Manda terus menatap keluar jendelanya dengan gersang, sudah hampir seminggu ia tidak melihat Rafa. Dan apa bila ia berada di sekitar Rafa walaupun jauh dan Rafa menyadari keberadaan Manda, Rafa pasti akan pergi dengan berbagai alasan.
Entah mengapa hal itu membuat Manda menjadi sakit hati dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia kini hanya bisa berharap besok semuanya akan baik-baik saja.
Keesokan harinya di sekolah. Rafa masih sama seperti belakangan ini, menghindarinya. Manda menghela nafas kasar dan mencoba untuk menggrubisi itu semua dan fokus ke hal utama yang berada di hadapannya saat ini.
Tak lama kemudian, bel berdering dan menandakan bahwa jam istirahat telah selesai. Kini kelas Manda mendapatkan pelajaran olahraga dan materi hari ini adalah basket. Manda sangat payah dalam basket.
"Kamu ini kok dari dulu sampe sekarang gak bbisa main basket, Man!" protes Pak Win, sang guru OR yang berdarah Papua.
"Saya memang gak bisa. Kalau diajarin, saya mah pasti bisa," bela Manda.
Pak Win kini menyapu pandangannya ke lapangan basket dan berharap menemukan seseorang yang bisa menyelamatkan Manda. Tiba-tiba pandangannya terjatuh pada anak didik basketnya yang sangat bertalenta dan kini duduk sebagai kapten basket sekolahnya.
"Rafa! Tolong ajarin Manda basket!" suruh Pak Win.
"Maaf pak, saya harus..."
"Sh!! Sudah-sudah! Jangan pake banyak alesan lagi! Ajarin Manda pulang sekolah, kalau tidak saya keluarin kamu dari tim basket!" ancam Pak Win.
Rafa pasrah mengangguk dan menyetujui permintaan Pak Win, sedangkan Manda menelan salivanya dengan susah payah.
Siapa pun yang asal bukan Rafa, pinta batin Manda.
***
Kring..
Kring..
Kring..
Bel pulang sekolah pun berdering. Semua siswa dengan kompak meninggalkan sekolah mereka. Semue menunjukkan raut wajah bahagia, kecuali Manda dan Rafa.
Mereka kini berada di lapangan basket indoor sekolah mereka. Saat Rafa melakukan pemanasan Manda terus duduk di pinggir lapangan sambil memainkan kukunya. Rafa yang menyadari itu hanya diam dan menatapnya sekilas.
Rafa juga tidak enak melihat Manda yang sedari tadi murung di sana sendirian. Hatinya berkata 'hampiri dia' namun pikirannya berkata 'diamkan saja dia'. Rafa menghela nafas jengah.
"Manda! Ayo kita mulai! Gue gak mau dikeluarin dari tim basket!" teriak dingin Rafa pada Manda.
Manda yang merasa namanya dipanggil pun berdiri dan menghampiri Rafa yang sedang memantulkan bolanya sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap wajah Rafa yang begitu marah kepadanya.
Kejadian di taman kemarin belum bisa lepas dari ingatan Manda maupun Rafa. Situasi di antara mereka berubah menjadi canggung seketika, tidak ada yang membuka suara diantara mereka, mereka terus diam.
"Lu masukin ni bola ke tu ring!" perintah Rafa ke Manda sambil melempar bola itu ke Manda. Namun Manda tidak menangkapnya dan itu membuat Rafa marah.
"Heh? Lu gak bisa nangkep gitu?!"
Manda menatap Rafa dengan mata yang tengah berkaca-kaca dan siap mengangis kapan pun saja. Melihat itu Rafa menjadi sangat bersalah, dadanya terasa amat sesak. Ia tidak tega melihat Manda menangis. Wajahnya itu berubah menjadi pucat, seakan ia telah rapuh di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemuda Misterius [SELESAI]
Teen Fiction#1 Sanjaya Highest Rank: #985 ---- Tessa, seorang gadis biasa bertemu dengan seorang pemuda yang manis namun enggan untuk memberitahu namanya dan semua tentang dirinya. Hingga seiring waktu, Tessa berhasil membuka satu per satu teka-teki yang disem...