Rafa kini sedang mengemasi barang-barang basketnya. Latihan basket hari ini telah usai, ia terasa amat letih dan ingin segera pulang ke rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Kondisi di sekolah tampak sepi, seakan hanya Rafa saja yang berada di lingkungan sekolah.
Rafa duduk di salah satu bangku di lapangan, ia terus mengelap keringatnya yang sedari tadi membahasi tubuhnya. Saat tubuhnya sudah terasa kering dan bebeas dari keringat, ia bangkit dari tempatnya saat ini dan hendak pergi.
"Ouw!!" teriak pilu seseorang yang disertai dengan suara buku-buku jatuh.
Rafa pun langsung menoleh ke sumber suara itu dan mendapati Manda yang duduk dilantai dengan beberapa buku yang berserak-serakkan di lantai. Manda tengah-tengah mengusap bokongnya yang terasa amat sakit itu.
Rafa mengangkat sudut bibirnya ke atas. Ia menaruh asal handuk kecil yang tadi melingkar di leher ke bangku itu sebelum menghampiri Manda yang masih berada di lantai.
"Lu masih di sini?" tanya Rafa sambil menyamakan tingginya dengan Manda.
"Iya, gue baru selesai ngerjain tugas," jawab Manda.
Rafa mengulurkan kedua tangannya untuk membantu Manda berdiri, Manda yang menegerti maksud uluran itu pun menerimanya. Rafa menarik Manda dan Manda pun berdiri seperti semula.
"Terima kasih," ucap Manda.
"Sama-sama."
Tiba-tiba seekor tikus sekolan melewati mereka dan itu membuat Manda terkejut dan takut di waktu yang sama, sedangkan Rafa biasa-biasa saja.
"AAA!! TIKUS!!" pekik Manda. Tanpa Manda sadari ia melopat ringkuk ke Rafa dan memeluk leher Rafa dengan erat sambil menenggelamkan kepalanya pada lekukan leher Rafa dengan gemetaran. Rafa yang disambut dengan lopatan ringkukan tubuh Manda pun hanya dapat menggendong tubuh Manda dengan gaya bridal style dan mencoba untuk menyibangi tubuhnya.
Saat ia berhasil menyimbangi tubuhnya, ia dapat merasakan getaran Manda yang ketakutan itu sambil mengusir tikus yang membuat Manda takut. Saat tikus itu sudah pergi Manda masih belum melepaskan pegangannya. Manda yang terkenal berani dan tak takut pada apapun memiliki kelemahan, yaitu tikus selokan.
Menurutnya, tikus sekolan memiliki kuman dan bakteri yang sangat dasyat yang menyebabkan kematian.
Tubuh Manda masih gemetaran, ia memeluk Rafa dengan erat sambil menutup matanya. Ia enggan untuk melihat apa yang terjadi berikutnya. Rafa yang paham akan Manda pun berjalan menuju bangku yang masih disinggahi barang-barangnya, ia duduk di sana sambil menenangkan Manda.
"Manda, tikusnya sudah gak ada," ucap Rafa lembut.
"Boong!"
"Sejak kapan aku bohong?" tanya Rafa.
Perlahan-lahan gemetaran Manda berkurang, ia mulai merenggangkan pelukannya itu, ia menarik tubuhnya, dan membuka matanya yang tadi tertutup. Hal yang pertama ia lihat adalah wajah Rafa dengan jarak yang sangat dekat. Saking dekatnya, ia kini tau mengapa Rafa adalah laki-laki yang selalu diidolakan para perempuan di sekolahnya.
Lekuk wajah Rafa sangat sempurna, mata hitam pekat yang indah, bulu mata nan lentik, alisnya yang tebal sangat cocok untuk mata almond-nya yang dermawan, tubuhnya berotot seperti atletis, bibirnya merah muda tipis namun seksi, hidungnya pesek, dan rambutnya hitam lebat yang acak-acakan.
"Sudah selesai natapnya?" tanya Rafa membangunkan Adel dari lamunannya.
"Uhh...?"
Rafa tersenyum. Manda kini seakan terhipnotis dengan senyuman yang diberikan Rafa, Rafa tersenyum dengan tampan. Manda dengan cepat menggeleng kepalanya, membangunkan dirinya dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemuda Misterius [SELESAI]
Teen Fiction#1 Sanjaya Highest Rank: #985 ---- Tessa, seorang gadis biasa bertemu dengan seorang pemuda yang manis namun enggan untuk memberitahu namanya dan semua tentang dirinya. Hingga seiring waktu, Tessa berhasil membuka satu per satu teka-teki yang disem...