Lima hari telah berlalu, Aku masih dalam sandiwara tanpa dialog itu. Sandiwara yang tak sengaja Ia buat dan tak sengaja pula Aku memasukinya.
Hari ini, Aku datang terlalu pagi.
Kulempar tasku seperti biasa di ujung jendela. Seperti biasa pula, mataku mengekor seseorang yang datang setelahku, Elina.Ia duduk di seberangku. Kelas masih sepi tanpa kicauan-kicauan teman-temanku. Masih seperti biasa, Aku dan Elina dipenuhi jarak yang tak berujung. Masih seperti biasa pula, keinginanku untuk menyapanya tak pernah terkabulkan.
Namun entah mengapa, Hari ini logikaku meronta-ronta, mendobrak-dobrak kurungan semu. Kurungan yang Ia buat untuk menjebakku di dalam sandiwara ini.
Dan akhirnya, aku berhasil keluar.
Aku berhasil menyapanya."Lin..." sapaku, menoleh ke arahnya.
"Apa ?" tangan kanannya memegang bulpen dan yang kirinya membuka buku.
Jawabannya yang singkat itu membuatku termenung lagi. Aku bingung untuk memulai pembicaraan tentang apa.
Aku masih memandanginya."Minggu depan kosong gak ?"
"Em.. iya, kenapa ?" sembari mengerjakan tugasnya yang belum rampung.
"Mau jalan gak ?"
Elina diam sedari menatap bukunya denga serius. Dua menit telah bergulir, Elina masih saja diam.
Betapa bodohnya aku, yang bukan siapa-siapa Elina mengajaknya untuk jalan. Namun apa daya, kata-kata telah terucap. Sesaat itu aku begitu malu, malu untuk melihat Elina lagi.
"Boleh.." jawab Elina seraya mengangguk.
"Huffffftttt" mungkin seperti itu suara kelegaanku yang bercampur dengan kebahagianku. Diri ini dikagetkan dengan rasa yang bercampur aduk. Dengan sigap, Aku berkata, "Ok ntar....."
"Woyyyyoiiii...," teman-temanku datang menyela pembicaraanku.
Kicauan mereka menutupi lagi kurungan yang telah kubuka.
Seketika itu, Aku hanya diam tanpa kata karena aku tahu, Elina bukanlah wanita yang suka dibully, apalagi dibully karena dekat dengan Aku.Namun, Hati ini telah senang, senang mendapatkan kepastian Dan kebahagiaan yang belum pernah dirasa sebelumnya.
Kebahagiaan karenamu.----------------------------++
#30DWC #Day11
----------------------------++
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Harapan
Genç KurguSeringkali terjatuh dalam lubang yang sama, Seringkali terkunci pada ruang yang sama, Seringkali tersesak menjalaninya. Seringkali hampir menyerah dalam perjuangan yang sama. Namun selalu ada "Kamu" sebagai Lentera Harapanku yang memancarkan jutaan...