"Hai Kiwi," sapa Rio yang barusan masuk kelas dan tiba-tiba, begitu aja, muncul dihadapan gue yang lagi ngajarin Natan—ketua kelas yang cocok jadi ketua kelas tapi pelajaran fisikanya hancur lebur.
"Apa? Nggak liat gue lagi ngajarin Natan?" kata gue mulai emosi. Semenjak kejadian di rooftop kita masih tetep nggak bisa akur. Yah, siapa suruh Rio iseng banget. Darah tinggi tau duduk di sebelah dia.
"Iya, gue liat. Masalahnya Natan duduk di kursi siapa?"
"Dia duduk di kursinya," kata gue asal jawab. Sebenernya gue jelas-jelas tau Natan duduk di kursi Rio. Bodo amat dah.
"Iya Rio, ini kursi gue. Ya aja bilang begitu," timpal Natan sambil nyengir.
"Ya udah kalo ini kursi lo, gue rebut pacar lo." Dasar Rio, bisanya cuman asal ngomong aja. Tapi, yang lebih mengejutkan adalah reaksi Natan.
"Rebut aja, dia udah jadi pacar orang ini." What? Seriusan? Selama tiga tahun pacaran harmonis-harmonis aja terus tiba-tiba dapet kabar dari Natan sendiri kalo Vero—pacar natan, eh, sekarang sih mantan Natan—udah jadi pacar orang? Wah gila. Untung dikelas cuman ada kita bertiga doang. Untung di kelas nggak ada cewek-cewek gossip nggak jelas itu.
"Serius, Nat?" respon gue dan Rio refleks setelah dengar kata-kata itu langsung dari mulut Natan.
"Cie barengan ngomongnya." Apaan sih Natan?
Gue dan Rio diem aja, nggak peduli. Sedangkan Natan, dia malah ketawa.
"Iya serius. Gue yang putusin karena gue tau Vero lebih nyaman sama Dimas," kata Natan seakan tau apa yang bakal kita tanyain.
"Anjir, Nat. Demi apa si Vero sampe lebih milih Dimas?" Dimas si tukang ganti pacar. Semua orang juga tau. Tapi tetep aja cewek-cewek pada mau sama dia.
"Mungkin dia mau terkenal?" Natan mengangkat bahu. "Kayak cewek-cewek lain yang mantannya Dimas." Semua cewek yang pernah pacaran sama Dimas memang rata-rata punya tujuan. Salah satunya biar terkenal. Bingung gue kenapa mereka mau terkenal dengan cara pacaran sama Dimas yang guru-guru juga tau kalo dia playboy. Mendingan terkenal dengan cara lain dong, cara yang lebih berkualitas.
"Bego anjir si Vero," kata Rio. "Pacaran sama gue juga bisa terkenal kali."
"Engkong lu monyet!" seru Natan, "Mana ada yang mau pacaran sama lu? Cewek-cewek aja lu jailin semua, mana ada yang mau pacaran sama lu."
Gue ketawa. Natan bener. Rio suka ngerjain orang, apalagi cewek. Mana ada yang mau pacaran sama dia? Tapi kenapa gue mau? #sedangngarep
Adegan-adegan di rooftop tiba-tiba muncul di ingatan gue. Sisi lain Rio muncul di ingatan gue. Rio yang baik, Rio yang perhatian, Rio yang takut nyebrang jalan... Semuanya mengalir gitu aja dalam ingatan gue sampai ketawa gue meledak lagi dan dua orang itu ngeliatin gue.
"Apa kalian liat-liat?"
Mereka langsung geleng-geleng.
"Jadi ya, menurut gue Vero udah bosen sama gue," Natan memulai pembicaraannya lagi. "Tiga tahun dan gue masih gitu-gitu aja. Pelajaran fisikanya masih hancur aja. Banyak lah kekurangan gue yang bikin si Vero udah bosen."
"Atau mungkin lu berdua udah nggak cocok?" Rio berpendapat.
"Yah, mungkin." Natan melanjutkan: "Gitulah cinta. Yang awalnya nggak cocok, tiba-tiba jadi cocok. Yang awalnya cocok, tiba-tiba jadi nggak cocok." Kalimat Natan entah kenapa berasa ngena banget di gue. Gue mulai mikir tentang gue dan Rio kedepannya, tapi lama-kelamaan gue jadi geli sendiri dan memutuskan—untuk sementara—tidak memikirkan hal-hal aneh kayak gitu
"Capek ya, Nat," kata Rio.
Natan ngangguk, bersamaan dengan bunyi bel.
"Anjir, gue belom selesai belajar fisika. Lu sih, Rio, gue jadi ikutan ngobrol deh."
"Tenang, Nat," kata gue, "Pelajaran fisika masih habis istirahat kok."
"Nat, awas, Nat, gue mau duduk." Natan langsung merapikan buku-bukunya dan balik ke tempat duduknya.
Setelah duduk di tempatnya, Rio berbisik ke gue, "Ntar sore ke rumah gue dong, ajarin gue mat." Tumben banget. Jangan-jangan dia ada maunya lagi. Tapi tanpa basa-basi gue iya-in ajakan Rio
"Nggak salah ni?" tanya gue dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare [Completed]
Genç KurguApa jadinya kalau hanya dengan bermain Truth Or Dare saja dua orang ini bisa membongkar rahasia masa lalu yang masih tersimpan rapi sampai sekarang? Azalea Libria Purnawinto Gue pilih Truth. Dengan waktu yang gak pendek, gue semakin deket sama dia...