- Sedingin apapun perasaanmu, akan cair ketika seseorang menghangatkannya- Aderin.
•
•Pusat perhatian. Menjadi salah satu hal yang sangat dihindari beberapa orang, bisa jadi ia malu atau bahkan malu dengan penampilannya atau sejenisnya.Tapi kali ini bagi Velin pusat perhatian adalah hal sangat dibenci olehnya. Sekarang ia makin mejadi-jadi pusat perhatian, entah kapan gosip-gosip murahan itu akan selesai, yang jelas ia benci.
"Vel!" Teriak seseorang yang setengah berlari menuju dirinya hingga mengundang perhatian beberapa orang.
"Velin ya?" Tanya cowok yang tadi berteriak meneriaki namanya, dan jawaban Velin hanya mengangguk dan mengangkat satu alisnya.
Anggukan Velin menampakan senyum kecil dibibir cowok itu. "Gue saranin mulai sekarang lo hati-hati," peringatnya membuat kerenyitan didaerah dahi Velin.
"Lo udah nantangin si beku," ada jeda sebentar sebelum ia melanjutkan kalimatnya dan melenggang pergi entah kemana.
"Gimana?" Tanya seorang cowok dengan rasa penasaran.
"Dia cuek, biasa aja."
"Cewek aneh," celutuknya dan justru kepalanya ditoyor oleh temannya,
"Jangan gitu lo, lo itu sama kayak dia. Aneh, jadi nggak usah ngatain Rin."
Yap! Cowok itu Derin dan Vano, ia menyuruh Vano untuk mengancam Senja dengan kalimatnya. Tapi Velin justru cuek bagaikan angin tak ada hasilnya.Derin. Dia memang ingin mengancam Senja karena kelakuannya. Jika kalian bingung, kenapa Vano yang disuruh oleh Derin? Jawabannya karena Vano jago beracting dan kalau masalah wanita memang juara satu diantara lainnya, yaah walaupun Vano tau tentang seluk beluk wanita, tetapi tetap saja dia jomblo. Dalam hidup Vano diterapkan prinsip bahwa 'baperin cewek boleh tapi jangan asal buang ketempat sampah.' begitulah prinsip dihidupnya yang diterangkan ke sahabatnya, Walaupun prinsipinya rada-rada miring.
"Gue bakalan jadiin dia target," Ucapnya sambil memandang lurus hamparan lapangan bola basket, senyum kirinya terbit di wajah tampan Derin.
"Tunggu! Maksud lo target apa?" Tanya Rangga yang sangat-sangat penasaran, pasalnya kata 'target' di mulut Derin kalimat ambigu.
"Jangan bilang..." ucap Vano sengaja menggantungkan kalimatnya tersebut.
"Tantangan Pandi," Jawabnya singkat. Malas menjelaskan yang lebih panjang.
"Maksud lo yang tentang tantangan naklukin hati cewek yang sifatnya mirip kayak lo gitu?! Yang naklukin sifat cewek dingin biar luluh ke lo?! Gila lo ya nurutin si Pandi?!" Sungut Vano yang sudah mengerti ke arah mana Derin berbicara, sedangkan Derin dia hanya mengeluarkan senyum evil sebagai jawaban.
"Tunggu! Gue nggak setuju!" senggah Rangga cepat sehingga membuat keduanya menengok dengan alis bertaut.
"Inget Rin main sama hati cewek itu berbekas gak kayak main sama tepung terigu dibersihin aja hilang,"
Derin tidak menjawab omongan sahabatnya. Dia justru pergi meninggalkan kantin, temannya saling berpandangan lalu menggelengkan kepala, pusing mempunyai teman yang berprilaku aneh.
"Derin gila ya?" Kata vano sambil berpandangan dengan Rangga.
---
Sekarang Velin dan Shasa berada di kelas mereka entah membicarakan tentang apa yang jelas pembicaraan itu membuat kuping Velin panas mendengarkan pembicaraan sang sahabat, tapi jika bukan sahabat pasti Senja memilih kabur untuk menyelamatkan kupingnya.
Di kelas Velin memang sedang ada jam kosong akibat guru yang tidak hadir. Sebagian orang ada yang ke kantin, main game, gosip, tidur, baca novel atau sebagainya.
seorang cowok culun berkacamata memasuki kelas IPA 2, "Permisi, ada yang namanya Velin nggak?"
Velin yang mersa dirinya terpanggil mengacungkan jarinya ke atas.
"Hm. Dipanggil Derin ditaman belakang sekolah sekarang."
"Kenapa?" Tanya seorang siswi yang terlewat kepo.
"Nggak tau, yang disuruh Velin aja jangan ada yang ikut yang lain, nanti Derin marah," ucapnya setelah menyampaikan amanah kepada yang dituju dan melenggang pergi tanpa menghiraukan tatapan bingung seluruh kelas.
"Shit," gumam Velin pelan. Ia bangun dari duduknya melangkah ke tempat yang dimaksud cowok tadi.
"Vel hati-hati!" Seru Shasa setengah berteriak membuat semua warga kelas tercengang akibat kelakuan Senja.
Pasalnya, semua orang jika sudah ber-urusan dengan seorang Derin akan ketakutan atau langkah kaki gemeteran, tetapi Velin? Ia justru melangkahkan kaki angkung bagaikan tidak ada masalah.
Bagi penjuru warga sekolah SMA Mentari nama yang paling sakral adalah nama 'Derin'.
---
"Dateng juga lo," kalimat dingin yang diucapkannya bagaikan pisau yang diasah sampai tajam. Velin mengernyitkan dahi bingung, dagunya terangkat menantang, kedua tangannya ia lipat depan dada.
"Gede juga nyali lo," ucapnya dengan nada meremehkan.
"Pengecut," balas Velin dengan nada lebih meremehkan.
"Berani juga lo, gadis nakal," Lanjut Derin dengan kalimat penuh penekanan dikata terakhir dan menunjuk muka Velin. Tak ambil pusing Velin hanya memutar bola matanya malas.
Derin terkekeh meremehkan sifat angkuh Velin. "Karena kelakuan songong lo kemarin," ada jeda sebentar diantara kalimatnya.
"Gua minta sesuatu."
"Nggak!" Tolak Velin mentah-mentah serta menekan kalimat terakhirnya.
Velin muak dengan drama ini, ia membalikkan badan bermaksid pergi, sebelum Velin berhasil pergi dari tempat tersebut sebuah tangan mengkekangnya, "lo ngelakuin kesalahan, Avelina,"
"Bodo amat," Sekali hentakan membuat gandengan tangan Derin dan Velin lepas. Akhirnya Velin pergi yang semakin lama semakin hilang, sedangkan Derin, ia hanya melihat Senja dengan senyum remeh khasnya.
"Gue bakalan taklukin lo Avelina."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
Dla nastolatkówIni tentang Derin; yang menjaga Senjanya, Bulan yang mengiri mataharinya, Dan berakhir dalam jiwa yang hilang. Ini pun tentang Velin, tentang mencari seseorang yang melengkapi jiwanya, Tentang Mematahkan harapannya, Ah ini juga bersama Sang Bulan ya...