les masak

741 86 35
                                    

-Yang kutakutkan adalah pertemuan, karena sesudah pertemuan ada perpisahan.- Avelina S.

---

Derin dan Velin berada di rooftop. istirhat kali ini Derin menyuruh Velin menemuinya di rooftop, Velin datang sambil menenteng kotak bekal dan botol, mereka berdua duduk di pinggiran rooftop tanpa ada rasa takut sama sekali. Derin membuka kotak bekal itu, mengamati isinya dengan pandangan hampa campur kesal.

"ini doang?" tanya Derin masih menatap isi kotak bekal dan botol itu. Velin menganggukan kepalanya polos.

"mi instan sama teh manis," Derin menghela nafas lelah, "anak SD juga bisa," lanjutnya dingin.

Senja memutar bola matanya malas, "yang penting gue masak."

"lo, masak dari bahan yang gue kasih."

"lo gak bilang," kata Velin datar. Velin ada benarnya juga, kali ini Derin salah memberi komando pada cewek itu.

Derin masih menatap lekat-lekat makanan itu, meragukan. ia menyendokan satu suapan mi ke dalam mulutnya lalu meminum pelan teh yang berada di dalam botol, matanya terpejam merasakan rasa makanan dan minuman itu "mi kurang mateng, teh kurang gula." komentarnya.

"biarin aja."

"gini aja nggak becus," katanya ketus. Velin menatap Derin tajam, aura permusuhan sudah mulai muncul.

Velin bangkit dari duduknya tangannya terkepal amarahnya tertahan, sedangkan Derin masih santai menikmati semilir angin di tempat ketinggian. kalau bukan karena tantangan Derin mana mau Velin bangun lebih awal buat masak itu, walaupun makanan itu sepele setidaknya ia masih pemula dalam tahap belajar. kalau tau Derin nggak menghargai usahanya Velin tidak mau melakukan ini. dasar lelaki yang nggak tau diri. dengan amarah yang memuncak kakinya mulai melangkah lebar keluar dari rooftop.

"DERIN!" sebelum Velin pergi dari sana ia mendengar seruan perempuan yang datang ke rooftop. Derin merasa terpanggil ia menengokkan kepala.

Velin memperhatikan cewek itu yang berjalan dengan girang ke arah Derin. cewek itu kangsung menerjang Derin dengan pelukan, pelukan yang sangat erat, seperti pelukan kerinduan, Velin melihat itu semua, melihat bagaimana Derin membalas pelukan cewek itu sama eratnya.

"kamu kok di sini?" tanya Derin sambil mengusap lembut rambut cewek itu.

"iya, aku baru pindah ke sekolah ini."

"Kok gak bilang aku sih,trus kamu tau dari mana aku di sini?" nada tanya Derin melembut tidak seperti biasanya.

"apa sih yang nggak aku tau tentang kamu? kamu itu suka menyendiri, suka ketinggian, makanya aku ke sini," katanya sambil tertawa, Derin ikut tertawa sambil menyubit pelan pipi cewek itu.

Velin masih memperhatikan mereka berdua secara lekat, mengamati cewek itu secara intens. cewek itu cantik, manis, imut, kalau dibandingkan dengan dengannya ia tak ada apa-apanya. Derin mengingat keberadaan Velin ia menengok mencari keberadaannya, benar saja Velin melihat semuanya, merasa Derin sudah mengingat keberadaanya dia pergi dari rooftop itu. Derin tidak mengejar, tidak menahan, tidak juga memanggilnya, ia membiarkan Velin pergi darinya, untuk sementara.

"dia siapa?" tanya cewek itu membuyarkan lamunan Derin.

Derin tersenyum manis, "bukan siapa-siapa, Zill."

---

"lo kenapa sih, dari tadi gue perhatiin lo nggak fokus," Shasa mengagetkan Velin, bel pulang sudah berbunyi dari lima menit yang lalu tapi Velin belum beranjak sama sekali dari bangkunya. Shasa yang melihat tingkah Velin geram, dari sehabis istirahat tadi Velin berprilaku nggak seperti biasa. Velin memang tidak fokus kepada apapun, fikirannya hanya terpaut dengan kejadian tadi di rooftop.

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang