Bab 16: Masa Lalu

163 16 4
                                    

3 Tahun yang lalu..

Hari dimana kecelakaan itu terjadi.

Matahari bersinar dengan terang, awan-awan putih bagaikan kapuk masih setia menemani sang mentari di langit yang begitu biru. Burung-burung berterbangan bebas di angkasa.

Tessa saat ini berada di kelasnya. Membaca novel favorit-nya. Kalimat demi kalimat, kata demi kata, percakapan demi percakap, ia baca dengan sungguh-sungguh.

"Tes!"

Sebuah suara berat seorang bocah yang bernajak dewasa pun memanggil namanya. Tessa menutup bukunya, ia tidak lupa untuk menggunakan pembatasan buku itu sebagai penanda halaman yang ia telah baca. Tessa kemudian menatap laki-laki muda yang menatapnya dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya.

"Ada apa, Geo?" sahut Tessa.

Bocah yang dipanggil Geo itu masih mengatur nafasnya. Tampaknya ia tengah berlari tergesa-gesa seperti di kejar setan. Akhirnya Geo dapat mengatur nafasnya itu dan mengucapkan kata-kata yang membuat darah Tessa naik ke atas.

"Si Tristan mukul pacar lu di lapangan," ucap Geo.

Mata Tessa melotot dengan sempurna dan pedas. Ia bergegas ke lapangan sekolah sambil berlari dengan cepat, ia tidak peduli pada semua orang yang ia tabrak ataupun memberikan umpatan kepadanya, ia hanya peduli tentang Bani yang tengah-tengah bertengkar dengan Tristan di lapangan.

Saat Tessa sampai di lapangan, Tessa melihat Bani yang sudah terluka sedangakn Tristan juga. Saat Tristan ingin mengayunkan tinjuannya pada Bani yang tampaknya sudah ingin menyerah, Tessa dengan cepat menahan lengan Tristan dan menamparnya.

Plaak..

Tamparan yang diayunkan Tessa pun akhirnya mengenai pipi Tristan dengan panas. Suasana pun menjadi hening, mereka sangat terkejut atas kehadiran Tessa yang tiba-tiba. Tristan menyentuh pipinya yang terasa panas sambil meringis, dapat dilihat dengan jelas cetakan tangan Tessa yang berwarna merah di pipi Tristan.

Tristan menatap Tessa dengan geram, sedangkan Tessa menatap Tristan menantang. Ia tidak takut dengan Tristan, ia tegap ia melindungi Bani yang berada di belakangnya saat ini.

"Lu mau gue hajar atau hamiliin?"

"Tergantung, lu mau golok atau kapak?" balas Tessa.

"Minggir lu cewek! Urusan gue bukan sama lo!"

"Kalo gitu ngapain lu hajar Bani? Apapun urusan Bani juga urusan gue juga! Lu gak pernah puas apa ngehancurin hidup gue sama Bani? Atau lu make kami berdua sebagai pelampiasan?!"

"Gue bilang minggir!"

"Ini semua terjadi gara-gara lo! Lu yang mancing! Lu yang mulai! Cuman karena hidup lo berantakan, bukan berarti lo juga bisa ngancurin hidup orang! Hidup lu mungkin hancur, tapi ngancurin hidup orang juga bukan solusi yang tepat. Kalau gue jadi lu, gue bakal ngebuat apa yang terjadi di masa lalu menjadi pelajaran!" bentak Tessa.

"Sayangnya gue bukan lo!"

"Ooo!!!" sorak teman-teman mereka yang masih berada di sekitar mereka.

"Terserah, pokoknya gue udah capek!" Tessa berbalik dan membantu Bani berdiri. "Kau tidak apa-apa?" tanya Tessa khawatir.

"Aku tidak apa-apa," jawab lemah Bani.

"Aku akan mengantarmu ke UKS, kalau begitu." Tessa pun membantu Bani berjalan karena kaki Bani keseleo. Jadi, ia harus berjalan dengan melompat.

Pemuda Misterius [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang