-maka ketika perpisahan itu muncul, ku harap semesta masih mengizinkanku bertemu denganmu ketika mataku terlelap dikeheningan malam.- Aderin F.
---
"Tapi bohong," katanya santai sambil lanjut memakan makanannya.
Sialan.
Bagaikan diterbangkan setinggi-tingginya, lalu dijatuhkan sejatuh-jatuhnya. Oh God! Dia terkena prank gadis itu. Derin mengumpat dalam hati, mulutnya memang diam tapi hatinya menyumpahi gadis itu. Ia makan dengan kasar seakan membayangkan memakan Velin.
"Alasan?"
"Apa?"
Mata Velin memutar malas. "Lo minta tolong."
Suapan nasi terhenti di udara, "tantangan," katanya kalem. Dahi Velin terangkat sebelah.
"Buat lo jadi pacar gue," sebelum Velin bertanya Derin sudah lebih dulu menjelaskan.
"Kenapa gue?"
Derin bangkit dari duduknya, memutar arah ke belakang Velin lalu membisikan gadis itu sesuatu, "karena cuma lo satu-satunya cewek dingin yang gue kenal."
Derin membawa piring kotor menuju dapur. Velin mengejarnya, penjelasan Derin masih abu-abu, kenapa dia memenuhi tantangan seperti ini.
"Sekarang gue pacar lo," Derin mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar perkataan Velin.
"Tunjukin ke temen-temen lo."
"Abis itu kita putus," Velin memandang lurus, berangan-angan ketika hal tersebut terjadi.
"Gak."
"Kenapa?"
"Gue yang mulai, terserah gue akhirin kapan aja," balasnya dingin.
"Hubungan ini cuma sebatas tolong menolong buat menuhin tantangan lo itu kan?!" Velin tersulut emosi. Derin pun ikut tersulut emosi, perlahan Derin mendekatinya maju selangkah demi selangkah. Velin terpojokkan, belakangnya sudah tembok dapur, kedua tangan Derin mengunci pergerakkannya.
"Gue bilang nggak ya nggak!"
Dagu Velin terangkat, menantang. Bukan Velin namanya kalau takut menghadapi Derin.
Ia geram dengan prilaku Velin yang menantangnya. Tangan Derin terangkat, Velin yang melihat itu terkesiap, ia memejamkan matanya sudah siap mendapatkan pukulan dari Derin. Dia memejamkan matanya cukup lama tapi tak ada pukulan, tamparan atau jitakan, perlahan ia membuka matanya takut-takut. Melihat Derin dari jarak sedekat ini, pertama kalinya.
"Reste avec moi," kata Derin tersenyum manis sambil mengusap dahi Velin.
Dahi Velin mengernyit samar tidak paham bahasa Prancis yang diucapkan Derin. Dahinya masih dielus halus oleh cowok itu. Velin berdehem salah tingkah, pergerakan elusan tangan Derin terhenti menatap Velin cukup lama.
"Duh, Rin. Di jalan panas banget aku haus," tanpa permisih, seorang cewek beperawakan model berkata sambil menutup pintu. menuju ke arah dapur membuka kulkas mengobar-abrik isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
Dla nastolatkówIni tentang Derin; yang menjaga Senjanya, Bulan yang mengiri mataharinya, Dan berakhir dalam jiwa yang hilang. Ini pun tentang Velin, tentang mencari seseorang yang melengkapi jiwanya, Tentang Mematahkan harapannya, Ah ini juga bersama Sang Bulan ya...