Gue mau kenal lebih jauh tentang calon pacar gue.
Gue taruh handphone di meja. Kunal mau lebih kenal calon pacarnya. Calon pacar yang dia maksud pasti gue. Siapa lagi? Jelas-jelas daritadi yang nge-chat sama dia juga gue. Dia pasti mau lebih kenal sama gue.
Ahhh... Kenapa jadi senyum-senyum terus gini ya? Kenapa jadi salting-salting nggak jelas gini? Jadi nggak sabar.
Gue berjalan ke lemari. Pake baju apa nanti? Semoga ada baju yang cocok. Rok merah itu? Terlalu pesta. Celana jins? Walaupun nyaman tapi ini kan pertemuan spesial, masa pake celana jins? Rok terusan garis-garis? Itu 'kan udah lama nggak dipake, pasti jadinya aneh.
Baju ini, baju itu, celana ini, celana itu. Pada akhirnya gue memilih gaya gue yang biasanya. Celana jins dan T-shirt.
Pertemuan spesial itu masih jam tujuh dan ini baru jam empat lewat. Ahhhhh... Nggak sabar. Apa yang harus gue lakukan sekarang? Siap-siap? Make-up? Tapi gue belom pernah make-up sebelumnya. Dari dulu gue berpikir make-up itu nggak penting, tapi kenapa sekarang gue pengen banget make-up?
Tiba-tiba Kak Athena nyolek gue. Dia mulai 'ngomong' pake bahasa isyarat. "Mau kemana?"
"Ketemuan sama seseorang."
"Cowok?"
Gue ngangguk. "Perlu make-up nggak?"
"Penting banget ketemuannya?"
"Mungkin."
"Nggak usah make-up lah, jadi diri sendiri aja."
"Oke."
Jadi diri sendiri aja.
Gue ngikutin Kak Athena pergi ke keluar kamar. Gue mau nonton TV aja, nanti jam 5 baru pergi mandi. Pokoknya jadi diri sendiri aja.
Jam 5.
Gue mandi dan bersiap-siap. Taulah kalo cewek siap-siap kayak gimana. Kata cowok sih lama, tapi kata gue – sebagai cewek itu normal-normal aja, nggak lama-lama banget. Gue berusaha jadi diri sendiri sebaik mungkin. Celana jins dan t-shirt seperti biasanya. Tambah kalung pendant warna biru langit dan flat shoes biru – satu-satunya flat shoes yang gue punya.
Pamit mama, pamit kakak, jalan.
Jam 6.30
Gue langsung cabut dari rumah. Jalan kaki dari rumah ke café yang dimaksud Kunal. Café itu deket sama rumah gue, jadi nggak perlu naik angkot, dianterin kakak atau apalah.
Tanpa rasa takut dan sambil senyum-senyum, gue jalan menuju café yang Kunal maksud. Jalan masih ramai dengan orang-orang yang baru pulang kerja, bahkan baru pulang sekolah. Agak takut sih malem-malem gini, tapi siapa peduli? Kakak udah ajarin banyak 'jurus' buat ngalahin om-om nakal, preman-preman pengecut, bahkan remaja-remaja kurang kerjaan jaman sekarang.
Kira-kira hari ini gue ditembak gak, ya? Kalau ditembak jawabnya gimana, ya?
Ah, kalian boleh bilang gue ge-er, tapi menurut gue, ge-er yang dipendem itu nggak apa-apa. Kalo ge-er yang di ungkapin dan yang maksa-maksa cowoknya gitu baru aneh, kesannya jadi kayak cabe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare [Completed]
Teen FictionApa jadinya kalau hanya dengan bermain Truth Or Dare saja dua orang ini bisa membongkar rahasia masa lalu yang masih tersimpan rapi sampai sekarang? Azalea Libria Purnawinto Gue pilih Truth. Dengan waktu yang gak pendek, gue semakin deket sama dia...