Negativity

4.9K 1.7K 94
                                    

Banyak kejanggalan memang yang dirasakan Windy terhadap Mark, Pertama Mark tidak seperti indigo lainnya-ia tidak seperti Yudha yang bisa menyentuhnya. Mark hanya bisa melihat dan berkomunikasi tidak lebih.

Kedua, Mark bilang ingin membantu Windy namun pada kenyataanya Mark tidak melakukan apa-apa sedangkan Yudha yang menolak membantu Windy malah melakukan segala hal untuknya.

Ketiga, Mark menutupi sesuatu tentang Rasti, tentang Tama, dan tentang banyak hal.

Mark tahu Rasti mau menyebrang?

"Tahu, Mark yang pertama diberi tahu."

Pemuda yang tengah merapikan lemarinya itu terkejut kala angin kencang menutup lemarinya hingga terdengar bunyi BRAK! dari sana.

Tubuh Mark terhempas dan kepala bagian belakangnya menghantam tembok, kakinya menggantung seperti ada sesuatu yang menarik kerahnya namun anehnya Mark tidak melihatnya.

"Siapa kamu? Lepasin saya!" Mark berteriak.

Windy menampakkan dirinya, ketika aura negatif menutupinnya-Windy tidak akan terlihat oleh orang yang benar-benar bukan indigo sejak lahir kecuali atas keinginan Windy sendiri.

"Kak Windy? Apa-apaan ini kak?"

"DIMANA TAMA?"

Windy seperti berteriak sangat kencang meski tanpa suara di hadapan Mark, kini Windy tidak seperti Windy yang dikenalnya. Windy terlihat lain.

"Kakak gak boleh kayak gini, Kakak harus tenang. Kakak gak boleh jadi roh jahat!"

"DIAM KAMU, MANA TAMA?"

Windy mengangkat tubuh Mark lalu menghempaskannya dengan keras kearah lantai.

"Uhuk uhuk!" Mark terbatuk karena benturan didadanya.

"Kamu menyembunyikan Tama, dimana Tama? Kembalikan Tama ku Mark kembalikan!"

"Mark berusaha bantuin kakak di sini, Kak Windy harus sadar kak Windy cuma punya 5 hari, kak Windy gak boleh emosi seperti ini."

"Mana Tama?"

Bruk!

Sekali lagi Mark menghantam lemari pakaiannya sendiri.

"Emosi kakak harus diredam, sudah Mark bilang jangan mengarapkan Kak Tama seperti ini! Kak Windy akan sulit untuk menyebrang karena keinginan kak Windy bukan cuma membuat kak Tama melihat, tapi kak Windy punya keinginan memiliki kak Tama."

Windy terdiam, rahangnya yang mengeras perlahan melemah. Entah mengapa yang dikatakan Mark itu benar, setelah Tama mengatakan Tama juga mencintai Windy rasa ingin memiliki Tama memang tumbuh namun Windy tidak menyangka efeknya akan seperti ini.

"Hubungan antara Hantu dan Manusia tidak akan pernah berhasil, Camkan itu kak! Uhuk Uhuk." Mark kembali terbatuk.

"Aku.. aku..."

"Mark berusaha membantu kak Windy menyebrang, kakak baik, kakak tidak boleh jadi energi negatif, Mark sayang sama kak Windy kak, sekarang Mark sedang berjuang. Jadi tunggu."

Kaki Windy melemah, ia terduduk. Matanya masih setia menatap Mark yang mencoba untuk bangkit sembari memegangi dadanya yang sakit karena perlakuan kasar Windy.

"Mark, Mark!" Suara Yudha yang menerobos masuk kerumah Mark mengalihkan perhatian keduanya.

Denga nafas tak teratur dan langkah yang tegopoh-gopoh Yuda membuka pintu kamar Mark dan berlari mengampiri Mark.

"Kamu gak apa-apakan?" Mark mengangguk.

Setelah memastikan Mark tidak apa-apa Yudha kini mencari sosok arwah tanpa wadah itu dan Yudha menemukannya di sudut kamar Mark.

"Auranya semakin negatif, waktunya tidak banyak." Ujar Yudha yang di angguki oleh Mark.

"Apa tidak ada cara agar arwah bisa menyebrang tanpa menyelesaikan penyesalannya?"

Sayangnya tidak ada. Satu-satunya jalan adalah menyelesaikan penyesalannya hingga hari ke 1000 kematiannya.

Jika sebuah penyesalan tidak selesai dalam jangka waktu 1000 hari maka arwah itu sudah memilih jalannya sendiri untuk tetap disini, sampai kiamat, menjadi negatif selamanya.

-To be continued-

(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang