Palette

302 30 11
                                    

Palette

"Kamu itu kaya palet di lukisan aku."

"Maksudnya?"

"Kamu tempat aku menaruh warna untuk kutorehkan dalam goresan lukisan kehidupanku."

***

Palette, diaries, times I was asleep

I like it.

Sudut bibir gadis itu terangkat tinggi sembari membaca kembali tulisan yang ada tertera di secarik kertas berwana merah muda yang baru saja ia goreskan tintanya. Mata bulatnya menatap kedepan, menengok dibalik jendela rumah bergaya vintagenya untuk melihat indahnya taman bunga berisi kupu-kupu yang dia tanam selama dua tahun membeli rumah kecil ini. Suara merdu nan lembut dari penyanyi kondang Korea Selatan mengalun indah memenuhi ruangan melukisnya, menemaninya sejenak sambil menyesap coklat panas. Hari itu hujan lebat telah usai dan pelangi telah hadir mewarnai langit yang masih kelabu, namun dinginnya masih menusuk tulang. Moon Chae Won mengeratkan cardigan cokelatnya yang tebal. Gadis dua puluh lima tahun itu berdiri dan meletakkan cangkir masih sisa setengah.

"Palette, ilgi, jamdeureodeon sigandeul."

"I like it."

"I'm twenty five."

Moon Chae Won menari-nari kecil sembari bersenandung mengikuti suara merdu Lee Jieun alias IU. Ruangan yang berisi alat-alat melukis itu tak membuatnya menginjak cat air yang berserakan dimana-mana. Saat dia hampir saja terjatuh karena akan menginjak kuas sesosok tangan gagah menahannya. Chae Won mendongak dan senyumnya mengembang melihat wajah pemuda tampan itu.

Pemuda yang menyelamatkannya itu membantu Chae Won untuk berdiri tegap, dia merapikan anak rambut Chae Won yang berantakan. Gadis itu tak bisa menahan untuk tidak terkekeh melihat wajah tampan itu terlihat sangat serius.

"Sejak kapan kamu disini?" tanyanya sambil mengigit bibir, ingin serius juga.

Pertanyaan gadis itu membuat mata sipit sang pemuda melirik, keningnya mengkerut.

"Sejak IU mulai menyanyi." Jawabnya masih merapikan rambut Chae Won yang ia ikat cepol sembarangan.

"Oh berarti kamu disini sejak 2008 dong, kan IU debut lagu mia 2008." Chae Won mengangguk-angguk lalu tertawa.

Pemuda itu tak tahan dengan wajah imut gadisnya, senyumnya mengembang juga.

"Silly !" kali ini dia mencubit kedua pipi Moon Chae Won yang memang bulat.

"I love your cheeks so much." Ucapnya masih memainkan pipi Chae Won.

"Kamu tuh yang silly!"

"Pulang dari Brazil gak kasih kabar. Untung aku orangnya sabar dan pengertian."

Chae Won balas memainkan pipi tirus pemuda itu dengan gemas. Dia tertawa renyah, "Kamu mah sabar karena sibuk sama lukisanmu juga."

"Yee, kalo ada kamu juga yang bakal aku urusin ya kamu lah."

"Wacana aja kamu, nyatanya pas aku laper dan butuh pelukan malah kamu sibuk sama kuas dan palet kamu." Dagunya yang tajam menunjuk benda-benda lukis gadisnya yang berserakan dimana-mana.

"Ups hehehe. Khilaf, sayang." Chae Won menutup bibirnya dengan satu tangan.

"Makan es krim yuk." Ajaknya

"Dingin gini makan es krim?" Chae Won mengerucutkan bibirnya.

"Kan ada aku yang ngehangatin."

"Gombalnya ini anak panda~"

"Yuk ah, aku pengin es krim matcha."

"Bantuin aku beresin ini dulu gimana?"

Pemuda itu terdiam merajuk, "Ya~ Ya~ Lee Junki~ Ya~~~ Beresin ini dulu ya~"

Melihat Chae Won yang memelas dengan mata bulatnya mana bisa Lee Junki tidak luluh?

"Ck, ayoklah~" ujarnya lalu mengambil cat air yang ada dilantai sambil memeluk Chae Won dari belakang.

"Dih tuh kan panda sukanya peluk-peluk." Chae Won mencium pipi tirus Junki dengan gemas.

"Sst yuk ah beresin biar cepet makan es krim."

"Lepasin dong pelukannya."

"Biarin gini aja, kangen kamu pake banget."

"Ingin berkata kasar nih aku tuh."

"Mana coba?"

"Kasar!"

"Ih gemesin, sini aku cium-cium!"

"Ih mesum!"

"Mesum-mesum gini kamus sayang."

"Bisa aja ngomongnya."

"Ayuk ah beresin, aku pengin makan es krim."

"Iya!!!!"

Moon Chae Won || oneshot 🔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang