-Tuhan menakdirkan kita- kata Derin.
"Ma, udah belum?" Tanya Velin dengan nada jengkel di dalamnya. Velin mendengus melihat Mamanya menggelengkan kepala. Pasalnya, sudah lebih dua jam ia mengantar Mamanya belanja dan Velin seperti pacar yang membawa belanjaan sang kekasih ia hanya membawa barang-barang Mamahnya yang sudah empat paperback.
Valin pergi ke tempat salah satu baju yang lumayan menarik baginya, tapi ia bukan membeli melainkan hanya melihat walaupun bajunya menarik. Belanja bukan salah satu hobinya yang harus di tekuni seperti sang Mama. Yaps! Mamahnya ia tinggal pergi sendiri, lebih baik ia pergi melihat-lihat baju yang ada ditoko tersebut dari pada menunggu tidak kunjung selesai.
"Vel!" Sebuah suara bass memanggilnya
Derin. Cowok itu lagi, sudah berkali-kali ia bertemu dengannya dengan cara kebetulan atau di sengaja.
"Ketemu lagi," ada jeda sebentar sebelum Derin melanjutkan kalimatnya, "Tuhan menakdirkan kita."
Velin terkekeh meremehkan, "gue nggak minat ditakdirin sama lo!"
Oke rasanya Derin harus mencairkan sedikit sifat bekunya untuk menghadapi Velin.
"Gue minta tolong sama lo," kata Derin wajahnya tetap datar meski sudah tak dingin. Bagai tak ada omongan Velin justru asyik melihat baju di depannya.
"Gue nggak akan lepasin ap-" belum sempat Derin melanjutkan kata-katanya pekikan seorang wanita paruh baya dengan belanjaan yang dibawa setengah berlari dengan terpogoh-pogoh.
"Ya ampun Vel kamu tuh kemana sih?! Mama nyariin kamu tau?! Dikira Mama kamu tuh ilang di gondol kucing. Tenyata oh ternyata justru kamu disini ikut belanja," ucap Mamanya dengan nada kesal yang belum mengetahui keberadaan cowok di sampinya. Sedangkan Senja, ia hanya diam memperhatikan.
Mama Senja menengok, "Eh ada cogan. Nyari siapa? Eh pacar anak Tante ya? Ohh aduh calon menantu udah disini! Maafin image Tante ya, Tante emang gini orangnya hehe,"
"Aduhh ganteng banget sih kamu, udah berapa lama sama Vel? Tante pasti restuin tenang aja ya," ucapnya sambil mengelus bahu Derin dengan kalimat yang semula cempreng dan cerewet justru menjadi halus. Menjaga image. Derin dan Velin secara serempak mengangkat alis bingung akibat ulah wanita paruh baya ini.
"Ayo pulang, Ma," Velin menggandeng Rani keluar dari toko baju tersebut.
"Vel tadi siapa?" Tanya Mamahnya dengan penasaran atau ralat, mungkin Mamahnya mempunyai sifat kepo yang akut. Velin tidak menjawab melainkan hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Duh Vel kasih tau Mamah dong, Mamah udah kepo nih."
"Parasit," jawabnya malas.
---
Sepulang dari pertemuan tidak sengaja dengan Velin tadi, Derin melajukan motornya ke arah tempat kawannya berkumpul, rumah Vano lebih tepatnya di kamar Vano.
"Gimana, Ren?" Tanya Rangga yang penasaran soal kedekatan Velin dan Derin.
Derin justru balik memasang muka bingung. Satu kacang polong mengenai kepala Derin.
"Nggak usah masang muka polos lo! Kayak cewek aja yang dikodein ora peka-peka." Vano, dia yang melempar kacang polong ke arah Derin.
"Heh orang orangan sawah! Lo tuh kalau ngomong sama Derin, lemah lembut dan jangan dikode-kodein!" Kepala Vano ditoyor oleh Rangga, ia yang membalas ucapan Vano dan buka Derin.
"Biasa."
Rangga mengernyitkan alis bingung. "Biasa gimana nih?"
"Gue ketemu dia."
"Terus?!" Sungut Vano dengan semangat, pasalnya ia ingin mengetahui tentang cerita di balik cinta yang dijuluki frozen couple.
"Ya gitu," jawabnya sambil melenggang pergi menjauhi kamar Rangga.
---
Teriakan histeris di penjuru kelas Velin serta Shasa memberhentikan aksi gurauan mereka, entah siswi berteriak histeris karena apa dan kenapa membuat Velin tidak sama sekali menolehkan kepalanya, ia tidak peduli.
Shasa. Karena dia cewek pecicilan beda dengan sahabatnya, ia akhirnya menolehkan kepalanya kepada pusat perhatian siswi sekarang. Seketika iris maranya membesar mulutnya terbuka, tangannya dengan cepat menyenggol bahu Senja.
"Vel! Liat depan kelas sana!" Suruh Shasa yang segera menunduk.
"Males."
"Liat dulu!" Suruh Shasa sekali lagi membuat Velin berdecak jengkel segera ia tolehkan kepalanya ke tempat yang Shasa tuju.
Seketika itu juga ia menambah aura dinginnya yang ia keluarkan, "pergi lo!"
"Lo siapa ngusir gue?"
"Kenapa lo ke tempat duduk gue?" Velin mencibir dan menatap cowok itu dingin, seketika kelas hening memerhatikan dua insan berdarah beku tersebut.
"Permintaan gue tetap sama."
"Jawaban gue tetap sama."
Ketika Velin ingin melangkah pergi, Derin berbicara dengan Velin yang membelakangi punggungnya "Gue akan neror lo sampai lo mau,"
Velin menatap garang Derin.
"Gue akan buat lo mau tolongin gue," Putusnya mendahului Velin berjalan meninggalkan kelas. Dan mereka berdua pergi dari kelas yang pastinya mengundang berbagai pertanyaan.
---
A/n
Velin itu nama panggilan, tapi nama kecilnya Vel yang sering dipake temennya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
Novela JuvenilIni tentang Derin; yang menjaga Senjanya, Bulan yang mengiri mataharinya, Dan berakhir dalam jiwa yang hilang. Ini pun tentang Velin, tentang mencari seseorang yang melengkapi jiwanya, Tentang Mematahkan harapannya, Ah ini juga bersama Sang Bulan ya...