Prolog
🌸🌸🌸
Dua hari yang lalu Airin baru saja berusia tujuh belas tahun. Malam sebelum tepat tanggal ulang tahunnya, ia masih berada di tempat kerja paruh waktunya di sebuah tempat yang cukup ramai di kota Jakarta. Malam itu terasa seperti ulang tahun yang sebelumnya. Tidak ada surprise dan lilin untuk ditiup seperti kebanyakan orang. Sepi dan tidak ada yang istimewa.
Kata orang, ulang tahun yang ketujuh belas adalah umur yang istimewa. Railly, sahabatnya sering menyebut itu dengan seventeen paradise, katanya akan ada periode dimana kita akan menikmati hidup untuk berasenang-senang tanpa beban, mendapatkan makna hidup yang berharga serta pengalaman yang takkan terlupakan, tidak memikirkan apapun selain memikirkan kebahagiaan diri sendiri.
Airin tidak berpikir begitu. Apa bedanya tahun kemarin dan sekarang? Lagipula pekerjaan, hidup dan kegiatannya akan tetap sama. Mungkin hanya akan datang pengalaman-pengalaman kecil dan orang-orang baru yang tidak akan berpengaruh besar dalam hidupnya.
Tapi pemikiran itu sebelum ia datang kesekolah. Pada keesokan harinya, Railly memberi kado dan ucapan selamat dari teman-teman lamanya di full house. Kado beruntun ia dapatkan saat apel pagi. Selama ini Airin sangat benci yang namanya apel pagi di lapangan sekolah yang amat panas, namun rasa panas dan lelah terbayar dengan informasi istimewa yang seperti menjadi kado ulang tahunnya.
Study tour ke negara impiannya. Tuhan memang selalu adil dan Airin tahu itu. Mungkin inilah yang namanya keberuntungan.
Airin melipat baju terakhirnya di dalam koper berwarna merah darah. Ia menghembuskan napas lega, akhirnya tugasnya pada malam ini selesai juga. Matanya beralih memandangi jam dinding. Hampir jam tiga pagi. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menepis penat dalam tubuhnya.
Ia memalingkan pandangannya keatas lemari yang berada tepat berhadapan dengan ranjang. Airin berpikir sejenak dan melompat dari kasurnya. Gadis itu menggapai sebuah box penyimpanan yang ada di atas lemari dan kembali duduk disamping koper.
Airin membuka gembok box itu dan mengambil sebuah map dan amplop dari dalam sana. Ia memandangi dua benda berharga itu memikirkan apakah ia perlu membawanya atau tidak. Segala pertimbangan dan kosekuensi telah ia pikirkan dan akhirnya memutuskan untuk membawa keduanya. Koper ini benar-benar penuh.
Gadis itu beranjak dan berjalan kearah jendela mengambil dan menyesap cokelat hangatnya. Sesekali ia memegang lehernya yang terasa pegal, memijat perlahan dan kembali menikmati cokelat hangatnya. Ia meniup uap yang dihasilkan dari gelas digenggamannya dan kembali menyesap cokelat itu.
Airin merasa sangat senang, mungkin beberapa hari kedepan akan menjadi hari yang paling indah di hidupnya. Airin bahkan merasa mual karena gugup menanti datangnya esok.
Seventeen Paradise? Ia tersenyum kemudian menahan mulutnya dengan tangan agar tawanya tidak mengeluarkan suara.
"Korea, i'm coming."
🌸🌸🌸
Racle Airin
Bae Joo Ril
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle [Unpublish]
Teen FictionSetelah menganggap bahwa Study tour ke Negeri Gingseng Korea adalah hadiah ulang tahun yang diberikan Tuhan kepadanya. Entah kenapa sekarang Airin malah merasa bahwa ini bukanlah hadiah tapi hukuman. Beberapa hari yang lalu ia tertinggal oleh rombon...