"Ya udah lah ya, nanti aja deh penjelasan kenapa dia aneh. Gue mau kasih minum ini ke dia dulu, gue takut dia mati dehidrasi." Ya – biasa gue manggil Azalea 'Ya', biar pendek -- nahan ketawa banget tuh, ketahuan. Btw, ini nggak lucu tauk!
Gue jalan setengah lari ke arah anak yang kata Ya namanya Athena. Gue bingung sebenernya gue lari atau jalan. Dibilang jalan enggak, dibilang lari enggak. Yah, lari setengah jalan atau jalan setengah lari boleh juga.
Sesampainya didepan dia, gue langsung nyodorin botol air minum dingin. "Nih." Dia cuek, langsung neguk air dari botol itu. Hoi, minimal senyumin gue kek. Bahkan gak bilang 'terima kasih', 'makasih', 'thank you', 'xie xie', 'arigatou', 'kamsa habnida' – gimana lah cara nulisnya, 'kamsia', 'haturnuhun', apalagi ya? Langsung minum gitu aja? Gila, bener kata Ya, ni cewek aneh, nggak bisa berteman gitu.
"Ya udah gue pergi aja."
Dan... gue dikacangin. Gitu aja terus. Minimal bilang 'oke' kek atau apalah.
Gue jalan ke arah Athena yang kalau gue nggak salah hitung, jaraknya cuman lima langkah kaki gue yang nggak tau ini kecil atau besar. Ukuran sepatu gue sih 43. Kalo buat cowok mah kecil. Pokoknya kalo cowok ukuran sepatunya nggak nyampe 40 dalam kamus gue namanya bukan cowok. Tapi anak laki-laki.
Oke, balik ke kejadian. Hehe. Kalo urusan basa-basi mah gue jagonya. Gue jago banget bikin guru Bahasa Indonesia di homeschooling gue luluh. Kenapa? Karena pas ngarang, inti ceritanya satu paragraf, basa-basinya empat paragraph.
Oke, balik ke kejadian (lagi). "Bener, Ya, dia aneh." Ya itu cara gue manggil Lea atau yang nama panjangnya Azalea Lea Le. Eh bukan, namanya Azalea Libria Purnawinto. Libria. Di namain Libria karena zodiak dia – zodiak gue juga – itu Libra. Udah bisa nebak dong nama gue siapa? Yes, Kunal Libra Purnawinto. Gue akuin, Kunal sama Libra nya itu nggak nyambung. Bodo amat!
Oke, balik ke kejadian (lagi, lagi). "Kan udah gue bilang," kata Ya. "Gue mau ke perpustakaan deket sini, mau ikut nggak?" tanya Ya mengalihkan pembicaraan.
"Ya udah, itu jauh lebih baik daripada nemenin mama cari baju di mall." Yah, taulah kalo ibu-ibu lagi beli baju. Biasanya gue sih ngabur. Tiba-tiba ngilang gitu. Cling! Seperti tanpa kaca! Malah iklan. Bukan, bukan, bukan gitu. Biasanya gue ngabur ke café atau ke mana lah. Yang penting gue makan.
Tanpa dijawab lagi, Ya langsung berjalan menuju ke perpustakaan yang dia maksud. Perjalanannya nggak jauh nggak deket. Lumayan cape sih kalo jalan kaki.
Beberapa menit kemudian.
Ting!
Sampe.
Perpustakaannya besar. Pasti banyak buku di dalamnya. Gedung berlantai tiga ini di cat dengan warna abu-abu polos. Hanya ada papan nama tergantung di tembok atas pintu. "Perpustakaan Buku Bekas Pak Heru." Buku bekas? Wah, menarik.
"Ini bukunya bekas semua?" Pertanyaan konyol yang harusnya nggak gue tanyain. Gue bingung mau nanya apa soalnya.
"Tapi bagus-bagus kok bukunya." Jawaban yang cukup mengagetkan. Gue pikir Ya bakal jawab "bego banget sih," "itu jelas-jelas ada tulisannya," "itu pertanyaan macam apa?" "jangan konyol dong," dan lain lain. Dia mendorong pintun kaca.
Kesan pertama: Wangi.
Kesan kedua: Sejuk.
Kesan ketiga: "Oh selama ini kalo lu pulang malem lu kesini dulu?"
"Hah? Kok tahu?" Itu reaksi Ya. Berarti gue bener.
"Ng.." Gimana ya jawabnya? "Gue pernah nemu buku Sherlock Holmes dibawah bantal. Pernah juga gue nemuin buku Trio Detektif, ada tiga buku lagi."
Ya pengen nampol gue. Ya, gue bisa merasakannya. Tapi Ya nggak jadi nampol gue. Karena ini perpustakaan, kurang lebih kayak gitu. "Kalian bolos?" tanya seseorang. Bapak-bapak. Empat puluh menuju lima puluhan. Seumur sama papa. Mendadak gue kangen papa. Oke, oke, lupakan papa. Lagi nggak mau bahas papa.
"Enggak kok, kita telat," jawab Ya santai. Dia seperti sudah sangat akrab dengan bapak itu. Menurut gue itu Pak Heru. Soalnya dia pake name tag tulisannya Heru. AHAHAH. "Oh ya, Pak, kenalin ini kembaran saya. Namanya Kunal. Persis kan sama saya?"
Gue kaget. Persis? Kucing lu peyang. Semua orang yang ngeliat kita jalan bareng pasti dikiranya gue pacarnya Ya. "Ah, iya, kalian persis," jawab si bapak sambil nahan tawa. "Seragamnya yang persis." Si bapak bisa aja.
"Ya udah pak, saya ke dalem dulu. Saya mau baca buku sampai nanti jam pulang sekolah." Sampe pulang sekolah? Nggak salah? Duh, bisa tidur pules gue disini.
Pak Heru ngangguk-ngangguk. Ya lepas sepatu, taruh sepatu di rak. Gue ngikutin aja apa yang dia lakuin. Sampai di satu rak buku khusus novel, mulut gue udah nggak tahan mau nanyain pertanyaan ini. "Emangnya Athena kenapa?"
"Dia nggak mau punya teman." Jawaban yang singkat dan aneh.
"Serius? Kok bisa?"
"Mana gue tau. Udahlah diem sana. Gue mau baca buku dulu." Ya mengambil sebuah novel. Sudah kudagu, Sherlock Holmes.
Terus gue ngapain?
![](https://img.wattpad.com/cover/103984861-288-k127498.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare [Completed]
Fiksi RemajaApa jadinya kalau hanya dengan bermain Truth Or Dare saja dua orang ini bisa membongkar rahasia masa lalu yang masih tersimpan rapi sampai sekarang? Azalea Libria Purnawinto Gue pilih Truth. Dengan waktu yang gak pendek, gue semakin deket sama dia...