Kalah Pada Rindu

5.5K 1.8K 72
                                    

Sometime two people haveto fall apart, to realise how much they need each other - Anonymous

...

Windy di kamar Tama, lagi-lagi rasa rindu mengalahkannya.

Beberapa hari menahan diri untuk tidak menemui Tama membuat Windy sakit sendiri.

Terbiasa didekat Tama membuat Windy tidak bisa terlalu lama jauh darinya.

Tama, Windy rindu

"Topi ku mana yah?" Tama meraba-raba isi lemarinya mencari topi favorit yang selalu ia kenakan berjalan-jalan.

Windy bertanya-tanya mau kemana Tama hari ini?

"Ah, ketemu." Tama memasangnya, mengepaskan topi hitam itu dengan kepalanya, setelah itu Tama kembali meraba nakas mengambil tongkat berjalannya dan mulai keluar kamar.

Ibu regina berhenti bekerja semenjak Tama kehilangan penglihatannya, Ibu Regina lebih senang tinggal di rumah mengurus segala keperluan putra semata wayangnya dan suaminya.

"Tama, mau keluar Ma."

"Eh, Tam. Mau kemana pagi-pagi sekali?" Ibu Regina baru akan memasang celemeknya saat mendengar suara Tama pamit.

"Ke.. emmm, supermarket mau beli lolipop, Lolipop melon Tama habis Ma."

Tama sengaja berbohong ke ibunya agar ibunya itu tidak khawatir, padahal sebenarnya Tama ingin ke danau lagi.

Ibunya sudah melarang agar Tama tidak kesana lagi setelah pulang dalam keadaan yang kacau beberapa hari lalu.

Tapi ada sesuatu yang membuat Tama penasaran.

Tentang Yudha pria yang bilang kepadanya kalau ia bisa melihat Windy.

Sudah empat hari Tama selalu ke danau, berharap Yudha ada disana, tapi nihil.

"Mudah-mudahan dia disana, aku harus bertemu dia bagaimanapun." Tama mengguman sembari membelah jalanan yang penuh misteri didepannya, hanya gelap, Tama cuma bisa merabanya.

Kebiasaan Tama tidak hilang hanya gara-gara hari itu, Tama masih suka menikmati angin. Angin yang selalu mengingatkannya tentang Windy.

"Loh, Tam. Kok kesini? Katanya mau ke supermarket? Kamu bohong yah sama tante Regina?"

Windy mendengus sebal, Pasalnya Tama sejak kecil mengajarinya untuk tidak berbohong terlebih lagi kepada orang tua tapi sekarang malah panutannya itu yang melakukannya.

"Kamu gak boleh bohong! Lagian kenapa sih kamu suka sekali tempat ini Tam?"

"Hhhh apa dia tidak datang lagi?" Tama bermonolog.

"Siapa yang tidak datang? Kamu mencari siapa Tama?"

"Dia juga tidak bilang dia sekolah dimana, harusnya hari itu aku bisa bertanya padanya."

Tama menarik nafasnya dalam-dalam, Ia menyesal karena tidak bisa mengorek informasi dari Yudha hari itu.

"Windy, I wanna see you."

Mata Windy membulat, ia tidak percaya dengan apa yang didengarkannya barusan.

"Tama bilang dia ingin melihat ku? Aku?"

"Entah dia berbohong atau Windy benar-benar ada saat itu, tapi aku akan senang jika ia berkata jujur." Tama kembali merentangkan kedua tangannya saat angin bertiup.

"Windy, Tama rindu."

"Kamu? Kamu Rindu? Ah, Tama. Apa kamu tidak takut pada ku? Aku ini hantu Tama?"

"Apa dia bisa bantu kalau aku bilang aku ingin bicara dengan Windy? Tapi bukannya itu terdengar sedikit gila?"

Segala hal dalam cinta perlu kegilaan Tama, karena pada hakikatnya Cinta itu memang gila.

Cinta dan kegilaannya yang membuat Romeo dan Juliet mati bersama.

Cinta dan kegilaannyapun terlibat di kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jongrang yang minta dibuatkan candi dalam waktu satu malam.

Berbicara dengan arwah mungkin akan menjadi contoh cinta dan kegilaannya selanjutnya.

🍃🍃🍃

Windy berputar-putar didekat Mark membuat pemuda yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya itu pusing.

Sudah seminggu lebih Mark mengenal Windy dalam wujud arwahnya dan baru pertama kali Mark melihat Windy seceria ini.

Dimana hantu bisu yang penuh penyesalan itu pergi?

"Kak, Mark pusing kak." Tegur Mark.

"Tapi aku senang, aku senang Mark."

"Kak Tama? Again?" Windy mengangguk.

Sumber kebahagiannya memang Tama siapa lagi?

"Tama bilang dia ingin melihat ku, Tama bilang ingin bicara pada ku, Tama tidak takut dengan ku Mark."

Langkah Mark terhenti dan menatap Windy dengan tatapan yang sulit Windy artikan.

"Kak, jangan terlalu terbawa perasaan, Jika penyesalan kak Windy berakhir dengan Kak Tama melihat lagi. Lebih baik kakak tidak mengharapkan hal lebih, Karena itu akan membuat Kak Windy lebih sulit untuk menyebrang."

Mark melanjutkan langkahnya, meninggalkan Windy yang masih terpatung di tempatnya.

Apa salah Windy senang karena Tama ternyata memiliki rindu yang sama dengannya? Apa salah-

"Lagi pula Kak Windy bisu, Bagaimana ceritanya kak Tama bisa bicara sama Kak Windy?"

Yah, Itu memang salah sejak awal Windy.

-To be Continued -

(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang