Epilog

509 12 10
                                    

 Sepi. Biasanya Kunal ngelawak sore-sore gini. Biasanya dia nanyain gue mau makan apa. Biasanya gue nggak mendem di kamar sendirian kayak gini. Dasar, Kunal! Nyebelin tapi ngangenin. Kan sekarang gue jadi kangen. Mana nggak bisa ketemu lagi.

Untungnya Rio perhatian. Padahal gue udah suruh dia nggak usah sering-sering datang ke rumah. Gue udah suruh dia urusin keluarganya aja dulu. Tapi dia nggak mau. Dia masih sering ke rumah walau kejadian itu udah hampir dua tahun yang lalu.

Iya. Udah dua tahun. Sekarang gue udah kuliah. Rio juga udah kuliah. Dia kuliah di Jerman, sedangkan gue di Jakarta aja. Karena dia sekarang kuliah di Jerman, dia nggak bisa sering-sering ke rumah gue lagi. Paling video call. Iya, kita menjalani LDR.

Athena? Athena udah pindah rumah. Entah pindah kemana. Gue harus akuin Athena bisa dibilang bertanggung jawab atas kejadian dirumahnya itu. Kunal nggak pernah cerita apa-apa, Athena yang cerita semuanya. Dia yang cerita semua detail. Dia sadar mamanya yang salah. Gue juga sadar semua ini awalnya karena bokap gue. Tapi waktu itu dia mabok.

Dia dan gue nggak pernah musuhan setelah kita berdua tahu yang sebenarnya. Kita baik-baik aja. Cuman satu yang nggak baik-baik aja, yaitu kenyataan bahwa nyokap gue nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia cuman tahu Kunal itu nyelamatin mamanya Athena dan semuanya kecelakaan. Untungnya mama bukan tipe orang yang cepat marah. Dia memang kaget saat tahu Kunal meninggal. Gue juga kaget. Semua orang kaget. Tapi mama berpikir bahwa apa yang Kunal lakukan itu sebuah kebaikan. Mama selalu nganggap Kunal itu pahlawan. Yah, kalau dipikir-pikir dia emang pahlawan.

Oh, waktu ulang tahun Kunal kemarin, gue datang ke makamnya. Ada seorang perempuan berjongkok disitu. Gue nggak kenal dia siapa.

Dia balik badan. Ternyata itu Athena.

Gue peluk dia. Mungkin dia butuh pelukan. Beberapa detik dipelukan gue, dia pun menangis. Ternyata dia masih nggak bisa ngelupain Kunal.

"Gue sayang Kunal," katanya. Pundaknya bergetar. Tangisanya makin menjadi.

"Iya, gue juga sayang Kunal." Kali ini giliran gue yang nangis. "Kunal juga sayang sama lu."

Setelah itu, dia melepas pelukan gue lalu pergi. Pergi entah kemana, gue nggak pernah ketemu dia lagi.

Kunal kembaran gue tercinta, dulu apa-apa kita berdua, sekarang gue sendiri.



Wah guys akhirnya ya setelah setahun cerita ini bisa selesai juga. Terima kasih yang sudah nungguin dan sudah baca cerita ini apalagi sudah like. Terima kasih banyak guys. Cinta kaliann <3 <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Truth or Dare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang