Chapter 24

249 33 23
                                    

Chapter 24 :Jembatan, Sungai dan Cahaya Bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 24 :
Jembatan, Sungai dan Cahaya Bulan

🌸🌸🌸

Airin mengintip ditikungan koridor. Gadis itu mendengus saat melihat Joo Ril yang melangkah menjauh dari depan pintu kelasnya. Persembunyiannya selama dua hari ini benar-benar membuat jantungnya berdegup kencang setiap kali bel pulang sekolah dikumandangkan.

Bagaimana tidak? Setiap kali bel pulang sekolah berbunyi, Joo Ril selalu berdiri dan menunggunya didepan pintu kelas. Airin berdecih, ia sungguh tidak siap dijadikan babu lagi.

"AIRIN!"

Sang pemilik nama menutup mata malas dan mengepal tangannya geram. Terkutuklah orang yang mengucapkan namanya dengan lantang itu.

"Tas lo ketinggalan, gue cariin dari tadi lo malah ngilang mulu."

Airin merampas ranselnya dan menatap tajam kearah Railly tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Beberapa detik kemudian dapat Airin rasakan seseorang berperawakan tinggi sudah berdiri disampingnya. Ia tahu dan yakin itu siapa, apalagi tatapan kegum Railly dengan mata berbinar itu sudah cukup membuat dugaan Airin tercentang hijau.

"Ain, Ain." bisik Railly saat Joo Ril membalas tatapannya walau hanya satu detik. Namun, bukannya menerima respon yang ia harapkan, Railly malah menerima tatapan yang memiliki makna 'gue bakal bunuh lo nanti!'.

Kalau sudah seperti ini, Airin tidak bisa berkutik. Dirinya kembali terjun kedalam aturan tak tertulis yang sempat ia rasakan pada bulan april lalu. Airin meringis dalam hati, bahkan hanya satu deheman Joo Ril sudah mampu menyeret langkahnya mengikuti cowok itu dari belakang. Keduanya kini meninggalkan Railly seorang diri. Dapat Airin lihat tatapan heran dan meminta penjelasan dari raut wajah Railly.

"Harus banget yah mulai hari ini?"

"Terus maumu kapan?"

Airin merdecih ia hanya dapat membungkam mulutnya, jika boleh dipilih lebih baik ia tidak akan memulai.

"Aku beri kamu kebebasan disini," Airin mendongak. "Karena ini hanya akan menggenapi kontrak, jadi aku tidak akan mengekangmu seperti dulu. Lagipula, kamu kan punya dunia sendiri disini. Anggap saja aku temanmu, tapi tetap saja, kastaku lebih tinggi dari kamu."

Airin menganggukan kepalanya, ia tidak mengerti dengan perkataan yang dimaksud Joo Ril, tapi inti percakapan yang Airin tangkap adalah...

Jadi babu di negara sendiri.

Airin berdecak, lalu memperlambat langkahnya hingga benar-benar terhenti saat menyadari ponselnya bergetar. Cewek itu merogoh kantongnya, mengambil benda itu dan memandang layar utama yang memberikan pemberitahuan panggilan tak terjawab. Ia memandangi benda itu sejenak, keningnya tertaut saat nomor ponsel itu kembali muncul sebagai penelepon. Nomor ponsel tak dikenal ini tampaknya tidak begitu asing diingatan.

Miracle [Unpublish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang