crimson menaruh buku itu ke dalam tasnya, kali ini ia akan sangat hati-hati dalam menjaga buku ini, makhluk aneh hampir saja membunuhnya, lalu kucing hitam dan binatang-binatang yang masuk ke dalam kamarnya.

"Setiap aku dekat dengan buku ini, seakan-akan ada dunia aneh yang selalu menghampiriku."

Crimson berpikir keras, ia menutup pintu dan jendela memastikan tidak ada apa-apa selain dirinya di dalam ruangan itu, ia duduk di meja belajar, dan sekarang rasa kantuknya sirna.

"Ini saatnya untuk mencari tahu."

Crimson menyalakan layar komputer dan mencari sesuatu di sana, tidak ada yang mejelaskan tentang buku ini. Lambang pada sampul buku coklat di sebelahnya tidak ada, hasil pencarian ini nihil.
Crimson mengacak rambutnya kasar, frustasi dengan segala keanehan yang terjadi padanya beberapa hari terakhir ini.

Siapa yang tidak menjadi takut atau cemas ketika berjalan diluar sana, apa ada yang dapat menjadi normal setelah melihat buku yang dapat menghilang jika tidak disentuh? Atau apa ada yang tahan untuk menyaksikan kaca perpustakaan yang diterobos segerombolan burung-burung aneh atau apakah ada yang bisa bernapas lega jika ada orang mati yang menunjuk-nunjuk diri kalian serta makhluk-makhluk aneh yang mengincar nyawa?

Buku ini entah baik atau buruk. Tapi satu hal yang pasti, Crimson tahu buku ini pasti memiliki sesuatu yang penting dan jika jatuh di tangan orang yang salah maka akan berakibat fatal, dia tahu jika buku tadi berada di tangan makhluk aneh yang awalnya seperti Thomas, maka semua akan berakhir.
Entah darimana perasaan was-was, cemas dan ketakutan ini.

•••

Matahari menerobos masuk membanjiri seisi ruangan dengan cahayanya

Crimson mengerjapkan matanya perlahan, ia mengernyit pelan merasakan sakit di tenggorokannya, entah rasa sakit apa ini, perih sekali.

Ia langsung melompat turun dari tempat tidur lalu bergegas kebawah dan menegak satu gelas air sampai tandas, tapi sakit di lehernya semakin perih.

"Ssshh." Crimson meringis memegang lehernya dan berjalan melewati Thomas dan Ravena yang duduk di ruang tamu.

"Ada apa Crimson?" tanya Thomas mengerutkan alisnya waktu melihat Crimson.

"Tidak ada, Thomas." ujar Crimson yamg bergegas pergi tapi baru beberapa langkah ia berbalik dan berjalan ke atah Thomas, ia membungkuk sedikit lalu menyentuh pergelangan Thomas. Crimson tersenyum setelah itu lalu menjauh dari sana.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Thomas dari ruang tamu.

"Hanya memastikan." katanya cepat lalu pergi ke kamarnya.

"Kenapa dia jadi begitu?" tanya Ravena.

"Karena kau mungkin." ujar Thomas lalu membalikan koran yang tengah di bacanya.

"Kenapa aku?"

"Kau terlalu kejam mungkin." kata-kata itu lolos begitu saja dari mukut Thomas, meski ia hanya asal tapi mungkin sudah memberi dampak pada Ravena karena wajah gadis itu menjadi pucat pasi.

Crimson membongkar seluruh isi kamarnya, ia mencari buku coklat itu, dia lupa telah meletakkannya dimana semalam.

"Apa yang kau cari?"

"Buku..." lidah Crimson tercekat, hampir saja ia kecoplosan.

"Ada apa Crimson?" tanya bibi Gretta yang melewati kamarnya dan tak sengaja melihat dari pintu yang terbuka.

CrimsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang