Chapter 21

152 45 14
                                    

Chapter 21 :Bunglon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 21 :
Bunglon

🌸🌸🌸

Butuh satu bulan lebih bagi Airin untuk menyesuaikan dirinya lagi dengan lingkungan sekolah. Sebenarnya, lingkungannya masih tetap sama. Iklim tropis yang sangat panas dan kadang diselingi hujan.

Yang berbeda adalah tatapan orang-orang di dalam sekolah. Sejak awal Airin masuk SMA ini, ia berharap dirinya tidak terlalu mencolok menutup diri dengan orang-orang baru, tapi sepertinya keinginan itu harus sirna setelah kejadian dua bulan lalu yang membuat dirinya sangat tersorot.

Memang pandangan mereka bukan pandangan aneh yang membuat Airin merasa tersudut. Tapi tetap saja, Airin tidak suka jika terlalu banyak orang mengenal bahkan mencari tahu tentang dirinya. Ia benar-benar tidak suka, bahkan kini akun sosial medianya dibanjiri followers, ribuan pertanyaan dan ucapan yang bermaksud untuk menyemangatinya karena mereka berasumsi bahwa kini Airin sedang mengalami trauma. Yah, mungkin ia sedang trauma. Trauma dijadikan babu di negara asing.

Memang jika hal ini terjadi pada siswa lain pasti mereka akan senang karena dengan kata lain, sekarang Airin seperti menjadi siswi populer di sekolah. Tapi tidak bagi Airin. Ia bahkan menggunakan mode private pada akun media sosialnya agar merasa sedikit tenang. Seringkali ia juga merasa risih saat berjalan harus membalas senyuman serta tatapan dari orang yang melewatinya. Yah sekali lagi, walau bukan tatapan kebencian tetap saja Airin tidak suka.

Terus apa dampak yang terjadi padanya? Tentu gadis itu kini hanya bersemayam di dalam kelas. Ia tidak ingin selalu berada diluar. Dikantin? Koridor? Sungguh tempat yang berbahaya baginya. Percayalah ia hanya akan keluar dari kelas saat ia merasakan sinyal dari panggilan alam. Itupun kalau rasanya sudah diujung tanduk, kalau tidak Airin akan menahannya hingga koridor sudah benar-benar tidak berpenghuni lagi.

"Titip lagi yah Lily." Airin memasang wajah memelas. Walaupun sahabatnya itu pasti akan mengangguk dan mengatakan 'Iya' tapi tetap saja ia harus memasang wajah seperti itu agar Railly ikhlas lahir dan batin.

"Mereka nggak bakalah nerkam lo diluar sana." Railly mengulurkan tangannya, mengambil uang yang diberikan Airin. "Alay banget. Hish!"

Airin terkekeh melihat Railly melangkah keluar dari kelas dengan kaki yang disentakkan. Dia seperti anak-anak. Sangat lucu, dan sangat pas untuk ditendang. Ya, Airin suka menendangnya karena saking gemas. Sayangnya dalam waktu dekat ini ia belum pernah melakukannya, mungkin lain kali.

Gadis itu menopang dagu dan menghela napas saat menyadari walaupun ia tidak suka kehidupan sekolah namun tetap saja ia pernah merindukan tempat dan momen ini. Mata Airin terus menjelajahi hingga pandangannya terhenti pada satu sosok yang kini duduk menyendiri dipojokan. Seperti biasa.

Airin berdecak, kini tubuhnya duduk dengan begitu tegap, pandangannya sangat tegas dan meremehkan.

Ternyata, dari kejadian itu ia juga mendapat keuntungan. Walaupun ia tidak tersorot disekolah, tapi ia sangat suka pandangan siswa siswi lain kepada gadis yang sering ia sebut Kuman itu. Tentu saja kesaksian Airin sangat berdampak pada Kiran. Pandangan semua guru terhadapnya pun kini sudah berbeda. Sangat-sangat berbeda.

Miracle [Unpublish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang