Chapter 9 :
Rindu Sekolah(?)--------------------------------------------------
Sillyehamnida : Permisi
Weo : kenapa
--------------------------------------------------
🌸🌸🌸
Sudah hampir dua minggu Airin tinggal disini. Awalnya memang terasa asing, tapi lama-kelamaan ia bisa menyesuaikannya. Namun ada satu hal yang tak bisa Airin sesuaikan. Sifat Joo Ril. Cowok itu masih tetap sama saat pertama kali mereka bertemu, begitu dingin, ekspresi yang selalu sama dan kaku seperti robot. Joo Ril susah untuk dicairkan dan Airin sudah terlanjur bosan dengan hal itu.
Tidak hanya sekaku robot dan sedingin es, cowok itu juga memiliki mulut yang luar biasa pahit saat bertutur. Dia sangat profesional dalam mengatai orang. Contohnya, sudah puluhan kata bodoh ia layangkan pada Airin entah dengan bahasa Indonesia ataupun Korea. Mulai dari bodoh, babo, dan yang paling sering Airin dengar adalah Cheongie. Airin tahu semua arti ejekan itu, ia beberapa kali mendengarnya saat menonton drama.
Airin menyilangkan keduatangannya sambil memandangi layar TV yang gelap. Jika dipikir dan diingat kembali Joo Ril bahkan sama sekali tidak pernah menyebutkan namanya melainkan dengan ejekan yang selalu ia layangkan. Cowok itu benar-benar menyebalkan.
Airin melirik jam yang kini menunjukan pukul 06.40. Mungkin jika ia ada di rumahnya sekarang, pasti ia sudah bangun dan sedang bersiap kesekolah dengan keadaan yang kurang vit karena pada malam sebelumnya ia harus berada di tempat kerjanya hingga larut malam dan harus bangun dipagi buta dan memasak untuh ayahnya.
Tapi disini, waktu tidurnya benar-benar tercukupi, bahkan lebih. Airin menghembuskan napas panjangnya. Entah ia harus senang atau sedih. Walaupun disana semuanya terasa berat entah mengapa ia merindukan semuanya. Padahal, dulu ia sangat ingin lari dari semua hal yang membuat dirinya tertekan disana. Dan mungkin, sekarang ia benar-benar telah berhasil untuk lari, atau lebih tepatnya menghilang.
Satu tetes air mata lolos di pelupuk matanya bersamaan dengan suara pintu yang terbuka. Airin mengusap bekas aliran air mata dipipinya saat Joo Ril melewatinya dan meletakan satu kantong paper bag di hadapan Airin.
Cewek itu masih memerhatikan benda itu bergantian dengan Joo Ril. Airin mengusap kembali bawah matanya dan menarik napas yang sempat tersumbat. Dari cara Joo Ril melepas benda itu, Airin bersimpul dan menganggap bahwa mungkin yang ada di dalam paper bag ini untuknya.
Jadi, dengan percaya diri Airin meraih paper bag itu dan berkata : "ini buat aku ya?"
Joo Ril mengangguk. "Coba pakai kalau pas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle [Unpublish]
Teen FictionSetelah menganggap bahwa Study tour ke Negeri Gingseng Korea adalah hadiah ulang tahun yang diberikan Tuhan kepadanya. Entah kenapa sekarang Airin malah merasa bahwa ini bukanlah hadiah tapi hukuman. Beberapa hari yang lalu ia tertinggal oleh rombon...