Andrea tahu Ridwan sangat mencintai kakak perempuannya. Andrea tahu Ridwan sangat menyayangi satu-satunya wanita yang menjaga dan merawat dirinya. Andrea tahu dan Andrea paham betul betapa terpukulnya Ridwan saat diberi kabar bahwa Nasva meninggal dunia karena overdosis narkoba. Betapa Ridwan membenci dirinya karena tidak mengetahui Nasva depresi berat setelah tahu calon suaminya adalah suami orang lain. Andrea tahu, dan Andrea ingin melihat Ridwan kembali hidup. Andrea ingin Ridwan bersemangat lagi, seperti Ridwan yang dulu. Ridwan yang selalu tersenyum dan Ridwan yang terkenal sebagai calon dokter tampan nan dermawan.
Ridwan menatap kosong pigura di dinding yang memperlihatkan kedekatan kedua kakak adik itu. Tak ada air mata yang keluar dari kedua matanya yang sendu. Andrea yang baru memasuki rumah sederhana itu terdiam, dia ikut mengamati bagaimana Ridwan membeku tanpa ekspresi.
"Aku akan membuat sup ayam dulu." suara Andrea seolah menggema di ruang tamu itu. Padahal suara gadis itu sangat lembut dan rendah.
Ridwan tidak menjawab. Pemuda yang semakin kurus itu masih diam--sejak dua minggu yang lalu.
***
"Ini tugas yang diberikan pak Hendra. Beliau tadi titip kepadaku." Andrea menaruh beberapa kertas HVS penuh tulisan itu di atas meja belajar Ridwan.
Ridwan masih menutupi dirinya dengan selimut sampai wajah. Andrea menghela nafas lalu membersihkan kamar yang dindingnya penuh gambar organ-organ manusia serta coretan-coretan yang entah artinya apa. Gadis bermata bulat itu berhenti dan memperhatikan tubuh lelaki berselimut penuh itu, "Kak Nasva bakal lebih sedih kalau lihat kamu kaya gini Wan." lirihnya yang jelas terdengar oleh telinga si pemuda.
Andrea mengambil pigura kecil yang ada di atas meja tidur Ridwan, senyum tipisnya terlihat sedih. Kedua kakak adik yang sangat akrab itu sekarang sudah berbeda dunia, berbeda perilaku. Tak ada lagi Ridwan Ananda yang tersenyum ceria dan tertawa renyah seperti renyahan wafer yang di kunyah.
"Aku sudah buat nasi goreng kimchi buat kamu. Dimakan ya, aku mau pergi dulu. Kalau ada apa-apa bisa telfon aku atau Gilang." pesan Andrea sebelum keluar dari kamar pemuda itu.
"Kalau Nasva sedih lihat aku begini, harusnya dia gak pergi. Harusnya dia cerita sama aku, kita pecahin masalahnya bareng. Pria brengsek itu benar-benar menghancurkan Nasva. Dia tidak pantas mati hanya karena narkoba. She didn't deserve it. At All! Nasva gak akan pergi sendirian!" Andrea berhenti di antara daun pintu, suara Ridwan benar-benar lantang namun penuh kesedihan. Gadis itu bisa mendengar isakan sang pemuda. Andai Andrea tidak menyukai Ridwan, apa mungkin dia masih bertahan untuk membuat Ridwan kembali hidup?
Andrea berbalik namun dirinya langsung terkejut. Andrea tersadar, ada warna merah di selimut Ridwan yang menutupi tubuhnya. Warna merah itu tidak hanya tetesan, warna merah itu hampir memenuhi seluruh selimut hitam itu. Andrea terjatuh, dia tahu apa yang terjadi.
Ridwan telah menyusul Nasva.
***
GAK TAU INI APA. AKU GABUT BANGET. BYEHbyeh Ridwan! mati kau hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Chae Won || oneshot 🔫
FanfictionMOON CHAE WON // 문채원 || FIKSI || [long-short-ficlet]