Matahari bersinar dengan terang, semua orang tampak sangat bersemangat menjalani hari mereka. Semua kecuali Tessa, ia tidak bisa menahan rasa kantuknya. Hampir semua pelajaran ia tertidur.
"TESSA!!" teriak Bu Rina.
Tessa tersontak dan langsung terbangun dari tidurnya. "Iya, bu?"
"Kau tidur di kelas ibu?" tanya Bu Rina dengan suara yang meninggi.
"Ti-tidak, bu," jawab Tessa tergagap.
"Jangan berbohong! Ibu melihat kamu tadi! Keliling lapangan sepuluh kali!"
Tessa menghela kasar. Bu Rina memang terkenal akan kekilleran-nya itu. Tessa bangkit dari kursinya dengan sisa tenaga yang masih ada di dalam dirinya.
"Dasar guru killer," gumam samar Tessa saat melewati Bu Rina.
"Apa itu?!"
"Apa? Apa?" tanya balik Tessa.
"Kamu tadi bilang apa?"
"Apa?"
"Enggak, kamu tadi bilang apa?"
"Saya tadi bilang apa, bu,"
"Enggak, kamu tadi bilang apa?"
"Apa?"
Seantro kelas mulai tertawa, namun mereka menahannya dengan susah payah karena tatapan maut yang diberikan Bu Rina. Saat kelas sudah tertib, Bu Rina kembali menatap Tessa yang masih berada di tempatnya.
"Apa yang kau masih lakukan di sini?!"
"Oh, jadi saya udah selesai di introgasi?" tanya Tessa.
"Pergi! Dua puluh putaran!"
"Ooo..!" sorak seantro kelas.
"Ayolah ibu. Adil dikit napa?" pinta Tessa.
"Mau saya tambah jadi tiga puluh?" ancam Bu Rina.
Mau tak mau Tessa harus menuruti kemauan Bu Rina. Tessa menghenduskan nafas berat lalu segera berjalan menuju lapangan untuk memulai hukumannya itu. Saat Tessa sudah melakukan dua belas putaran, ia merasa sangat pusing. Apa lagi ia baru tidur jam setengah dua subuh tadi. Tessa masih berlari, sampai akhirnya ia tidak kuat dan semuanya berubah menjadi gelap.
Saat Tessa membuka matanya, ia sudah berada di UKS. Lampu UKS itu menyala dengan terang sehingga membuat kedua mata Tessa terasa sakit. Saat ia mau duduk, kepalanya terasa sangat berat dan pusing, tubuhnya terasa amat pegal seraya memprovokasinya untuk tetap tiduran.
"Jangan duduk dulu, lu masih harus tiduran," ucap seseoang dengan suara yang sangat familier di telinganya.
Saat Tessa menatap ke sumber suara itu, ia mendapati pemuda yang menyelamatkannya dari lima laki-laki kemarin. Pemuda itu pun membantu Tessa merebahkan tubuhnya kembali ke kasur UKS.
"Elo? Lo kok bisa ada di sini?" tanya Tessa.
"Tadi gue liat lu di hukum, terus sebelum tubuh lu kena lantai gue udah tangkep. Untung aja gue deket saat itu,"
"Udah berada lama gue pingsan?"
"Sekitar dua jam pelajaran,"
Mata Tessa membulat sempurna, tubuhnya langsung berdiri dari kasut UKS. Pemuda itu terjekut setengah mati. Tessa tidak menghiraukan pemuda itu, ia langsung menuju pintu UKS.
"Kamu mau kemana?" tanya pemuda itu sambil menahan tangan Tessa.
"Sekarang ulangan Bahasa Indonesia. Gue harus ke kelas," jawab Tessa sambil mencoba untuk melepaskan pegangan pemuda itu.
"Sorry Tes, tapi lu harus tetap tinggal di UKS. Gue tadi udah minta ijin Pak Yanto,"
Tessa terdiam dan menatap pemuda tampan yang berada di hadapannya itu dengan teliti.
"Apaan? Gue tau gue ganteng, udah gak usah liatin gue kayak gitu," ucap usil pemuda itu.
"Enggak, jangan kepedean deh. Bagaimana lu bisa tau nama gue?"
"Rahasia,"
"Nama lu siapa?" tanya Tessa.
"Udah jangan dipikirin,"
"Enggak, gue bakal terus mikirin. Siapa nama lu?"
"Buat apa lu tau nama gue?"
"Ya biar gue bisa kenal lo lah, mau apa lagi?"
"Gue lebih suka kalau kita kayak gini,"
"Kenapa? Kita kan satu sekolah,"
"Yakin lu gue sekolah di sini?"
"Ya pastilah, kalau lu bukan anak sekolah ini gimana lu bisa kenal Pak Yanto? Gimana lu bisa masuk ke tanah sekolah? Gimana lu bisa ngedapetin seragam itu?"
"Lo seriusan pengen tau nama gua?" tanya pemuda itu.
"Ya pastilah," jawab Tessa.
"Gue suka lo. Lo pinter debat," puji pemuda itu pada Tessa.
"Gue memang juara satu debat Bahasa Indonesia se-provinsi dan gue anak bawang pada saat itu," ujar Tessa pada pemuda itu.
"Tutup matamu," suruh pemuda itu
"Kenapa emangnya? Lu mau ngapain?" tanya Tessa
"Gua bilang tutup mata lo," ulang si pemuda. Tessa pun pasrah menutup matanya.
"Udah belom?" tanya Tessa tetapi tidak ada yang menjawabnya, pada saat Tessa membuka matanya pemuda itu menghilang. Tessa terkejut dan kebingungan ia lihat ke atas, ke kanan, ke kiri, ke depan, dan ke belakang.
"Perasaan..? Kok bisa ya menghilang tenang kayak gitu? Dia itu manusia atau apa?" bingung Tessa.
Tessa pun melihat ke arah pintu UKS yang seharusnya tertutup menjadi sedikit terbuka.
Aneh, batin Tessa. Karena kepalanya masih berat, Tessa memutuskan untuk kembali ke kasurnya tadi. Tessa merebahkan dirinya ke kasur itu dan pergi ke alam mimpi.
Tak lama kemudian bel pulang sekolah berdering. Saat Tessa membuka matanya, di kursi sudah terdapat tasnya. Tessa mengkerutkan keningnya curiga, namun ia menepiskan itu semua karena pikirnya itu adalah pemuda yang tadi. Kini kepala Tessa sudah terasa ringan. Tessa memakai sepatunya dan menggendong tasnya. Dengan semangat empat lima, ia mengangkat kakinya dari ruang UKS.
Saat matahari sudah di lahap bumi, sang rembulan menyinari langit gelap gulita dan ditemani bintang-bintang, angin sepoi-sepoi berhembusan dengan pelan. Jam kini sudah menunjukkan pukul sepuluh dan Tessa masih bangun. Entah mengapa belakangan ini ia tidak tidur tepat waktu.
***
Maaf ya gak jelas atau aneh.
Jangan lupa VOTE BAB YANG KALIAN SUKA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemuda Misterius [SELESAI]
Teen Fiction#1 Sanjaya Highest Rank: #985 ---- Tessa, seorang gadis biasa bertemu dengan seorang pemuda yang manis namun enggan untuk memberitahu namanya dan semua tentang dirinya. Hingga seiring waktu, Tessa berhasil membuka satu per satu teka-teki yang disem...