Chapter 23: •Escape•

1.2K 184 19
                                    


"Adikkmu sangat keras kepala Peter."  ujar Skylar. Sosok yang diselamatkan Crimson.

"Yah, begitulah. Kami terpisah sedemikian lama, dia tidak mengenali aku, bahkan dirinya sendiri." ujar Peter sambil melihat ke arah Crimson.

"Rencanaku tidak berhasil, dan malah hampir merenggut nyawanya." ujar Skylar, wajahnya diterpa lilin di ruangan itu.

"Aku sudah memberikan ramuan dari maddam, maddam juga akan menemaninya untuk malam ini. Racunnya bisa hilang karena kau tadi." kata Peter dengan tenang.
"Kita sudah cukup lama disini, lebih baik kalau kita pergi, sebentar lagi Maddam akan datang dan menjaga dia."

"Tunggu sebentar." ujar Skylar.

Pemuda itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan melingkarkan sebuah kecil yang dihiasi batu opal di sekelilingnya di pergelangan kaki Crimson.

"Sudah merasa lebih tenang?" Tanya Peter.

"Lebih baik." Skylar langsung berjalan di depan, ia mali tapi ia tidak ingin Peter mengetahuinya.

====
Paginya Crimson terbangun dengan dada yang terasa sesak, ia bahkan lupa cara untuk bernapas. Crimson mengais-ngais udara yang seperti hilang dari permukaan bumi.
Maddam Jeanice yang melihat hal itu langsung mendatanginya dan mengusap kepala Crimson agar dia jauh lebih tenang.

"Sshh, tidak apa-apa." ujar Maddam Jeanice sambil menenangkan Crimson.

Crimson menegak minuman yang diberikan Maddam Jeanice sampai tandas. Kerongkongannya sangat kering. Sedikit sakit tadinya tapi sekarang sudah lebih baik.

"Teman-temanmu mengkhawatirkanmu." Maddam Jeanice meracik dedaunan tanpa melihat ke arah Crimson. "Phoenix, kenapa kamu mengambil keputusan yang gegabah seperti itu?"

"Tidak ada yang percaya padaku. Itu sudah sangat genting." kata Crimson yang sekarang sudah bisa mengatur napasnya.

"Itu bagian dari rencana. Harusnya aku mengatakan sesuatu." ujar Maddam Jeanice yang kemudian menhentikkan aktivitasnya.

"Rencana apa?" tanya Crimson.

"Sayangku. Kita menghadapi sesuatu yang tidak kasat mata, tapi pasti. Kau melihatnya bukan." Ujar Maddam Jeanice sembari mengelus rambut Crimson. Crimson baru sadar bahwa Maddam Jeanice memiliki mata biru yang sangat pekat.

"Maddam, aku perlu tahu semuanya. Jangan biarkan aku... aku terlihat seperti orang bodoh. Setidaknya jelaskan padaku sedikit saja, kenapa harus aku?" ujar Crimson.

"Kau sungguh keras kepala, terlalu ingin tahu. Seperti ibumu." ujar Maddam Jeanice.

"Ibuku?" Mata Crimson terbelalak.

"Ya, Ibumu. Sierra. East Golden, begitulah sebutan dunia kita."
East Golden adalah tempat yang begitu indah,semua pasang mata yang melihat tempat ini akan dipuaskan dengan pemandangan-pemandangan yang luar biasa, air terjun, pepohonan, sungai, rumah-rumah penduduk, yang bersanding satu dengan lainnya, membuat sebuah gambar besar dengan pola yang memukau."

Maddam Jeanice menyalakan lilin di ruangan Crimson.

"Terdapat 2 Klan yang mempunyai pengaruh di dunia ini.
2 Klan tersebut adalah Klan Niels dan Klan Aaston.
Klan Niels, orang-orang di dalam klan ini, menguasai segala kekuatan gelap, sihir hitam dan jahat, sedangkan Klan Aaston, orang-orang di dalam Klan menguasai kekuatan terang, dan sihir putih di dunia mereka.
Tapi mereka tetap hidup berdampingan dalam damai karena masing-masing Klan memiliki pemimpin yang telah terpilih, untuk mengatur dan menjaga keseimbangan 2 Klan tersebut di dunia mereka. Tetua mereka ini dikenal sebagai The Vigor.

"Tapi, aku akan mengatakan sesuatu kepadamu. Meskipun ada yang menguasai sihir gelap, tidak selamanya mereka jahat. Dan yang mengusai sihir putih, tidak selamanya baik. Tempat ini merupakan pusat dari semua sihir, menjaga keseimbangan antara keduanya. Tapi sekarang ada sesuatu yang salah, oleh sebab itu kau ada disini."

CrimsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang