Chapter 7

370 86 19
                                    

Chapter 7 :Perjanjian dan Kesepakatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 7 :
Perjanjian dan Kesepakatan

🌸🌸🌸

Airin memandangi dirinya di depan cermin, melihat pantulan dirinya dengan teliti. Baju dan ia kenakan sekarang sangat besar dan bahkan dirinya seperti sebuah hanger yang digantungi baju. Aroma tubuhnya juga sudah bukan seperti biasanya melainkan berubah menjadi aroma maskulin yang diciptakan oleh sampo dan sabun cair yang baru saja ia pakai, dan tentunya semua yang ia gunakan ini milik Joo Ril.

Airin keluar dari kamar mandi. Ia sediki menarik karet celana untuk mempererat ikatannya agar celana ini tidak melorot. Airin menatap Joo Ril yang duduk manis dimeja makan, melahap suapan terakhir lalu bangkit berdiri dan berjalan ke wastafel mencuci piring yang baru ia gunakan. Airin masih setia memperhatikan Joo Ril hingga cowok itu hilang dibalik pintu kamarnya tanpa suara apapun selain bunyi kenop pintu yang tertutup namun tidak dikunci.

Airin melangkah menuju sofa yang menjadi tempat tidurnya untuk malam ini. Membaringkan dirinya disana mencoba mencari ketenangan dengan memejamkan mata.

"Kecuali satu hal, Tinggal bersamaku."

"Tapi,"

"Aku beri waktu sampai besok pagi untuk berpikir. Lewat dari itu, maaf aku nggak bisa bantu kamu lagi. Aku tidak ingin membahayakan diriku."

Airin bergerak mencari posisi tidur ternyaman. Namun entah mengapa percakapan tadi selalu terngiang diotaknya. Ia terbebani oleh pertanyaan-pertanyaan Joo Ril. Ia harus mempertimbangkannya dengan matang dan harus benar-benar bulat.

"Kalo kamu menyetujuinya, aku akan membuat kita berdua saling mendapat keuntungan."

"Kita berdua? Keuntungan apa yang bisa aku dapat?"

"Em... kembali ke Indonesia."

Airin kembali mengingat percakapan itu dan ekspresi kaget yang langsung mendongak kearah Joo Ril antara percaya atau tidak.

"Tapi mungkin itu tidak akan secepat apa yang kamu pikirkan. Aku juga akan mengambil sedikit keuntungan darimu."

"Apa itu?"

"Nanti saja saat kamu menemukan jawabannya."

Sebenarnya, ia sudah mendapatkan jawabannya karena memang hanya itulah pilihan yang dapat ia ambil saat ini. Airin tidak boleh ceroboh dalam mengambil keputusan, Airin menghembuskan napas panjangnya saat memikirkan masing-masing kosekuensi dari dua jawaban di dalam kepalanya. Ambil yang pasti saja! Karena jika ia tidak mengambilnya, peluang terbesar adalah nyawanya. Airin menggeleng dengan keras saat memikirkan jawaban yang lain. Sungguh, ia tidak mau menjadi gelandangan di negeri orang. Kejadian beberapa hari lalu adalah pengalaman buruk yang mungkin akan selalu menghantui hidupnya dimana orang-orang memperlakukannya seperti pengemis.

Miracle [Unpublish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang