Azalea : Ugh

488 25 0
                                    

Beberapa langkah agak jauh dari meja kantin tempat kita berkumpul tadi, Alterio balik narik tangan gue. "Eh, Kiwi, lu kira lu beneran dipanggil guru?"

"Hah? Lo bohong?" Serius, gue kaget. "Terus lu mau apa?" Nyampe gue diapa-apain sih nggak lucu ya. Gue berusaha lepasin genggamannya dia. Jijik banget pake pegang-pegang segala.

"Gue mau ngomong sama lu." Dia berhenti narik gue. Gue tetep berusaha ngelepasin tangan gue. Tapi, makin coba dilepas, makin kenceng dia genggam gue. Ini orang udah kayak penjahat aja, untung bukan penjahat beneran. Eh, tapi kalo dia mau apa-apain gue gimana?

"Apa? Mau ngomong apa?" Bisa gue pastiin muka gue pasti kelihatan nantangin banget.

"Jangan sekali-kali bilang kalau gue ngerokok." Serem banget sih, pak, muka lu. "Kalau gue sampe di drop out lagi, gue bakal bikin lo di drop out juga."

"Dasar ngaco." Dua kata itu keluar dari mulut gue gitu aja, tanpa perlu mikir lagi. "Tapi kan memang bener lu ngerokok."

"Udah engga," jawabnya singkat. Dia juga ngelepasin genggaman tangannya yang agak keras itu.

Masa sih? Beberapa hari yang lalu aja dia masih ngerokok. Memang berhenti ngerokok segampang menjentikkan jari? "Bohong." Gue belum percaya.

"Serius." Tatapannya berubah tajam. Tatapan ini pasti bikin anak kecil ketakutan, sayangnya gue bukan anak kecil, jadi gue nggak takut. "Maka dari itu, jangan bilang-bilang kalau gue ngrokok. Nanti malah lu yang kena hukum gara-gara fitnah gue."

"Apa buktinya?" Lagi-lagi kalimat itu keluar gitu aja dari mulut gue.

"Lu bisa cium gue."

"Cium?" Cium pipi gitu? Gila aja. Ogah gue.

"Cium bau badan gue, Lesung Kiwi. Salah ngomong gue." Dia pasti sadar perubahan muka gue habis mikir yang engga-engga tadi. Haduhh, gimana kalau dia tau yang tadi gue pikirin itu cium pipi? Kan malu-maluin.

Tunggu, dia juga manggil gue 'Lesung Kiwi". Gue ngeraba pipi gue sambil senyum-senyum sendiri. Mungkin karena lesung pipi ini. Karena lesung pipi ini juga, gue dan Kunal – yang sama-sama punya lesung pipi – sering dijuluki 'Kembar Lesung' sama guru-guru.

Gue ngendus-ngedus badan Alterio. Hmmm. Bener, badan dia udah nggak bau rokok lagi. Baunya lain, beda dari biasanya.

"Gimana? Udah nggak bau rokok lagi, kan?" tanya dia. Gue ngangguk. "Balik, yuk." Gue ngangguk lagi.

Si Alterio ini ajaib juga, bisa berhenti ngerokok cuman dalam beberapa hari aja. Jangan-jangan yang dari tadi ngobrol sama gue ini bukan Alterio lagi. Jangan-jangan... Apaan sih lo Ya? Mikir yang engga-engga aja.

Sesampainya di kelas Bintang dan Kunal duduk di kursi gue dan Alterio. Untung gurunya belum datang. "Ya, lu beneran dipanggil guru?" tanya Kunal.

"Enggak."

"Lu nggak di apa-apain sama si Alterio ini, kan?" tanya Bintang.

"Enggak."

"Udah sana minggir, gue mau duduk," kata Alterio. Gue baru tau kalo dia udah nggak berdiri di belakang gue lagi, tapi berdiri di samping kursinya yang ada di sebelah kanan kursi gue itu. Bintang dan Kunal berdiri lalu pergi ke belakang, ke tempat duduknya.

Gue dan Alterio duduk berbarengan.

"Mulai sekarang panggil gue Rio aja. Oke?"

"Iya, iya," kata gue setengah ogah-ogahan.

Truth or Dare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang