Bab 25: Bunga Rasanya

164 17 0
                                    

Hei! Hei! Hei! Siapa yang kangen sama Tessa? Siapa? Siapa? Siapa?

Btw, cast nya Elizabeth itu Agatha Chelsea ya. Soalnya setiap kali aku nulis tentang Eli tuh di chapter yang sebelumnya, aku jadi kepikiran dia. Cocok gitu.

Menurut kamu gimana?

Kasih saran donk buat tokoh-tokoh yang lain..

1. Tessa

2. Tristan

3. Amira

4. Shaqil

5. Manda

6. Rafa

7. Marvel

8. Axel

Di tunggu ya..

***


Tessa kini telah sampai di rumahnya setelah menempuh perjalanannya dari rumah Shaqil dan Amira. Amira tadi memintanya untuk datang, karena Amira perlu bantuan Tessa untuk menata rumah mereka. Shaqil tidak bisa membantu, karena dia harus mengurus sebagian perusahaan ayahnya.

Setelah mencuci tangan, kaki, dan wajahnya, Tessa naik ke atas kamarnya dan tak lupa untuk menutup pintunya. Tessa kini memanjakan tubuhnya di atas kasur yang empuk.

Setelah puas, Tessa menatap ke langit kamarnya dan mengingat kejadian dimana ia bertemu kembali dengan Tristan.

"Aku sudah memaafkanmu, sepuluh minggu yang lalu."

Tessa merenggangkan pelukkannya untuk menatap mata Tristan yang ia amat rindukan itu sambil meletakkan kedua tangannya pada dada bidang Tristan, sedangkan tangan Tristan masih melingkari pinggangnya yang ramping.

"Benarkah?" tanya Tessa memastikan.

Tristan mengangukan kepalanya mantap.

"Mengapa?" tanya Tessa.

Tristan menarik senyum kecilnya nan lembut. "Karena, aku terlalu mencintaimu."

Jawaban yang Tristan berikan sangat membuat hati Tessa berdetak kencang, Tessa bahkan hampir terbang ke angkasa dan entah kapan akan kembali lagi.

Tessa memalingkan wajahnya dari Tristan sambil mencoba untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Namun, sia-sia. Tristan sudah dapat menangkap rona merah itu dengan sempurna.

Hal yang Tristan dapat lakukan sekarang adalah menarik Tessa mendekat dan menenggelamkan kepalanya pada lekukan leher Tessa.

Tessa terpatung. Tubuhnya menolak untuk bergerak, sedangkan jantungnya berpacu cepat.

Tenanglah, tenanglah. Nanti ia bisa dengar, pinta batin Tessa.

Tristan tersenyum lebar dan terus menarik Tessa ke dalam dekapannya itu, hingga pada akhirnya Tessa membalas pelukan Tristan sambil menenggelamkan kepalanya ke leher Tristan.

"Aku merindukanmu," ucap Tessa.

"Aku juga merindukanmu. Lebih dari yang kau bayangkan."

Tristan dan Tessa saling melepaskan rindu mereka yang mereka salurkan dari pelukan itu. Mereka berdua menutup mata mereka menikmati momen ini.

"Ini rasanya nyaman," ujar Tessa.

"Apakah kau mau selalu merasakan ini setiap hari?" tanya Tristan sambil merenggangkan pelukannya sembari menatap Tessa.

"Apa maksudmu?" tanya Tessa sambil menoleh Tristan.

Pemuda Misterius [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang