Hello, chef!

224 12 0
                                    

Drrrt drrrt drrrrt

Jongsuk melirik ponselnya yang berada di atas nakas. Dia berdecih sebelum mengangkat panggilan telepon yang kelima kalinya itu, dari orang yang sama.

Moon Chae Won.

"AKHIRNYA LO ANGKAT JUGA TELEPON INI!" suara itu langsung menyambutnya. Jongsuk langsung menjauhkan ponselnya. Begitu-begitu Chae Won kalau teriak, keras juga.

"Apa sih?!" desisnya kesal.

"Katanya lo mau nemenin gue belanja!" rajuk Chae Won.

"Lah kan udah ada bang Junki, ngapain lo telepon gue?"

"Enggak bisa. Dia ada kencan sama pacarnya. Ihhh, lo kan janji buat nemenin gue belanja hari ini, Lee Jongsuk! Pokoknya gue ke apartemen lo sekarang! Awas lo masih pakai kaos dalam sama boxer! Gue tarik ke mall kayak begituan!"

Belum sempat berargumen balik, panggilan itu terputus. Jongsuk menggeram kesal lalu menutup lembar kerja excel di laptopnya. Punya sahabat kepala batu itu memang membuatnya belajar apa namanya sabar. Jika Chae Won bukan atlet taekwondo, dia pasti sudah menampol kepala atau menjambak rambut wanita 25 tahun itu. Huh untung dia langsung ingat bagaimana Chae Won memukul seorang rekan kerja di kantornya karena menjawil bahu wanita itu, membuat Jongsuk undur diri, dia tidak mau masuk UGD apalagi ICU karena dibanting oleh Moon Chae Won. Hiiih serem.

"Gue yakin sih nanti di mall itu pasti ada sesuatu yang mengejutkan. Perasaan gue enggak enak nih!" gumam Jongsuk bergidik sendiri. Lelaki jangkung itu bangun dari tidurnya dan mengambil kaos apa saja yang tergantung di dinding.

***

Tidak sampai lima belas menit, suara bel apartemen terdengar.

DOT DOT DOT DOT

DOT DOT DOT DOT

DOT DOT DOT DOT

Aku mengambil napas panjang sebelum membuka pintu untuk Chae Won. Untung password apartemenku sudah diganti, jika tidak wanita itu sudah lompat-lompat di ranjangnya.

"Halo zeyeng, syukur gantengan!" sapa Chae Won dengan wajah sumringah. Saat momen kalem seperti ini--senyum manis terpatri di bibir Chae Won--siapa yang menyangka wanita berpipi bulat ini bisa lebih galak dari ular kobra yang sedang menjaga telurnya di sarang?

"Langsung pergi aja yuk!" ujarku sebelum dia masuk ke dalam apartemenku. Aku mendorong Chae Won untuk berbalik badan sebelum dia protes dan ngomel-ngomel. Kupeluk dirinya dari belakang, kaki kanan kugunakan untuk menutup pintu apartemen. Ya begitulah interaksi kami. Di mata orang lain, mungkin kami seperti sepasang kekasih atau bahkan suami-istri. Ih, amit-amit.

"Baru ga ketemu seminggu, udah peluk-peluk kayak lem sama kertas aja lo!" desis Chae Won sedikit mendongak. Untuk informasi tambahan ya aku lebih tingfi 15 cm daripada dirinya. Chae Won sebenarnya biasa saja dengan interaksi seperti ini, kecuali dengan orang baru. Apalagi kami sudah berteman sejak SMP. Sudah saling tahuboroknya masing-masing.

"Berisik! Udah bener gue mau nemenin!" aku menutup mulutnya dengan telapak tanganku yang lebar. Bsia kurasakan bibirnya mengerucut kesal.

Aku melepaskan pelukanku saat kami sudah berdiri di depan lift. Chae Won mendengus lalu merapikan pakaiannya. Eh aku baru sadar kalau pakaian kita matching. Aku dengan kaos putih dan jaket kulit hitam dipadu celana jeans yang juga berwarna hitam, Chae Won menggunakan dress hitam bercorak bunga putih. Rambutnya ia ikat separh.

"Udah hampir seketek aja rambut lo. Cepat amat tumbuhnya!" aku menarik rambutnya hingga dia mengaduh kesakitan.

"Ya emang lo pikir cuma jenglot yang rambutnya tumbuh?! Gue kan juga makhluk hidup!" Chae Won meninju lenganku hingga aku meringis kesakitan. Sial, tenaga sekecil itu pun sakitnya luar biasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moon Chae Won || oneshot 🔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang