rumah mertua

705 115 39
                                    

-sebuah rasa muncul karena terbiasa-

--

Derin bersandar di tembok depan kelas Velin, menunggu gadis itu keluar kelas. Telinganya ia sumpal dengan earphone, salah satu tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Matanya melirik dingin setiap murid yang memperhatikannya menunggu Velin.

Velin keluar kelas, Derin terkesiap. Velin jalan acuh tidak peduli dengan Derin yang menunggunya. Derin masih diam mengikuti setiap langkah Velin dari belakang.

"Ngapain lo ikutin gue?"

Derin hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Velin berdecak kesal segera ia percepat langkah jalannya, tangannya melambai ke arah taksi yang lewat.

"Pulang!" Derin menggendong Velin seperti karung beras. Velin menjerit kencang, bahkan beberapa pasang mata memerhatikan dua insan tersebut.

Layaknya penculik. Derin menurunkan Velin mendorong paksa masuk ke dalam mobilnya, segera ia melajukan mobilnya.

Muka Velin memerah antara malu bercampur kesal. "Gila lo!"

Sepanjang jalan dipenuhi umpatan Velin, bukannya menjawab Derin hanya terkekeh sinis. Mobil itu terhenti di depan rumah Velin. Velin turun, Derin ikut turun ikut masuk ke dalam rumah Velin.

Velin menghalangi Derin di depan pintu, tangannya ia lipat depan dada. "Ngapain lo ikutin gue lagi?!"

"Geer lo," ujar Derin dingin.

"Terus lo ngapain?!" Tanya Velin sambil mengangkat dagunya angkuh matanya mulai menyipit sinis.

"Gue mau ketemu mama lo." Kata Derin santai.

"Ngapain?"

"Ngelamar lo," jawabnya asal bola matanya memutar malas. Mukanya tetap datar.

"Gak mau!" Tolak Velin mentah-mentah.

"Ck! Awas!"

Velin menggeleng semakin tersulut emosinya. Derin mengangkat alisnya sebelah.

"Ini rumah gue. lo dilarang masuk!"

Derin mengernyitkan alisnya samar. "Rumah lo? Rumah orang tua lo kali."

Velin merasa kalah telak kali ini. Benar. Ini bukan rumahnya, tapi rumah orang tuanya. Ia kesal kedua tangannya ia hadang lebar-lebar di depan pintu, bibirnya cemberut, matanya yang bulat sempurna melotot. Nyeremin, batin Derin.

"ASSALAMU'ALAIKUM TANTE RANI INI DERIN!" Teriak Derin depan pintu. Nggak ambil pusing dengan kekesalan Velin.

Rani yang mendengar teriakan Derin keluar sambil tersenyum lebar. "wa'alaikumussalam. Waduh ada calon menantu mama dateng ya ampun terhura mama, ayo masuk pintu selalu terbuka lebar buat calon menantu,"

Rani mempersilahkan Derin masuk, cowo itu tersenyum puas lalu jalan dengan santai memasuki rumah Velin. Sebelum masuk Derin menengok ke belakang, menjulurkan lidahnya ke arah Velin. Velin melotot, tangannya ia kepal lalu ia tunjukkan kepada Derin, seolah-olah sedang memberi tonjokan dari jarak jauh.

Derin duduk dengan tenang di sofa ruang tamu, seakan rumah milik sendiri. Rani ke dapur menyiapkan minuman untuk tamu yang istimewa. Kalau bukan amanat dari Rani, Velin mana mau duduk menemani Derin sekarang.

Velin menatap Derin tajam. "Pulang lo!" Usirnya sambil bisik-bisik, takut terdengar mamanya.

Seperti tidak ada suara, Derin mengambil majalah yang ada di atas meja, membacanya lembar demi lembar.

"Pulang atau ban mobil lo kempes?" Mata Velin makin melotot. Derin diam seakan ancaman itu cuma angin lalu.

Pelototan Velin terhenti ketika Rani datang membawa sajian untuk si tamu. Rani dan Derin tampak akrab terlebih Rani sangat senang akan kehadiran Derin.
Merasa diabaikan Velin pergì menuju dapur keluar rumah dari pintu belakang, mengendap-endap menuju mobil Derin. Tingkahnya seperti maling, matanya melirik was-was keadaan sekitar sambil mebcoba mengempeskan ban mobil Derin. Tangan jahilnya dengan lihai mengempeskan 2 ban mobil belakang itu.

Selesai. Aksi jahilnya sudah tuntas, ia tersenyum puas kembali mengendap-endap masuk ke rumah lewat pintu belakang.

Rani mengantar Derin pulang sampai ke perkarangan rumahnya. Wajah berkepala empat itu terlihat berseri-seri. "Hati-hati ya, lain waktu main lagi ke sini. Anggep aja rumah mertua yang selalu terbuka lebar untuk calon menantu."

Derin terkekeh sebentar untuk menghormati orang tua di depannya. Senyumnya langsung lenyap ketika ia melihat kondisi mobilnya.

"Shit," gumamnya pelan.

Rani mengjampiri Derin, "loh kenapa mobil kamu?"

"Kempes."

"Udahlah, pulang pake ojek online aja," ujar Velin tiba-tiba muncul, badannya bersandar di tembok samping pintu, wajahnya judes, tangannya dilipat depan dada, tidak lupa senyum miring timbul di bibirnya.

"Eh jangan, udah mau malem nanti kalo kamu ada yang culik Velin jomblo lagi."

"Mendingan sekalian kamu makan malem di sini. Nanti mobil kamu di sini aja, terus Derin pulangnya dianter Velin, oke?" lanjut Rani.

"Oke," Derin mengangguk mantap kapan lagi dapet kesempatan seperti ini. Derin masuk lagi ke rumah Velin. Velin yang berada di samping pintu menatap tak percaya omongan mamanya.

"Senjata makan tuan, Nona," kata Derin membisikan Velin sambil berlalu.

---

   

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang