Chapter 4

503 135 23
                                    

Chapter 4 :Memohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 4 :
Memohon

-----------------------------------------------------

Ket.
Kalimat yang menggunakan aku-kau dan bahasa formal diibaratkan bahasa korea yang sudah diterjemahkan. (Layaknya translate drama/film)

Ya!                            = seruan dalam bahasa korea seperti 'hei!/woi'
Neo michyeosseo  = Kau sudah gila?
Ajeossi                     = Paman (orang lain)
Aigo                          = Aduh/ya ampun

🌸🌸🌸

Pemuda itu turun dari taksi, membungkuk dan memberi hormat kepada supir tua yang sudah mereka repotkan mengelilingi kota Seoul. Dan sayangnya mereka sama sekali tak menemukan apa yang dicari.

"Sudahku duga ini nggak ada gunanya." Mendengar pertakaan itu seketika Airin langsung putus asa. Ia menghirup napas panjangnya seakan paru-parunya membutuhkan jumlah udara yang banyak sebelum ia pingsang ditempat ini.

"Sudah berapa jam mereka ninggalin kamu?"

Airin melihat jam tangannya dan menghitung dalam hati. "Hampir lima jam."

Pemuda itu memulai langkahnya berjalan dengan santai. Jika biasanya Airin akan menyamakan langkahnya kini ia hanya bisa berjalan satu meter dari orang yang ada di depannya, mengikuti langkah kaki pemuda itu. Ia benar-benar sudah lemas.

Airin hanya menatap langkah kakinya. Memerhatikan sepatu putihnya yang sudah sangat kotor. Mungkin mukanya sekarang sudah sangat kusan dan sangat jelek. Apalagi matanya masih terasa bengkak. Pikiran yang awalnya kosong kini dihantui oleh khayalan-khayalan menakutkan tentang bagaimana caranya mati dan seperti apa caranya akan menghembuskan napas terakhir. Apa ia akan dikubur atau dibiarkan membusuk di tempat dimana ia mati nanti? Ah itu terlalu mengerikan.

"Aw!" Airin memekik saat kepalanya membentur punggung seseorang. Airin hanya bisa meminta maaf saat pemuda itu menatapnya tidak senang. Selalu saja tatapan itu, tidak bisakah ia memandang Airin dengan pandangan yang sedikit ramah atau rasa kasihan?

"Lain kali kalo jalan pake mata," ucapnya sinis lalu menunjuk sebuah tempat dengan dagunya.
"Masuklah dan pesan makanan." Airin melihat kearah restoran kecil disampingnya dengan mata berbinar. Airin tersenyum pada pemuda itu mengisyaratkan tanda terimakasih yang teramat dalam. Seketika pandangannya terhadap pemuda ini berubah. Ternyata dia orang yang cukup baik walaupun tidak begitu kentara.

Airin langsung melangkah memasuki pintu restoran bahkan mendahului pemuda itu. Perutnya sudah tak sabar untuk diisi. Airin mengambil tempat duduk yang tak jauh dari jendela, meraih daftar menu. Mimik wajahnya berubah ketika ia terkejut melihat beberapa menu yang tertera disana, lebih tepatnya ia tak bisa membaca daftar menu itu. Pemuda itu ikut duduk dihadapannya dan mengambil alih daftar menu dari tangan Airin, mengetahui apa masalah gadis itu.

Miracle [Unpublish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang