Siapa yang kangen sama Tessa dan Tristan?
Enjoy...
***
"Lu itu jadi cowok keteraluan tau!! Pantes aja temen-temen lo ninggalin lo!!" teriak Tessa.
Tristan berubah menjadi murka, darahnya naik, matanya menajam seakan ia bersiap-siap untuk memburu mangsanya.
"Lu gak tau apa-apa tentang mereka! Jadi mendingan lu diem aja!" balas Tristan.
"Cih, lo kira gue gak tau apa? Justru mereka pergi gara-gara lo tau!"
Saat Tristan mau melayangkan tamparannya, Tessa dengan sekejap mencekal pergelangan tangan Tristan dan membuatnya berhenti.
"Lu pikir pake otak! Cowok nampar cewek. Banci banget lu! Cuman berani sama cewek doang!" sindir Tessa.
Tessa kemudian menghempaskan tangan Tristran ke udara bebas dan pergi tanpa menoleh ke belakang. Sindiran yang Tessa lontarkan sangat membuat hati Tristan menjadi panas, ia tetap menatap punggung Tessa yang menjauh tanpa melontarkan balasan apa pun.
Tessa dengan sekejap bangun dari tidurnya itu, ia menatap sekelilingnya. Ternyata ia masih berada di rumah sakit. Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Teman-temannya sudha pergi, orangtuanya harus kembali ke pekerjaan mereka, ia hanya bersama Bani saja di ruangan itu.
Tessa menatap Bani yang sedang tertidur di sofa dengan damai. Tessa menggulingkan senyumnya, ia tidak percaya Bani kembali padanya setelah bertahun-tahun ini. Ia tau tentang dirinya dan Laura, namun Tessa sudah memaafkan Bani.
Tessa berkata bahwa itu bukan kesalahan Bani, namun kesalahan Tristan. Jika Tristan tidak membuatnya amnesia, mungkin Tessa dan Bani masih bersama hingga kini.
Tessa kembali menidurkan dirinya di kasur yang berada di ruangan gelap itu, walaupun ruangan itu gelap mereka masih mendapatkan lampu dari luar. Tessa menatap langit-langit ruangan itu.
Tessa menghembuskan nafasnya dengan kasar namun pelan. Ia sangat marah pada Tristan, lebih tepatnya sangat kecewa. Ia menyesal jatuh cinta pada Tristan saat memorinya belum kembali.
Tessa memejamkan matanya dan mencona untuk kembali ke alam mimpinya.
***
Tristan masih membuka matanya, ia tidak percaya bahwa Tessa memutuskan dirinya. Ia duduk di kursi depan meja belajarnya. Jari jemarinya menari-nari di atas laptop mencari solusi untuk menyembuhkan rasa perih di hatinya.
Ia juga masih ingat pesan Susie dan Rama saat ia berada di rumahnya tadi.
"Kalau begitu, kamu harus menyibukkan dirimu, Trist. Biar gak inget lagi," ucul Susie.
"Kalau itu gak berhasil, carilah pengganti Tessa. Tapi jangan ambil Susie, dia milikku," ujar Rama yang mengundang tawa Susie.
Tristan tersenyum mengingat itu, ia sangat bersyukur sahabatnya kembali bersatu di ikatan percaya. Sepertinya Tristan akan mengikuti usulan kedua sahabatnya itu. Pertama, ia akan menyibukkan dirinya sendiri, dan yang kedua saat ia sudah benar-benar melupakan Tessa ia akan mencari penggantinya.
Tessa.
Namanya masih terus bergentayang di pikiran dan telah mengisi hati Tristan yang terasa amat kosong itu. Bagaimana ia bisa melupakan Tessa di saat ia sudah sangat jatuh padanya? Ia juga bahkan tidak percaya bahwa dirinya, musuh bubuyutan Tessa bisa jatuh cinta padanya.
Cinta memang aneh, batin Tristan sambil menatap keluar jendelanya.
Tristan bersenderan di kursi kayunya, ia memejamkan matanya lalu menggaruk kasar kepalanya yang tidak gatal itu. Saat ia hendak berdiri, tiba-tiba ada pesan masuk ke handphone-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemuda Misterius [SELESAI]
Teen Fiction#1 Sanjaya Highest Rank: #985 ---- Tessa, seorang gadis biasa bertemu dengan seorang pemuda yang manis namun enggan untuk memberitahu namanya dan semua tentang dirinya. Hingga seiring waktu, Tessa berhasil membuka satu per satu teka-teki yang disem...