-Dia, Avelina senja.-
•
•"Vel, pesanan Mama mana?" Tanya Rani sambil menyembulkan kepalanya di depan pintu. Velin membuka matanya, melirik mamanya dari kasur.
Memang, sewaktu ponsel Velin bunyi di kantin adalah pesan dari Mamanya untuk membelikan cake favorit Mamanya. Dan hal itu membuat ia bertubrukan dengan dia.
"Di kulkas," ucapnya sambil memejamkan matanya kembali.
Tiba-tiba selintas ingatan dimana ia dan Shasa sedang berbicara tentang cowok yang bertabrakan di kantin tadi, Shasa brucap bahwa cowok tersebut adalah Aderin, cowok yang mempesona dengan aura kharisma yang di keluarkannya serta sifat dingin yang membekukan. Sama dengan Velin.
Derin. Derin. Derin nama tersenut selalu terngiang di kepala Velin, dimana ia pertama kali bertemu di parkiran serta kantin, oh atau tiga kali bertemu jika dihitung kejadian di mini market kemarin.
Jari-jari Velin mulai mengangkat untuk menghitung berapa kali iya bertemu dengannya. Dan jatuh pada jari yang ketiga. Tiga kali ia bertemu dengannya walaupun dengan cara konyol. Kebetulan yang aneh.
Banyak orang yang bilang, kebetulan selama tiga kali itu adalah takdir. Dan sekarang terjadi pada Velin.
Dan, apakah ia dia memang di takdirkan oleh Derin?---
"Vel! Ya ampun lo gimana sih?!" Histeris Shasa, Velin hanya mengangkat satu alis nya ke atas. Kaget baru masuk kelas sudah disambut suara lengkingan dari Shasa.
"Lo biasa aja atas semua kejadian kemarin?! inget Vel lo itu sama aja udah nantangin si beku tau ga?!"
Velin tak membalas melainkan mengernyitkan alis bahwa ia bingung membuat Shasa berdecak jengkel, "Ck, maksud gue si Derin." Dan lagi Velin tak menjawab melainkan mengacuhkannya dan lebih msmasangkan earphone ke telinganya.
"Susah ya kalau ngomong sama orang yang jadi frozen, cocok tuh ja sama Derin. Sama-sama frozen. Frozen couple," celetukan Shasa membuat Velin mengalihkan pandangannya ke Shasa dengan menatapnya tajam. Sedangkan Shasa ngacir entah kemana.
---
Tempat yang ramai dengan semua manusia yang sedang bergosip ria entah tentang apa, membuat beberapa orang memilih menjauhi kantin. Kalau bukan paksaan Shasa ke kantin pasti tak mau menginjakan kakinya ketempat yang sudah di kategorikan laknat karena kejadian kemarin.
"Vel, makan apa?" Tanya Shasa. Bukannya menjawab Velin justru sibuk memainkan ponsel canggihnya. Lagi dan lagi Shasa harus ekstra sabar menghadapi Velin.
Di lain tempat ada seseorang yang memperhatikan Velin di sudut meja kantin dengan kebencian serta penasaran. pasalnya, di sekolah ini semua tahu kalau Derin adalah si cowok beku dan tak akan segan-segan membuat semua orang takut akannya, hingga semua orang pun tak ada yang berani melawannya. Tapi bagaimana bisa seorang cewek melawannya justru menampilkan senyum kirinya dan mengkekangnya? Cewek itu bagaimana bisa? Cewek.
"Liatin cewek itu?" Tanya seseorang membuyarkan lamunan Derin.
"Dia Avelina Senja. Anak IPA 2, rumahnya jalan melati nomor 2 cat rumahnha warna hijau. anaknya dingin sama kayak lo dan anti sosial punya temen cuma satu atau bisa dibilang sahabat." Jelas seseorang di sebelahnya. Penjelasan lengkap.
Mereka adalah sahabat Derin, Rangga dan Vano. Teman yang tau seluk beluk Derin, Mereka dan hanya mereka.
Derin dia hanya mengernyit bingung, bagaimana bisa teman dia mengetahui cewek tersebut?
"Kita nyari tau tentang cewek itu," papar Vano yang mengerti kalau Derin bingung.
Sebuah senyum evil nya terkuar di bibirnya.
---
Pulang. Satu hal yang menyenangkan dan menyedihkan bagi sebagaian orang. Tapi tidak untuk pulang sekolah, kata yang menyenangkan untuk sebagian siswa dengan kata tersebut. Mungkin bisa di sebut surganya siswa.
Velin gadis yang tertutup memiliki pemikiran yang susah di tebak, gadis ini introvert dan pendiam, dia pun memiliki tatapan super tajam. Baginya sendiri adalah waktu dimana bebas sebebasnya, waktu dimana untuk mengukir masa lalu, waktu dimana ia berada dititik paling lemah dan tidak ada orang bersamanya. Dia hanya sendiri.
"Liatin dia lagi? Kayaknya lo tertarik," ledek Vano teman Derin yang kepergok memperhatikan Velin. Derin hanya melirim Vano sekilas.
"Nggak usah muna lo, kita tau kalau lo ada rasa tertarik sama dia." lanjut Rangga sambil meneguk air putihnya.
"Udah deh, gue mau jemput ayang bebep gue si Caca, biasalah yang jomblo kan beda pulang sendiri gak kayak gue," final Rangga sambil membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan.
Kalimat Rangga membuat Vano serta Derin menatapnya tajam, "Nyindir." tandas Derin membuat Rangga ciut seketika.
"Gue pulang sama bebep ayang-ayangan gue kok! Ya kan bebep Derin," ucap Vano genit sambil mengedipkan mata kepada Derin, "Najis." Balas Derin bergidik ngeri.
"Ha-ha jomb-lo!" ledek Rangga sambil menunjuk-nunjuk muka Vano yang dengan sengaja menekankan kalimatnya.
"Coba deh kalian mikir. Jomblo orang yang belum merasakan bahagia karena cinta, tapi jika dilihat dari sisi lainnya, orang yang belum mersakan sakit hati karena cinta," ucap Vano mendramastiskan ucapannya dan memasang wajah semalang mungkin.
"Sok puitis,"
"Kayak cewek lagi galau aja lo,"Sahut Derin dan Rangga secara bersama tetapi beda tanggapan.
Dan, tinggalah Vano ditengah koridor yang mulai sepi akibat ditinggal oleh teman keduanya.---
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
Novela JuvenilIni tentang Derin; yang menjaga Senjanya, Bulan yang mengiri mataharinya, Dan berakhir dalam jiwa yang hilang. Ini pun tentang Velin, tentang mencari seseorang yang melengkapi jiwanya, Tentang Mematahkan harapannya, Ah ini juga bersama Sang Bulan ya...