Chapter 6 :
Run🌸🌸🌸
Airin memukul punggungnya yang terasa sedikit pegal. Hidungnya sudah sangat gatal karena terhirup debu dari beberapa benda yang ia bersihkan. Ruangan yang tanpak begitu berantakan dan berdebu membuat tangannya gatal untuk membereskan semua kekacauan disekitarnya. Dan hitung-hitung ini sebagai tanda terima kasih untuk Joo Ril yang telah membantunya sejauh ini.
Airin menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang ada diruang tengah dan meraih remot TV untuk menonton acara musik yang tadi sempat ia lihat dijadwalkan pada hari ini. Airin sedikit berdecak kesal saat melihat grup idolanya menyanyikan bagian pertengahan lagu. Sepertinya ia terlambat beberapa menit namun itu tentu tidak mengurangi rasa excited-nya untuk menontoni acara come back dari artis idolanya itu.
Rasanya memang agak berbeda, biasanya ia akan menunggu sampai besok untuk mendownload acara serupa di situs-situs K-pop namun sekarang ia bisa menontonnya secara live di televisi Korea. Airin ikut bertepuk tangan dan tersenyum saat lagu selesai dinyanyikan. Ia ingin sekali melompat kedalan layar TV dan masuk kedalam sana mengikiti euforia para penonton. Airin sedikit menekik saat salah satu idola utamanya menyampaikan sebuah pidato tentang album come back mereka. Airin seperti ingin meleleh setiap kali melihat idolanya itu tersenyum. Ah mengapa ada manusia setampan itu?
Dering telepon seketika membuat kegiatan fangirlnya buyar, Airin berdecak kesal dan melangkah kearah telepon dengan menyentakan kakinya. Sudah puluhan kali telepon itu berdering dan yang selalu dibicarakan hanyalah kekawatiran Joo Ril akan Airin yang berniat menelepon siapapun dari Indonesia. Padahal, jika Joo Ril tidak selalu meneleponnya Airin pun tak berniat untuk menyentuh benda itu.
"Kenapa?" Airin berusaha bertutur sebaik mungkin, sebenarnya ia ingin sekali mengabaikan telepon itu tapi ia juga tahu diri dan berusaha menghargai Joo Ril sebagai tuan rumah.
Airin memutar bola matanya malas, cowok itu hanya mengatakan jika selesai memasak harus mematikan kompor. Airin tahu itu dan bahlan anak TK pun tahu. "Aku tahu, aku juga nggak bakal bakar rumah kamu."
"Jangan terlalu khawatir, aku juga sebenarnya nggak mau nyentuh telepon kalo bukan karena kamu." Airin meyakinkan dengan sesopan mungkin saat Joo Ril kembali mengungkit hal yang sama dengan sebelumnya. Airin hanya mengiyakan apapun yang dikatakan Joo Ril dari kejauhan sana.
Airin hanya mengangkat bahunya tidak mau tahu dengan kata terakhir yang dikatakan Joo Ril, ia berbalik dan kembali menontoni acara musik yang sempat tertinggal sembari menunggu Joo Ril yang katanya sudah dijalan pulang.
Airin kembali memandangi TV namun konsentrasinya sudah tidak sepenuhnya pada acara musik itu tetapi tersita pada kehidupannya dan orang-orang yang ada di Indonesia. Hal itu membuat dadanya merasa sesak. Sejauh ini, apakah ada yang mengkhawatirkannya selain Railly? Atau bahkan tidak ada sama sekali. Airin kembali mempertimbangkan sesuatu, mungkin ini akan berat untuknya namun jika itu akan membuatnya merasa lebih baik sepertinya ia harus mencoba. Tapi ada yang menjanggal lagi didalan pikirannya, apa ia bisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle [Unpublish]
Teen FictionSetelah menganggap bahwa Study tour ke Negeri Gingseng Korea adalah hadiah ulang tahun yang diberikan Tuhan kepadanya. Entah kenapa sekarang Airin malah merasa bahwa ini bukanlah hadiah tapi hukuman. Beberapa hari yang lalu ia tertinggal oleh rombon...