masak!

723 107 47
                                    

Velin menatap jengah pujian orangtuanya terhadap Derin, yang dipuji hanya beraura dingin sambil sesekali melirik Velin dengan gaya angkuhnya. Memang dasarnya Derin jago masak daritadi pujian orang tua Velin pun tidak ada henti, apalagi khusus makan malam ini dia masak cumi balado, makanan favorit Rani. Velin sendiri bahkan sampai dibandikan dengan cowok itu oleh orang tuanya.

"Masakan kamu enak banget bener deh, papa Velin aja sampe kalah," Kata Rani sambil nyengir.

Fahri, papa Velin cemberut mendengarnya, "masih mending papa bisa masak walaupun nggak seenak Derin, daripada Velin cewek-cewek tapi nggak bisa masak."

Velin yang mendengar omongan Fahri langsung menatap tajam Derin yang berada di depannya, kakinya dari bawah secara kencang menendang tulang kering Derin, ia mendesis kesakitan matanya langsung melotot ke arah sang pelaku.

Velin menatap dingin Derin mulutnya memberikan bahasa isyarat seolah-olah berbicara "caper lo!" Derin yang mengerti apa yang dimaksud Velin hanya acuh melanjutkan makananya.

"kamu tuh beruntung dapetin pacar yang jago masak, jadi nanti kamu pacarannya sambil belajar masak, itung-itung belajar jadi calon istri," ujar Rani semangat.

Velin meletakkan sendoknya secara kasar, ia berdiri, "ayo pulang," katanya sambil melirik Derin datar, seakan mengusir secara halus.

"kamu tuh nggak sopan, Derinnya masih makan kamu ajak pulang," kata Fahri disetujui oleh Rani. Derin yang merasa mendapatkan pembelaan tersenyum mengejek ke arah Velin.

Velin kesal. Dengan tega ia memegang kerah baju bagian belakang Derin menggeretnya masuk ke dalam mobil Velin lalu mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Derin harus sabar lagi kali ini.

"Gue yang nyetir." Pinta Derin. Bukannya berhenti Velin menambah kecepatan mobilnya, ugal-ugalan. Ia mengerem mendadak kepalanya terbentur setir badan Derin terhuyung ke depan, ia hampir saja nabrak gerobak tukang bakso.

"nggak bisa nyetir gak usah gaya, pake ngebut segala," kata Derin dingin, Velin yang masih syok melirik sinis.

"awas!" usir Derin.

Tidak ada bantahan, Velin segera bertukar posisi dengan Derin lalu ia melajukan mobil itu dengan kecepatan normal.

"rumah lo di mana sih?!" tanya Velin sewot. Ya gimana nggak sewot, terhitung sudah satu jam perjalanan belum ada tanda-tanda keberadaan rumah Derin.

Hening.

"tuli lo?"

Hening.

Derin masih mendiamkan Velin, masih sibuk berkelana dengan pikirannya, masih asyik menyetir mobi, bahkan jalanan di depannya lebih menarik dibandingkan cewek di sampingyal. Derin memakirkan mobilnya di supermarket. Takut diacuhkan lagi Velin diam hanya mengikuti Derin yang mendorog troli, cowok itu pergi ke arah rak sayuran, mengambil beberapa sayur dari sana, lalu mengambil beberapa bahan makanan dari berbagai rak. Velin yang menyaksikkan Derin mendengus malas. Ini sih namanya dunia terbalik.

Mereka berdua keluar dari supermarket beberapa orang memerhatikan mereka berdua, Derin menenteng dua kantong belanjaan sedangkan Velin berjalan malas di belakang cowok itu. "macem babu gue lo di belakang," kata Derin ketus. Velin yang mendengar itu langsung mensejajarkan langkahnya.

Dengan gesit ia masuk ke dalam mobil Velin membunyikkan mesinnya, Velin yang masih di luar mobil hanya menatap malas. "lelet!" kata Derin, Velin hanya bedecak jengkel, padahal ini mobilnya tapi ia yang berkuasa.

Derin meletakkan dengan kasar segala belanjaan yang ia beli tadi ke pangkuan Velin. Velin menatapnya dingin, "apa?"

"masak," kata Derin. Velin menatapnya datar, alisnya terangkat sebelah.

"tantangan gue kemaren." Wajah Derin semakin dingin, menghela nafas sebelum melanjutkan omongannya. "lo masak," lanjutnya sambil melajukan mobil

Singkat, padat, jelas. Oke kali ini velin tertantang.

Derin memberhentikan lajunya di tengah jalan. Velin menatapnya bingung kepalanya ia longokkan untuk mencari keberadaan rumah atau bangunan disekitarnya, namun nihil, ini hanya sebuah jalanan kosong tanpa ada bangunan disekitarnya.

"udah?" tanya Velin dingin

Derin menganggukkan kepalanya, "ada urusan," katanya datar sambil keluar dari mobil melangkah jauh ke belakang. Nggak ambil pusing, Velin langsung mengambil alih kemudi melajukan mobilnya pulang. Syukur kalau gitu, Velin tidak perlu repot mengantarkan cowok dingin itu sampai ke rumahnya.

Velin kembali dengan keadaan gusar, belanjaan yang tadi Derin berikan tidak ia  simpan di dapur namun meletakkannya di kamarnya. velin mengeluarkan isi dari setiap kantung itu, berbagai macam bahan makanan berceceran di atas kasurnya. ia menatap datar setiap bahan, bingung juga mau masak apa sedangkan ia sendiri nol besar dalam hal memasak.

Velin telentang di lantai merasakan langsung sensai dinginnya lantai. matanya menerawang apa yang kira-kira ia bisa masak, jika ia minta bantuan Rani pasti ia akan jadi bahan ledekan keluarga. sekali lagi ia gusar, ia bangun dari tidurnya berjalan keluar menuju dapur mengacak-acak isi kulkas, gotcha! seketika ide terlintas ketika melihat bahan makanan di depannya. ia tersenyum dalam hatinya sambil menatap bahan makanan itu.

---

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang