Mencintai orang lain untuk dijadikan pelampiasan. Siapa?
--
"Bram.." badannya mendadak kaku di depan ruang bernuansa serba putih. Ia hanya menggumamkan satu nama tanpa ada dalih memasuki ruang rawat inap itu.
Rasanya sudah lama ia tidak berkunjung ke sini. Rasa sesak itu kembali memenuhin relung hati Velin, perlahan ia mendorong pintu mengumpulkan sisa keberaniannya.
"Bram.." gumamnya sekali lagi.
Tidak ada jawaban. Hanya ada bunyi alat pendeteksi jantung yang memenuhi keheningan di ruangan itu.
"kamu kenal Zill?" lagi, lagi tidak ada jawaban. Pergerakan pun sama sekali tidak ada.
Huh, percuma..
Tidak hanya sekali ia berbicara seperti ini. Hampir satu tahun kondisi pria itu seperti ini, koma. Velin rindu sikap dewasa Bram yang membelanya di hadapan orang-orang, Bram itu bagaikan kakak, kekasih, sahabat, okoknya segalanya bagi Velin.
Pintu ruangan terbuka, gawat ada yang tau ia berada di sini. Velin menengokkan kepala, badannya menegang tingkahnya bingung harus buat seperti apa."ngapain lo?" kata cewek itu sinis.
Velin menggelengkan kepalanya lalu menghela napas sebentar, "cepet pulang, Karin."
Dengan cepat Velin keluar dari tempat itu sebelum lebih banyak orang yang tau. Velin mesnyusuri setiap lorong rumah ssakit ini, sengaja membuang waktunya.
"eh Velinnya Derin?" Vano nyengir depan Velin, nggak nyangka bakalan bertemu di sini.
"ngapain lo?" taanya Vano. Velin tidak menggubris pertanyaan Vano.
"Kalo gue sih nemenin ema gue cek kandungan. AKHIRNYA GUE PUNYA ADE!" Velin geleng-geleng kepala heran melihat aksi ajaib Vano.
Nggak ada yang nanya! Siapa peduli juga dia punya ade apa kagak.
Kemudian Vano melirik ruangan samping Velin. Ruang kandungan ibu hamil..
"lo.. masih perawan kan?"
Velin membalalak matanya, sekata-kata Vano berujar. Sial juga sih Velin berhenti tepat di ruang pemeriksaan kandungan kayak gini.Pletak..
Vano meringis kesakitan ketika Velin menjitaknya cukup keras. Mulut Vano monyong lima senti kesal setengah mati juga. Udah nggak jawab setiap omongannya sekalinya ngejawab pake jitakan, kan ngeselin. Ditambah sekarang Velin malah kabur menjauhi Vano."heran gue. Ngapa sih orang-orang demen banget jitakin kepala gue? Jenong jidat gue cuy!"
---
"ngapain ke dokter kandungan?" kata derin tiba-tiba datang ke perpustakaan lalu duduk di samping Velin.
Sia-sia usaha Velin mencari ketenangan buat sementara. Baru juga menyandarkan kepalanya di meja, Derin langsung dateng.
Dokter kandungan? Sudah pasti ini kerjaan Vano yang bilang nggak-nggak ke Derin. siapa lagi kalau bukan Vano Si cowok mulut ember.
Ide jahil Velin mendadak muncul. "meriksa kandungan."
"Siapa?"
"gue lah," Derin membeo tak percaya mendengar perkataan Velin. Seketika prilakunnya salah tingkah, bingung, kaget juga.
"serius?"
Velin menatap lekat mata legam Derin, ia mengangguk sambil tersenyum kecil. "tapi bo'ong."
Satu lagi kebiasaan Velin; suka memohongi Derin.
Derin memasang muka datar, nggak ketebak ia kesal atau tidak. Ekspresinya tetap datar auranya juga dingin.
Velin berdehem sejenak, "lo cinta Zill, maka dari itu lepasin gue. Perlahan.." katanya mendadak.
"Gue.. nggak mau terlibat orang yang brother complex," lanjutnya datar.
Salah satu rahasia Derin terkuak di hadapan Velin.
"jauhin Velin, Derin, ya?"
Derin menggelengkan kepalanya keras. Menolak mentah- mentah
Ia menghela napas, bicara dengan Derin Si keras kepala begitu susah."Gue cinta Zill," ia menghembuskan napasnya pendek, "makanya buat Derin cinta ke Velin, ya?"
Keduanya diam membisu, bergeming tak percaya apa yang mereka bicarakan sekarang. Rasanya semua ini di luar kendali mereka.
"iya, kalo Velin juga cinta ke Derin," kata Velin datar. Biarlah ia berkata seperti itu, toh hatinya nggak pada Derin.
"janji?"Derin menyodorkan jari kelingkingnya sebagai bentuk perjanjian.
"Velin nggak janji," katanya sambil menautkan jari kelingkingnya.
Jawabanya nggak sesuai ekspetasi Derin..
"Terus serakang Velin cinta Derin?"
"gak."
"bukan nggak tapi belum lalu menjadi akan."
Keduanya tersenyum kaku. Pun sama keduanya menggaruk tenguk yang tidak gatal. mereka berdua mencairkan sifat dingin satu sama lain dengan caranya tersendiri.
Velin mengeluarkan kalung pemberian Derin dari saku najunya. Ia melepaskan bandulan matahri dan bulan itu, saling memisahkan. Tangan Velin terulur memberikan bandulan matahari kepada Derin."kenapa dipisahin?"
"Derin jaga mataharinya, Velin jaga bulannya. Saling menjaga satu sama lain meski diwaktu yang berbeda."
Selanjutnya Velin pergi dari perpustakaan. Butuh waktu untuk memcerna semua ini.
---
An;
Oke jadi gini, ada yg bingung sama part part awal itu masih ada nama "Senja" sama "Ve"
FYI, ini cerita laaammmaaa baru di publik + revisi lagi. Terus nama panggilan tokoh itu dari Senja ke Velin, nah nama Senja itu buat panggilan sayang Derin nanti WKWKWK. Mohon maaf kalo ada beberapa part yg masih make nama Ve atau Senja :(Oke sekian bacotannya.
BAY
DAHHH
BABAY
SEE YOU!

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
Fiksi RemajaIni tentang Derin; yang menjaga Senjanya, Bulan yang mengiri mataharinya, Dan berakhir dalam jiwa yang hilang. Ini pun tentang Velin, tentang mencari seseorang yang melengkapi jiwanya, Tentang Mematahkan harapannya, Ah ini juga bersama Sang Bulan ya...