Kemana?

5.4K 1.8K 139
                                    

When you lose someone and it still hurts. That's when you know, the love was real - Anonymous

...

Yudha, satu nama yang ada dikepala Windy kala Rasti menghilang tiba-tiba di hadapannya. Windy memilih langsung berpindah kerumah Yudha, bersyurlah Rasti pernah mengajaknya kesana.

Namun ada satu hal yang cukup mengagetkan Windy ketika tiba disana.

Tama?

"Windy?" Yudha menyadari kehadiran Windy, Tama beranjak dari tempat duduknya ketika mendengar nama Windy disebut.

"Windy, di sini Yud? Mana?" Windy seketika lupa apa tujuannya datang ke rumah Yudha, Tama membuyarkan segalanya.

Kenapa Tama di sini Yudha?

"Saya yang mengajaknya, Tama teman bicara yang baik. Dan dia sama-sama ingin membantu kamu untuk menyebrang Windy."

Windy melangkah mundur, berbicara dengan Yudha tidak akan jauh dari kata menyebrang.

"Saya mau bicara dengan Windy Yud."Pinta Tama.

Yudha mengangkat alisnya bingung. Bagaimana caranya? Yudha bisa membukakan sejenak mata batin Tama, tapi Tama buta. Mau berbicara dengan Windy? Windy bisu.

Windy melihat Yudha seakan meminta jawaban dari keinginan Tama.

"Mana tangan kamu?"

Tama mengulurkan tangannya

"Windy sini," Yudha melambaikan tangannya ke arah Windy, meminta Windy mendekat ke arah Tama.

"Saya tidak bisa membuka mata batin kamu, dan Windy juga diluar kemampuannya untuk bisa berbicara dengan kamu. Tapi kamu bisa merasakannya." Yudha menarik pergelangan tangan Tama dan Windy, telapak tangan mereka bersentuhan dengan bantuan Yudha.

Rasanya menakjubkan bisa menyentuh Tama, air mata Windy jatuh dalam sekejap rindunya menguap begitu saja, Tama yang dirindukannya kini disentuhnya, Takjub itulah yang dirasakan Windy.

Tama, Ini Windy.

Tama gugup dan terdiam, telapak tangan Tama tadinya hangat sampai Yudha menariknya. Suhu ditelapak tangan Tama seketika dingin, mungkin karena Tama bersentuhan dengan Windy, roh tanpa wadah.

"Kata Windy, Tama ini Windy."

Air mata Tama jatuh kala ia menarik senyumannya, hatinya sakit, dan rindu memenuhi relungnya.

"Hhhh Windy, ini kakak Wind. Kamu gimana?" Tama berbicara seceria mungkin meski air matanya tidak berhenti untuk jatuh.

"Katanya Windy sakit ngeliat Tama yang sekarang, Windy mau Tama kayak dulu." Yudha menjadi penerjemah diantara mereka.

"Tama yang sekarang itu karena Tama sendiri. Bukan karena Windy, ini salah Tama, Tama minta maaf."

Windy menggeleng dengan keras, ia makin terisak kala mendengar permintaan maaf Tama.

"Harusnya Windy yang minta maaf," Ucap Yudha yang masih setia menjadi penghubung dua insan ini.

"Kata Yudha kamu tidak boleh disini terus Windy, kakak senang Windy disini tapi tempat Windy bukan disini. Windy anak yang baikkan? hem?" Tama berbicara seakan Windy benar-benar di hadapannya.

"Tapi Windy tidak bisa menyebrang kalau Tama masih tidak bisa melihat apa-apa " Yudha mengambil nafas sejenak lagi menatap Windy.

"Tapi Wind, Tama tidak bisa berbuat apa-apa." ujar Yudha ke Windy.

Tapi aku ingin Tama melihat, lalu aku akan tenang Yudha.

"Windy, Kakak juga mau melihat lagi. Kakak mau melanjutkan hidup, tapi tidak semudah itu. Menunggu donor kornea tidak hanya setahun-dua tahun Windy butuh bertahun-tahun. Tama ikhlas dengan keadaan Tama sekarang, yang harus Windy tahu ini bukan karena Windy,"

Yudha merasa bersalah telah beberapa kali melontarkan kalimat tajamnya pada Windy, seandainya dia tahu dua makhluk dihadapannya ini hanya perlu saling bicara seperti ini tentulah Yudha akan senang hati membantunya.

"Windy bilang dia cinta sama kamu Tam."

Mata Windy membulat, Karena Windy tidak mengucapkan sepatah katapun sedari tadi.

Tama tersenyum, "Kakak juga cinta sama Windy, Maaf karena kakak tidak pernah bilang. Karena dulu kita masih muda Wind masih terlalu jauh dari pembahasa seperti itu. Itu juga yang kakak sesali, tidak pernah bilang kakak cinta sama kamu sebelum kamu pergi."

Jawaban Tama membuat beban tak kasat mata di punggung Windy hilang.

Cinta tidak pernah tahu waktu, tiba-tiba datang begitu saja.

Tergantung yang merasakannya mau mengungkap atau memendamnya.

Tapi dari cerita Windy dan Tama, Yudha tahu cinta itu harus di ungkapkan sebelum salah satu diantara yang merasakan cinta itu pergi untuk selamanya.

"Windy kamu tidak ketemu Rasti hari ini?"

Windy memukul jidatnya sendiri, bagaimana bisa ia lupa tujuannya ke rumah Yudha?

Aku lupa Yudha, Tapi Rasti menghilang. Katanya dia akan menyebrang.

🍃🍃🍃

-To be continued-

(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang