17--Untuk yang Kedua Kalinya

15 3 0
                                    

Rasa sakit masih membekas, serasa ribuan jarum turun dari khayangan hanya untuk menusuk-nusuk logika.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Suara motor terdengar semakin kencang mendekatiku. Satrio menjemputku dengan cepat.

"Ayo!" seru Satrio.

"Yoi," Aku menaiki motornya.

Hari ini, Aku dan Satrio sengaja berangkat pagi untuk mengerjakan PR yang belum kami kerjakan.

Sesampai di parkiran, Satrio memarkirkannya tepat di sebelah tangga. Ketika itu, suara bising motor yang tak asing terdengar lagi dari pintu gerbang. Suara yang mengganggu gejolak pikiran di otakku.

Motor yang sama telah memasuki gerbang. Motor itu melewatiku. Namun tak disangka Elina terpampang jelas menumpangi motor itu.

Elina?
Benarkah itu Elina?
Untuk kedua kalinya, mataku telah diperlihatkan sandiwara ini.

"Le... udah ayo!"

Aku hanya terdiam mengekori Elina yang sedang dibonceng pria lain.
Satrio pun menarik tanganku.
Aku pun pergi meninggalkan parkiran.

"Diem aje lu, kenapa? yang tadi?" ujar Leo, "Udah, gak usah dipikirin, masih banyak tuh wanita."

"Tapi... gak ada yang kayak dia."

Aku pun duduk di depan kelas sembari menenangkan pikiran.

"Le... PR mu udah?" Elina tiba-tiba menepuk bahuku.

"Udah, kenapa?" tanyaku, Aku masih tak berani menatapnya.

"Nyontek dong!"

"Ambil aja di mejaku" tanganku menunjuk ke arah meja yang biasa aku tempati.

Ha?
Bagaimana bisa Elina sesantai itu?
Apa ia tidak melihatku ketika Aku mengekorinya di parkiran?
Atau memang dia seperti itu?
Atau dia bermain sandiwara di depanku?

Untuk kedua kalinya hati ini benar-benar tersayat. Namun, entah mengapa ketika Elina mendekatiku, semua sayatan ini tiba-tiba tertutup perlahan-lahan.

----------------------------++
#30DWC #Day17
----------------------------++

Lentera HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang