-Jangan bermain dengan hati perempuan- vano
•
•Deru mesin mobil berhenti di perkarangan rumah bercat hijau. Mobil Velin yang dibawa Vano sudah terparkir manis di garasi rumahnya. Ia buru-buru membuka pintu mobil tapi tangannya tertahan, Shit! Tangannya masih terborgol.
Derin tertawa sinis. "Mana ponsel lo?" Velin hanya melirik sinis.
"Nggak kasih, nggak buka borgol." Dengan amat terpaksa Velin menyerahkan ponselnya. Derin mengotak atik sebentar menyerahkan kembali pada Velin lalu membuka borgolnya.
Tanpa pamit, bicara, basa-basi, Velin masuk ke dalam rumah. Menuju kamarnya, menibankan diri ke kasur king size. Mata cantiknya terpejam sejenak membayangkan kejadian hari ini bersama Derin. Baru saja memejamkan mata dering ponsel mengagetkannya. Ia berdecak kesal, tangannya dengan kasar meraih benda pipih itu di nakas. Dahinya berkerut samar.
Derin ganteng.
Sekali lagi ia berdecak kesal. Pasti cowok itu yang menamai kontak nomornya. Ia mematikan panggilan itu, malas menjawab. Lagi-lagi dering ponsel terdengar, dengan terpaksa Velin mengangkatnya.
"Apaan?!"
Orang yang disebrang sana terkekeh pelan.
"Besok gue jemput."
"Nggak!"
Panggilan terputus.
Senja mengumpat marah. "Orang stres!"
---
Pagi ini mood Senja hancur ketika melihat Derin berada di depan rumahnya, cowok itu memakai kaca mata hitam, tangannya ia masukkan ke saku celana badannya sedikit bersandar santai di kap mobilnya. Mata Velin menyipit sinis, sedangkan Derin hanya acuh, tetap bergaya cool sambil melepaskan kaca matanya.
"Masuk," suruh cowok itu mengarahkan ke dalam mobil. Tak ada sapaan mesra, atau sekedar aksi romantis bukain pintu mobil.
"Gak butuh jemputan lo!"
"Masuk!"
Velin diam tidak menjawab. Derin memutar bola mata malas. Menghadapi Velin harus ekstra sabar.
"Masuk atau gue gotong lo?"
"Dasar tukang ojek," gumamnya pelan, ia jalan sambil menggentakkan kakinya pelan, raut mukanya sudah tidak bersahabat, menutup pintu mobil pun dibanting cukup keras. Derin yang melihat kelakuan Senja pagi ini hanya tersenyum miring khas andalannya. Hiburan pagi ini.
Derin tak langsung menghidupkan mesin mobilnya. Ia masih menatap Velin yang di sampingnya secara dingin. Menyodorkan kotak bekal warna biru pada Senja tanpa banyak bicara.
Velin melirik kotak bekal yang disodorkan Derin. "Gue bawa bekel."
Derin merasa ada penolakan sekali lagi, ia diam berfikir gimana caranya agar menang lagi. "Siniin bekal lo!"
Malas berdebat pagi ini ia memilih kalah saja. Perempuan itu secara lambat mengeluarkan kotak bekal warna pink dari tas, menyerahkan pada Derin.
"Lo makan bekel gue. Gue makan bekel lo," Derin merebut bekal Velin secara kasar, ia langsung menukar kotak bekalnya dengan kotak bekal Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
Teen FictionIni tentang Derin; yang menjaga Senjanya, Bulan yang mengiri mataharinya, Dan berakhir dalam jiwa yang hilang. Ini pun tentang Velin, tentang mencari seseorang yang melengkapi jiwanya, Tentang Mematahkan harapannya, Ah ini juga bersama Sang Bulan ya...