Cahaya menembus lapisan embun pagi, menerangi jalanan yang masih basah terbasuh air hujan.
Seperti biasa, hari ini aku berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motor tua ku. Namun, hari ini aku berangkat tidak bersama Satrio. Jika ditanya kenapa, itu karena Satrio sedang dilanda penyakit tifus. Kata dokter, ia masih membutuhkan rawat inap untuk beberapa hari kedepan.
Dan seperti biasa, aku melewati jalan protokol yang begitu rapat dan padat oleh kendaraan. Jalanan begitu macet, membuatku berkendara di jalur kiri. Setelah cukup lama aku mengendarai, tiba-tiba aku melihat Elina di sebuah Halte.
Aku pun menghampirinya.
"He Lin.. bareng yuk " lugasku sedari membuka kaca helm.
"Eh.. Leo, emm iyadeh " langkahnya menuju sepedaku.
Gerbang sekolah terpampang jelas di depanku. Orang-orang masih berhamburan di sana. Seketika itu semua pasang mata menyoroti aku yang sedang memboncengi Elina.
Mungkin mereka heran, karena biasanya Aku dan Elina yang tidak pernah akur menjadi se-akur ini.Kulewati lorong demi lorong menuju kelasku. Namun, masih saja sorotan-sorotan itu mengarah ke Aku dan Elina yang sekarang berjalan berdampingan.
Sesampai di kelas, Aku menaruh tas ku di atas meja yang biasa aku singgahi.
"Le.. lu pacaran ma Elina??" suara Hendri mengagetkanku dari belakang.
"Ah.. enggaklah, tadi cuma ketemu, ya gue barengin aja, kan juga sekalian" bantahku sedari menoleh ke belakang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Kringggg....." dering bel istirahat berbunyi. Semuanya berhamburan menuju kantin untuk mencari sekadar camilan atau minuman guna meredakan hawa nafsu makan.
Namun lain halnya dengan Aku, Aku hanya berdiam diri di tempatku sembari menatap ke luar jendela.
"Tak.. tak.. tak..." suara dentuman langkah kaki yang perlahan terdengar semakin keras dan semakin mendekat.
"Le... mau tanya ? "
"Ha... oh tanya apa lin?" kupalingkan wajahku dari jendela menuju Elina.
"Em tanya....."
"Ehem... ehem... " sela seseorang di balik pintu.
Mataku dan Elina langsung mengekor ke arah pintu. Sesosok pria pun keluar dari pintu, yang tidak lain adalah Hendri.
"Cie.. pasangan baru cieee " ledek Hendri ,sesekali menoleh ke arah ku dan Elina.
"Apaan ndri ? " sentakku ke Hendri.
Seketika itu, Elina langsung pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata apapun. Meninggalkanku seorang diri di kursi ,di sebelah jendela, dan meninggalkan rasa penasaran yang menggebu-gebu.
----------------------------++
#30DWC #Day6
----------------------------++
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Harapan
Novela JuvenilSeringkali terjatuh dalam lubang yang sama, Seringkali terkunci pada ruang yang sama, Seringkali tersesak menjalaninya. Seringkali hampir menyerah dalam perjuangan yang sama. Namun selalu ada "Kamu" sebagai Lentera Harapanku yang memancarkan jutaan...