Seharusnya tidak ada yang harus seorang Windy sesali dalam hidupnya yang cukup singkat, kecuali Windy tidak bisa mengatakan aku minta maaf dan mencintaimu kepada Tama secara langsung.
Menghancurkan hidup Tama yang indah dan nyaris sempurna tidak pernah ada dalam rencana kehidupan Windy.
Memandang Tama dengan tongkat sebagai mata kedua di tangannya selalu membuat Windy sakit.
Windy sudah mati, tapi setiap hari melihat Tama dalam kegelapan terkadang membuat jantung Windy yang sudah tidak berdetak mencelos dan sakit.
Bukankah segala sesuatu yang terjadi pada Tama itu semua karena Windy? Salah Windy?
Andai saja hari itu, Windy tidak mendorong Tama terlalu keras, Mungkin...
Entah sejak kapan Windy menjadi benci dengan kata 'mungkin', setelah mengucapkan akan ada sesuatu yang indah di benak Windy. Tapi setelah kalimat dengan kata mungkin sebagai awalannya itu berakhir Windy tahu itu tidak akan pernah terjadi.
"Tama awas!"
Andai bibir Windy ini bisa mengucapkan kata itu, Mungkin Tama akan mendengarkannya dan berlari sebelum beton itu jatuh.
Tapi sayang Tuhan terlalu menyayangi Windy, Kata ibu Windy seseorang yang menyangi mu tidak akan pernah memberikan semua yang kau mau secara sempurna.
Dan Tuhan tidak pernah memberikan anugrah suara pada Windy, karena itu Windy tidak bisa meneriakkan peringatan pada Tama, tidak pernah bisa mengucapkan terimakasih setelah Tama mengantar Windy pulang dengan sepedanya.
Windy bahkan tidak bisa menyebut nama Tama yang indah, Pratama Langit Hadiputra.
Tapi ada yang patut Windy syukuri, Beton itu tidak menimpah tubuh Tama-Windy memang tidak bisa berteriak tapi Windy bisa berlari kencang dan mendorong tubuh Tama tepat waktu.
Setidaknya Tama tidak mati, Seperti Windy.
"Kepalanya mengalami benturan keras dan mengguncang seluruh komponen kepala dan organ di dalamnya, Termasuk bola mata. Maaf karena mengatakan ini tapi mungkin saudara Tama akan kehilangan kedua penglihatannya."
Ini salah Windy, salah Windy Tam.
Lalu sekarang Windy bisa apa? Windy hanya sesosok arwah yang punya banyak penyesalan sehingga tidak bisa tenang.
Tapi siapa sangka, kehidupan Windy yang sesungguhnya baru dimulai saat dia sudah mati.
-To be continued-
(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT
Teen FictionSebelum pergi untuk selama-lamanya, Windy punya satu permintaan kecil. Yaitu mengatakan i'm sorry and i love you pada Pratama Langit Hadiputra. Tapi bagaimana? She's life in a silent forever.