2

800 81 20
                                    

ZZZRRRRRNGGGG *anggap suara petir*

Suara petir yang menggelegar itu muncul di tengah rintikan hujan. Aneh? Memang seperti itulah takdirnya. Suara petir itu membuat seluruh umat manusia ketakutan. Hujannya tidak seberapa tapi petirnya sangat besar sampai membuat beberapa rumah dan pohon menjadi korbannya.

Di televisi ramai di bicarakan. Bahkan badan yang biasa menangani cuaca merasa aneh dengan keadaan seperti ini dan bahkan jarang menemukan fenomena alam seperti ini.

Seolah-olah langit tengah marah dan memberikan ribuan petir kepada umat yang berada di bumi, khususnya di kota Seoul. Begitulah yang ia bicarakan.

Ada yang mengatakan mungkin beberapa menit lagi akan terjadi badai yang sangat dahsyat. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa mungkin ini pertanda akan terjadi kiamat.

Kota ini biasanya dipadati oleh ribuan orang baik yang pulang kerja, pulang sekolah ataupun pulang dari liburan. Tapi sekarang kosong melompong. Sebagian warga berlindung di rumahnya masing-masing karena tidak mau menjadi korban amarahnya langit.

Berbeda dengan pria di salah satu rumah elit ini. Pria itu nampak ingin sekali keluar rumah karena dia terkena hukuman. Dia di hukum oleh adiknya karena dia kalah main ps.

"Kalo kayak gini nyesel pulang ke rumah. Mending diam di apartemen kan bisa santai. Dasar adik yang durhaka! Tega banget dia ngurung aku disini coba. Mana hujan angin dan petir kayak gini lagi. Tapi emang aneh sih kenapa banyak sekali petir sekarang? Kok aku jadi takut ya. Awas aja aku akan balas dia!" gerutunya.

Beberapa menit kemudian hujan mereda dan petir pun tak nampak lagi. Yang ada nampak pelangi yang sangat indah dan matahari mulai menyinari kota Seoul.

"Oppa Oppa ayo kita ke rooftop! Kita liat pelangi!" Teriak adiknya yang berada di belakang pintu sambil membuka kunci kamar Oppanya.

Pria itu membalikkan badannya dan terlihat adiknya sudah ada di ambang pintu lalu menghampiri Oppanya yang sedang duduk di atas kasurnya.

"Oppa, Palliwa!" Ajaknya lalu menarik tangan Oppanya itu.

"Males ah Somi" jawabnya.

"Pokoknya aku ingin sekarang! Nanti pelanginya hilang gimana? Emang Oppa bisa buatnya?" Tanya Somi yang memojokkan sang kakaknya, Jungkook.

Adiknya ini yang berusia 6 tahun ini selalu saja menyusahkan Jungkook ketika dia sedang berada di rumah orangtuanya. By the way, sebab Jungkook pindah ke apartemen karena rumahnya terlalu jauh dengan sekolahnya maka dari itu orangtuanya membelikan apartemen untuknya walaupun dia harus menaiki bis saat dia pergi ke sekolah.

Mengenai rooftop, Jungkook dan Somi sangat suka melihat langit yang luas karena menurut mereka suasananya akan membaik ketika berada di rooftop.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Appanya.

"Appa, Jungkook Oppa gak mau antar aku ke rooftop" rengek Somi.

"Antarkan saja Jungkook biar dia diam" ucap Eommanya.

"Tapi.."

"Udahlah turuti saja" ucap Eommanya.

Dengan berat hati, Jungkook pun mengantar adiknya pergi ke rooftop. Sesampainya disana, mereka dibuat takjub dengan keindahan pelangi itu. Pelanginya nampak sangat dekat dan jelas, ditambah cahaya matahari yang begitu malu-malu untuk menampakkan dirinya.

"Aku akan beritahukan kepada Eomma dan Appa. Oppa jaga disini dan jangan biarkan pelanginya hilang!" Perintahnya lalu meninggalkan Jungkook.

"Jangan biarkan hilang? Di pikir pelangi itu gambar? Ada-ada aja, mending aku rekam, moment bagus kan sayang kalo di lewati"

PIKACHU  | kyw. jjk.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang