Mentari menyapa lebih cepat dari yang Aku kira. Membangunkanku dari dunia mimpi.
Pagi ini, diriku merasa bersemangat sekali. Penantian yang melelahkan dalam sandiwara tanpa dialog itu akhirnya membuahkan hasil. Hasilnya hari ini Aku jalan dengannya, Elina.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kupacu motorku dengan cepat menuju rumah Elina. Kutemui dia mengenakan pakaian serba biru. Kupandangi rambutnya yang terurai.
"Lin, udah siap?" mataku memandangi juntaian rambutnya yang begitu indah.
"Udah," Elina memasangkan helm di kepalanya.
"Kemana ni?" tanya Elina.
"Udah ntar kamu juga tau !" jawabku, seraya tersenyum.
Memang sengaja Aku tidak memberitahukan tujuanku. Maksudku hanya ingin membuatnya terkesan sedikit.
Satu jam telah berlalu, pepohonan menemani seiring perjalanan. Hawa sejuk merasuki relung-relung tubuhku. Ketenangan suasananya mendamaikan jiwaku. Dan akhirnya telah sampai di tujuan.
"Tempat apa ni Le ?" kedutan matanya menandakan ia sedikit heran dan ketakutan.
"Udah, ntar kamu juga tau kok hehehe."
Kuparkirkan motor di bawah rerimbunan pepohonan. Kuajak Elina menelusuri jalan setapak. Jalan yang menanjak. Dan akhirnya sampailah pada sebuah lantai kayu yang terpaku pada pepohonan di bawahnya.
"Wah...," Elina tertegun seraya mengekori pemandangan.
"Bagus kan ?" tanyaku.
"Bagus banget, gak nyangka ada tempat sebagus ini."
Elina pun mengambil beberapa gambar melalui kameranya. Dan aku hanya menikmati waktu berdua bersamanya, disini, di atas bukit. Aku dan Elina pun duduk di sebuah bongkahan kayu panjang yang menghadap ke depan.
"Lin...," panggilku perlahan.
"Apa ?"
"Tentang pertanyaanmu waktu itu, dugaanmu benar !" aku memandangi pemandangan.
"Pertanyaan kapan ?" Elina melihat hasil tangkapannya.
"Waktu di depot mie itu."
Elina tiba-tiba diam.
"Lantas kamu gimana ?" kepalaku menoleh ke arah Elina.
Elina masih diam. Diamnya membuatku gelisah. Gelisah sembari diterpa kerasnya angin yang bersemilir di tubuhku.
"Em... Aku juga."
Mataku langsung menatap Elina. Serasa bangun dari dunia maya, aku tertegun seperti tak percaya. Apakah rasaku terbalas?
Kuanggap ya...Tak terasa mentari sudah akan tenggelam, Aku pun bergegas untuk kembali dan membeli beberapa makanan. Dan tak terasa, rasa yang bersembunyi ini telah keluar dengan sendirinya di hari ini. Hariku bersamanya, bersama Elina.
----------------------------++
#30DWC #Day12
----------------------------++
![](https://img.wattpad.com/cover/105600351-288-k867765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Harapan
Teen FictionSeringkali terjatuh dalam lubang yang sama, Seringkali terkunci pada ruang yang sama, Seringkali tersesak menjalaninya. Seringkali hampir menyerah dalam perjuangan yang sama. Namun selalu ada "Kamu" sebagai Lentera Harapanku yang memancarkan jutaan...