coffee no. 48

711 70 41
                                    

Typo bertebaran

-

"Hanya singgah, bukan sungguh."

-

-

"Kita putus!" Kata Velin lantang di dalam kelas Derin. Semua penghuni mendadak hening tercengang.

"Putus?"

"Iya, putus. Udahan."

Muka Derin datar, raut wajahnua sulit diartikan. Ia bangkit dari duduknya menggeret Velin keluar kelas mengarahkannya ke rooftop.

"Kenapa?"

"Tugas gue udah selesai."

Derin menggelengkan kepala.

"Temen lo udah tau gue."

Helaan napas Derin terdengar, "gue belum jelasin tentang lo ke Pandi."

"Ya udah kalo gitu cepet jelasin," ucap Velin dingin.

"Nggak mau cepet, maunya lama."

Alis Velin terangkat sebelah.

"Biar lama-lama sama lo."

Malas menjawab Velin memilih membungkam mulutnya. Tatapannya tajam menghunus ke Derin, bibirnya manyun kebawah. Kesal campur ngambek.

Cekrek.

Derin mengambil komuk Velin, membuka aplikasi instagram. Foto itu diapload di akun pribadinya.

Mine.

Ia tersenyum evil sambil menatap caption di foto itu. Lihat saja, berita putus mereka berdua akan sirna karena foto ini. Tangan Velin meraih ponsel itu, tapi kalah cepat sama pergerakkan Derin yang menyadari pergerakkan Velin terlebih dulu.

"Sini HP lo!"

"Ambil."

Lagi, lagi, tangan Velin berusaha meraih benda pipih itu. Derin yang melihat usaha dia hanya terkekeh sinis. Dapat! Velin berhasil dapat ponsel itu Derin meleng mengawasi ponselnya cuma berdecak kesal. Velin berdesis pelan, sial, tersandi. Tapi tunggu dulu, layar kunci ponsel pintar itu foto Derin bersama Zill, sedang merangkul mesra sambil tersenyum manis.

Derin tersenyum menang. "Kenapa? Cemburu?"

Alih-alih menjawab ia justru menyerahkan HP itu ke yang punya. Padahal tangan Velin tidak sadar sudah terkepal.

"Ngambek," kata Derin mengejek.

"Ya udah iya, gue ganti nih," tambah Derin datar, logat bicaranya biasa aja kayak nggak ada apa-apa.

Rangkulan Derin mengalung di bahu Velin. Ia mengarahkan kameranya ke muka mereka beruda.

Cekrek.

Jepretan terambil. Di foto itu wajah Velin dan Derin datar nggak ada senyum sama sekali. Bahkan tatapan keduanya sama-sama tajam. Errr, macam foto KTP.

"Nih ganti," ujar Derin. Sejujurnya Velin penasaran tapi gengsi. Ah persetan dengan gengsinya, ia melirik sedikit walpaper itu. Benar, walpaper itu berubah foto mereka berdua dengan gaya kaku.

Derin duduk tanpa alas, Velin masih berdiri kepalanya mendangak memandang hamparan awan.

"Tau hal yang paling kejam di sini?"

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang