Kunal: Nggak Salah Nih?

267 13 3
                                    

Seminggu setelah camping, gue diminta Athena buat dateng ke rumahnya. Setelah gue pikir-pikir—sampai Ya bosen dengernya, baru akhirnya gue memutuskan untuk pergi aja. Alasan gue simpel, gue penasaran kenapa Athena ngajak gue kerumahnya.

Yah, kalian tau lah kenapa gue sampe harus capek jiwa raga cuman karena mikirin apa gue harus ke rumah Athena atau engga. Sebenernya sih, alasannya banyak. Yang gampang gue sebutin aja deh ya gue sebutin nih. Jadi alasan gue gini nih: gue males ketemu Aphrodite. Yah, walaupun dia benci sama gue juga bukan sepenuhnya gara-gara gue, tetep aja dia bencinya sama gue.

Alasan kedua gue yaitu emaknya. Gue juga rada males ketemu emaknya Athena. Soalnya kalo dia sampe ngebunuh gue sih nggak lucu. Gue kasian juga sama si Ya kalo gue pulang dari rumah Athena tiba-tiba berubah jadi pocong. Mending pocongnya putih gitu ya, ini mah ntar pocongya merah gitu, kayak lagi mens.

Hari ini pulang sekolah, gue langsung pergi ke rumah Athena. Dia yang nyaranin datengnya pas pulang sekolah. Katanya sih si adenya dia lagi pergi ke klub gambar gitu kalo jam segitu. Yah, baguslah daripada gue dibunuh dua kali. Keren juga sih, bisa dibunuh dua kali.

Semakin siang, gue semakin mules. Gue makin bingung dengan apa yang harus gue lakukan di rumah Athena. Gue juga bingung kenapa Athena harus banget ngerahasian semuanya. Padahal kan akhirnya gue juga bakal tau gitu ya. Kalo bukan Athena yang nggak kasih tau alasan kenapa gue harus ke rumah orang itu, gue nggak bakal mau ke rumah orang itu. Buat apa?

Ting! Jam dua. Waktunya pulang sekolah. Gue cepet-cepet beresin buku dan semua yang berantakan di tempat duduk gue. Gini-gini gue orangnya juga bersih, jadi kalo ada sampah gitu biasanya gue buang. Tapi bukan berarti sampah satu kelas gue buang semua ya.

Athena sekelas sama gue jadi gue nggak perlu repot-repot nyari dia. "Ayok, Nal," ajaknya. Karena gue ke rumah Athena hari ini, Ya jadi pulang sendiri. Ya udah lah ya nggak masalah, dari dulu dia ke sekolah juga naik angkot.

Gue udah hafal jalan ke rumah Athena jadi gue nggak perlu pake GPS atau apalah yang lain. Padahal ya gue baru juga ke rumah Athena sekali. Sesampainya di rumah Athena, ada satpam yang bukain pintu rumahnya. Gue markir motor di garasi rumahnya.

Akhirnya gue bisa masuk ke rumah Athena yang berseni banget. Temboknya dilukis sendiri. Bahkan ada foto keluarga yang dilukis di tembok. Tapi gambar kedua kakaknya kayak rusak gitu. Seakan udah dilempar telor. Catnya rusak neglupas-lupas gitu. "Nal, ayok ke kamar gue aja," ajak Athena.

Gue nyari-nyari emaknya Athena. Bukan karena gue mau ketemu. Gue cuman mau ngehindar dari dia aja. Males aja gue ketemu dia. "Eh, Nal, mama lagi tidur, jadi kita ke ruang imajinasinya aja ya."

"Oke," balas gue. Gue tau ruang imajinasi itu di mana. Ruang imajinasi itu ruangan tempat maknya manggil gue Julius. Gue kaget setengah mati pas itu. Siapa Julius? Tapi siapa juga yang peduli?

Beberapa langkah kemudian, gue udah sampe di ruang imajinasi emaknya Athena. Ruangan ini...berwarna. Ruangan ini seakan nyimpan banyak kenangan yang diceritain lewat lukisan. Mungkin ruangan ini emang punya kenangannya sendiri.

"Ini lo, Nal," Athena ngajak gue ngomong, "mama akhir-akhir ini suka gambar beginian." Dia ngasih liat gambar yang bagus banget sih menurut gue. Gambar kapal kebakar di satu kanvas yang besar. Gue liat sih ada lima kanvas yang isinya sama.

Athena ngasih liat gue gambar yang lain. Gambar seorang wanita yang ngebakar hidup-hidup seorang pria. Gambarnya begitu nyata sampe gue berasa déjà vu. Gue berasa gue pernah mimpi yang beginian. Tapi nggak mungkin lah. Gue sempet mikir apa ini kejadian nyata emaknya Athena. Tapi nggak mungkin lah, emaknya Athena kan jadi rada gila gara-gara kakaknya Athena meninggal sekaligus dua, 'kan?

"Weh, Nal, gue bilang sih ini gambar yang paling aneh," kata Athena. Dia nunjukin gue gambar seorang cewek hamil. Cewek hamil yang lagi berantem sama suaminya. Perutnya memang belum besar. Paling baru dua tiga bulan. Tapi ada gambar janin kecil di perutnya. Itu yang bikin gue tau dia hamil.

"Masih ada lagi?" tanya gue sambil naro lukisan yang tadinya di tangan gue.

"Nggak ada. Menurut lu, emak gue kenapa?" tanya Athena balik.

"Kenapa, ya? Nggak tau. Gue nggak punya ide." Yah, memang gue nggak tau emaknya Athena kenapa, tapi gue pengen banget bisa bantu dia. Gue bakal seneng banget bisa bantu dia. Karena abis gue bantu dia gue pasti ngerasa bangga yang kebangetan gitu loh.

"Apa karena kecelakaan kapal yang waktu itu, ya?"

"H-A-H-?" ASDFGHJKL. Hah? Gue kaget sekaget kagetnya. Gue serius, gue ga main-main. "Sejak kapan dia jadi... gila?" Gila itu kata yang tepat ga sih? Gue jadi takut ngelukain perasaan Athena. Gue takut salah kata.

"Ya habis kecelakaan kapal itu," dia mindahin beberapa lukisan yang tadi habis dibongkar-bongkar, "semacem PTSD," lanjutnya. Post Traumatic Stress Disorder. Semacem gangguan kejiwaan yang dialami orang yang nggak bisa lupa soal kejadian itu. Ih apaan, sih? Intinya stress yang diakibatkan oleh kejadian yang mengerikan.

"Pernah diperiksa ke dokter?" tanya gue. Basa-basi aja sih.

"Pas kakak gue meninggal makin parah."

"Julius?" Ya ampun, jangan bilang itu emaknya Athena. Gue balik badan. Eh bener. Gila, gila. Bisa mampus gue. "Saya perlu ngomong sama kamu Julius," kata emaknya Athena, tatapannya kosong.

"Siapa Julius?"

Tiba-tiba tanpa gue duga, dia nampar gue. "Ma?" panggil Athena yang juga kaget. Pipi gue perih, tapi gue juga penasaran. Gue tau ini pipi gue pulang-pulang pasti merah dan ada cap tangannya.

"Kurang ajar kamu, berani-beraninya hamilin saya! Saya sudah bersuami dan punya tiga anak. Atas hak apa kamu berani main-main dengan keperawanan saya?" serbu emaknya Athena. Gue bingung. Dia lagi halusinasi? Dia kenapa, sih?

Athena dan gue diem aja. Gue berpikir bahwa yang emaknya Athena lagi lakuin sekarang itu bagian dari kejadiannya di masa lalu, mungkin juga ada hubungannya dengan lukisan-lukisan yang tadi gue tunjukin ke Athena.

"Saya bisa aja bakar kamu dan seluruh kapal ini," ancam emaknya Athena. Gue menikmati semua ini. Semua pertunjukan yang emaknya buat atau yang emaknya bener-bener alamin.

Athena hanya diam dibelakang. Dia kayaknya cukup menikmati pertunjukan ini. Haha. Tapi nggak lama kemudian, semuanya berubah. Emaknya Athena ngambil vas bunga porselen yang ada di meja di sebelahnya. Dia pasang kuda-kuda. NAH LOH? Dia mau ngelempar gue pake vas itu?

Iya, dia ngelempar gue pake vas itu. Untung gue sigap, gue langsung menghindar. "Awas kamu, Julius. Saya bunuh kamu!" Gue langsung ke belakang emaknya Athena, ngunci tangannya. Gue ta emakya Athena udah diluar kendali banget sekarang. Dia harus gue kendaliin.

"Panggil satpam," kata gue kepada Athena. Sementara gue sibuk ngunci tangan emaknya Athena yang lagi pengen ngamuk ini, Athena lari manggil satpam. Sekarang gue tau gunanya satpam di depan itu apa.

"Kapalnya kebakar... Julius mati... tapi aku selamat."

Truth or Dare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang