Chapter 10

270 60 28
                                    

Chapter 10 :Hening dan Gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 10 :
Hening dan Gelap

🌸🌸🌸

Airin menatap jam dinding yang menunjukan pukul 06.46 ia masih ingin berada di bawah selimut namun apa daya cowok menyebalkan itu menyuruhnya bekerja hingga membuatnya berhadapan dengan talenan dihadapannya, ia menatap hewan laut yang masih menggeliat di atas papan kayu itu. Beberapa kali ia mencoba untuk menyentuhnya namun gagal. Teksturnya membuat Airin bergidik ngeri, hewan itu begitu menakutkan saat masih bergerak seperti ini.

Satu helaan napas kembali lolos dari mulutnya, mencoba meyakinkan dirinya untuk kembali mencoba membersihkan gurita malang itu. Namun sayangnya niatnya kalah besar dengan rasa geli yang seakan menguasai dirinya. Ingin sekali ia mengadu tapi apa daya, ia tidak bisa dan hanya bisa menatap objek dihadapannya.

Kembali satu helaan napas dihembuskannya dan mengulurkan tangannya kearah gurita hidup itu namun suara melengking yang keluar dari balik pintu membuatnya kaget setengah mati. Airin menutup matanya dan lagi-lagi menghembuskan napas berat. Ingin sekali ia melayangkan sumpah serapah pada orang itu. Siapa lagi kalau bukan Joo Ril.

Airin berdehem saat suara kenop pintu berbunyi. Ia berbalik menatap sosok yang baru saja keluar dibalik daun pintu. Wajahnya tampak seperti biasa dingin dan tentunya menyebalkan. Hanya saja, ada satu hal yang membuat raut wajahnya kurang menyenangkan. Tepatnya lebih buruk dari yang biasanya. Airin tahu apa yang membuat cowok itu mengeluarkan suara keras seperti tadi di dalam sana.

Walaupun pintu itu dikunci, tetap saja Airin bisa mendengar sebagian kata dari setiap kalimat yang diucapkan cowok itu. Kata 'paksa' dan 'tidak mau' menjadi kata yang mendominasi dalam percakapan dalam telepon tadi. Mungkin itu bukan suatu pembicaraan yang baik. Kenapa? Karena raut wajah cowok itu menunjukan jawaban yang tepat akan pernyataan sebelumnya.

Merasa diperhatikan, Joo Ril kembali melangkah, menuju dapur dan menegak segalas air disana. Tak jauh dari tempatnya berdiri, Airin masih setia memerhatikannya.

Joo Ril membalas tatapan Airin dengan sebuah lirikan dan meneliti apa saja yang sudah dikerjakan gadis itu. Joo Ril meletakan gelas diatas wastafel dengan kasar. Matanya masih meneliti keadaan disekitar Airin. Tak ada perubahan dan bahkan gurita yang ia tinggalkan tadi masih tetap pada posisi yang sama. Belum dibersihkan sama sekali dan bahkan belum tersentuh.

"Sebenarnya kamu ini bisa kerja nggak sih?"

Omelan lagi.

Airin hanya diam dan yang dapat menebus rasa kekesalannya hanyalah mencibir dan memaki cowok itu didalam hati.

Ia bukannya tidak bisa bekerja, tapi masalahnya adalah Airin tidak tahu caranya membersihkan gurita dan tambah lagi ia geli saat menyentuh hewan yang masih bergerak itu. Jujur, ini pertamakalinya Airin menyentuh gurita hidup.

"Aku nggak bisa." Cowok itu mendesah dan menatapnya malas. "Aku nggak tahu cara bersihin itu." Airin menunjuk gurita yang masih menggeliat diatas talenan sambil memasang wajah seakan meminta dikasihani.

Miracle [Unpublish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang