Typo bertebaran
-
-jangan menghilang, sebab hilangmu membuat kerinduan-
•
•Vano mengamati Derin lekat-lekat. Aneh akan prilaku sahabatnya. "Tumben banget lo ngerem di kamar gue."
"Velin pacar gue."
"Pacaran? Gue? Velin? Sama? Gue? Pacaran? Sama? Velin? Velin? Gue? Sama? Jadian?" Gumam Vano bingung serta kalimat Derin di bolak-balikkan seperti tak paham apa yang di ucapkan kawannya tersebut.
"Seriusan?! Velin pacar lo, lo pacaran? Jadian?!" Pekik Vano ketika paham apa yang Derin ucapkan.
"Hm."
"YA ALLAH DERIN AKU SUDAH GEDE. akhirnya populasi jomblo berkurang di dunia ini," kata Vano bersyukur, tapi di lain sisi ia sendiri yang jomblo diantara ketiga sahabatnya itu.
"Gila."
"Gue putus sama Caca," kata Rangga datang tiba-tiba air mukanya lesuh, jiwanya tidak ada semangat.
"Alhamdulillah. Makasih ya Allah, akhirnya bukan dedek Vano aja yang jomblo tapi abang Rangga juga populasi jomblo meningkat la-" belum sempat perkataan Vano selesai justru jitakan keras yang ia dapatkan.
"Ini temen siapa sih?!" Kesal Rangga sambil menjitak kepala Vano dengan keras.
"Aa Rangga lagi galau ya? Galau bukannya tempat minum air itu ya?" Tanya Vano sambil memasang muka ling-lung.
"Itu ga-lon."
Dengan kesal Rangga mengapit leher Vano dengan ketiaknya. "WOY KAMBING! KETEK LO BAU IKAN ASIN! LEPASIN JANGAN SEKAP DEDE, DEDE MASIH PERAWAN AAAKK TOLONG!"
Rangga melepaskan siksaannya, dia masih menatap Vano horor. Derin hanya geleng-geleng kepala melihat sahabatnya yang absurd.
"Ya udah deh, gue ikut sedih. Gue ucapin bela sungkawa atas putusnya hubungan lo yang udah terjalin lama, nanti gue kasih tau juga kok sama Pak RT," pasrah Vano.
"Lo kira gue sama Caca meninggal?! Terserah lo deh, Van!" Balas Rangga kesal.
"GWS ya," kata Vano sambil menepuk bahu Rangga 2 kali.
"GWS?" Tanya Rangga.
"Iya, get well soon buat hati Rangga yang patah," jawab Vano sambil tersenyum miris yang langsung dapat pelototan geratis dari Rangga.
---
"Eh Nona beku," sapa Derin datar di lorong sekolah. Beberapa murid sudah memperhatikan mereka berdua yang jalan berdampingan. Velin malas menjawab sapaan Derin, dia diam seakan hanya angin lewat yang menyapanya.
Mereka berdua jalan berdampingan, tak ada omongan basa-basi sepanjang jalan. Sebenarnya Velin risih Derin dekat dengannya apalagi sekarang dia menjadi pusat perhatian.
Velin berhenti berjalan, "jangan. Ikutin. Gue!"
"Masalah?"
"Ya."
"Oh."
Senja kembali mempercepat jalannya.
"Lo pacar gue."
"Nggak peduli."
"Pulang bareng gue!" Seru Derin ketika Velin mulai berlari karenanya. Sekarang Velin mengakui, benar kata orang Derin itu horor. Buktinya semenjak Derin mengganggu Velin, hidupnya mulai tak beraturan.
Derin terkekeh pelan, ia membalikkan badan mengarah kelasnya, senyum miring terpapar jelas hari ini.
---
"Awas!" Printah Velin kepad Derin, cowok itu dengan santai menyandar pada pintu mobilnya.
Derin tersenyum miring, "pulang bareng gue!"
"Cih, Ogah."
Dengan kasar Derin merampas kunci mobil Velin dari genggamnya lalu melempar ke arah Vano yang di sampingnya. Derin memberi aba-aba agar Vano segera mengendarai mobil Senja.
"Lo kemanain mobil gue?!"
"Urusan gampang."
Derin memaksa Velin masuk ke dalam mobilnya. Sebelum Velin berontak ia segera mejalankan mobilnya.
Velin menatap Derin horor. "Berenti!
Tidak banyak omong Derin justru menambah kecepatan mobilnya.
"Sialan lo!" Umpatnya keras.
Derin merasa menang kali ini. Ia melirik sekilas cewek di sampingnya, mukanya ditekuk aura dendamnya mulai terpancar jelas.
"Belok kanan!" Titah Velin mengarahkan ke arah rumahnya.
"Kok belok kiri?!"
Velin pikir Derin buta kanan kiri. Alih-alih belok kanan Derin justru mengendarai arah mobil sesuka hatinya. Derin memberhentikan mobilnya. Kesempatan kabur --pikiran Velin bersorak-- ia baru saja membuka pintu tangannya langsung dicekal Derin.
"Diam!" Derin memegang pergelangan tangan kanan Velin, memasang borgol di tangan kanan Senja dan di pergelangan tangan kirinya.
"NGAPAIN LO?!"
"Biar lo nggak kabur."
Ya Tuhan rasanya Velin ingin makan hidup-hidup cowok di depannya, mukanya datar sedatar datarnya, tangannya berusaha melepaskan borgolan yang terkait dengan tangan Derin. Tapi percuma, kemana pun Velin bertingkah Derin selalu di sampingnya.
Mereka berdua makan di warung pecel lele lesehan pinggir jalan. Derin makan dengan nikmat, makan langsung dengan tangannya tanpa sendok. Ia melihat Senja yang hanya diam cemberut.
"Kenapa?" Tanya Derin. Velin diam. Derin memesan dua porsi, tapi yang termakan hanya satu porsi.
Derin menyodorkan makanan Velin, "makan."
Velin tetap diam.
Derin melirik tangan kanan Velin yang diborgol olehnya, "tangan kanan lo gue borgol."
Velin masih diam.
Derin memasang tampang dingin, tangannya menyodorkan sesuap nasi "buka mulut lo."
Velin masih pada pendiriannya.
"Lo ngerti bahasa manusia nggak si?"
Velin hanya melirik suapan Derin. Velin masih diam. Sudah cukup kesabaran Derin habis. Derin menggunakan tangan kirinya yang terborgol, ia menangkup pipi Velin sampai mulutnya terbuka lalu tangan kanannya dengan cepat menyuapkan nasi. Ini sih namanya pemaksaan.
Velin melotot sambil mengunyah, "lo kok maksa?!"
Derin diam.
"Gue mau pulang."
Derin diam. Menikmati makannya.
"Lo ngerti bahasa manusia nggak si?"
Derin hanya melirik sekilas. Oke Derin membalas perbuatannya.
---
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
Novela JuvenilIni tentang Derin; yang menjaga Senjanya, Bulan yang mengiri mataharinya, Dan berakhir dalam jiwa yang hilang. Ini pun tentang Velin, tentang mencari seseorang yang melengkapi jiwanya, Tentang Mematahkan harapannya, Ah ini juga bersama Sang Bulan ya...