22--Menuju Malam

13 2 0
                                    

Awan jingga mulai berlarian.
Senja pun menepi malam.
Mengubah warna jingga menjadi hitam.
Mengubah keramaian menjadi kesunyian.
Mengubah alunan menjadi nyanyian.
Melipat-lipat memori senja yang sering kita ciptakan.

Hawa malam menamparku seketika.
Mengingatkanku kembali kenangan cinta yang pernah bersemi bersamamu di sini, di depot mie.

Gemerlap langit selalu menjadi saksi.
Mengikat namun tak memaksa.
Memahat namun tak merusak.
Menerjang namun tak tenggelam.

Suara bising kendaraan pun jadi wali.
Menuntun kita yang tak mau berpisah.
Memuntahkan kasih sayang yang tak diminta.
Mengukir alunan cintamu yang serasa aroma mawar, terasa nyaman walau penuh duri.

Kursi pun membantu.
Membantu mengecilkan jarak yang ada.
Membantu memperbesar pandangan yang tersedia.
Dan membantu berseminya cinta kita.

Mie pun berkontribusi.
Menahan kita di antara meja kosong.
Menemani kita di antara jutaan kata yang terbungkam.
Menerjemahkan kode-kode terpanjang.
Sampai merapikan mulut yang senantiasa berdusta, tentang perasaan kita.

Namun akhirnya, kau melantunkan lagu terpedih yang pernah aku dengar. Kau lantunkan tanpa  sebab yang jelas.

Membuatku bertanya-tanya.
Membuatku tertatih-tatih
Hingga aku sadar bahwa ada batas tak terlihat yang tak bisa kita tembus untuk mempertahankan rasa.

----------------------------++
#30DWC #Day22
----------------------------++

Lentera HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang