Die Young

5.1K 1.6K 255
                                    

"Aku anterin kamu balik ke kamar ya?" Yudha dengan sigap mendorong Rasti kembali ke kamarnya meski gadis itu menolak dengan dalih ingin melihat Tama dari dekat.

Namun kini di pikiran Yudha hanya mendatangi Tama dan meminta penjelasan apa maksud dari semua ini.

"Ah, Yudha aku gak mau ke kamar aku juga mau lihat Tama." Rengek Rasti.

"Enggak, kalau semuanya sudah selesai kita akan bareng-bareng kesana. Yah,"

"Tapi-" Kalimat Rasti terpotong kala Yudha mengangkat tubuh ringkihnya dan membaringkannya ke bangsal, pemuda itu dengan sigap berlari kecil ke arah pintu ruang perawatan Rasti.

"Eh, Lupa" Yudha kembali masuk dan memberikan setangkai tulip pada Rasti, Rasti tersenyum bersamaan dengan keluarnya Yudha dari sana.

Kini Yudha kembali ke Taman rumah sakit mencari arwah Windy yang tadi ia tinggalkan di sana.

"Windy!" Teriak Yudha sembari mengedarkan seluruh pandangannya mencari hantu bisu itu.

"Windy!" Namun nihil, Yudha tidak menemukan Windy dimanapun.

Yudha memilih menyusuri lorong rumah sakit tempat dimana ia melihat Tama dengan ibunya tadi.

Sebenarnya Yudha juga tidak menyangka menemukan Tama di sini, tak hanya itu Yudha juga penasaran dengan apa motif Tama pergi dari Windy.

"Hhhhhhh mana tadi ya?" Yudha mengatur pernafasannya karena lelah berlarian mencari Tama namun Yudha tidak menyerah ia harus menemukan Tama setidaknya demi Windy.

"Misi sus, liat cowok yang semuran saya gak? Rambutnya hitam, terus tingginya setelinga saya, orangnya kurus dan dia tuna netra?" Yudha menahan seorang suster yang lewat dihadapannya.

"Maaf Mas tapi saya gak lihat,"

"Oh, iya makasih sus."

Yudha berkacak pinggang, ya ampun rumah sakit ini sangat luas dan rasanya mustahil Yudha untuk mengelilinginya dan mencari satu orang. Hingga Yudha berinisiatif menemui Inggita yang kebetulan magang disini.

"Siapa namanya?"

"Tama, Pratama Langit Hadiputra."

Inggita mengetikkan nama Tama di komuter di hadapannya, beberapa data tentang Tama muncul-Gadis itu membacanya dengan saksama.

"Tama itu pasien dokter Azka specialis mata rumah sakit ini."

"Ah, jadi dia control? Apa disitu tidak ada alamat Tama?"

Inggita mengangguk namun alamat yang tertera di sana hanya alamat Rumah Tama yang sudah kosong, Yudha putus asa.

"Tapi Yudh, Tama ini sekarang dalam perawatan intensif dokter Azka dia dalam persiapan operasi mata."

Jawaban Inggita sukses membuat Yudha membuka mulutnya tidak percaya.

"Operasi Mata? Maksudnya?" Yudha mengangkat satu alisnya.

"Di sini tidak dicantumkan siapa yang menyumbangkan koroneanya, atau mungkin belum ada? Tapi disini Tama memang dalam persiapan operasi. Biasanya seminggu atau beberapa hari sebelum operasi pasien memang harus tinggal di rumah sakit dan dalam pengawasan dokter ahlinya."

Tanpa mendengarkan penjelasan Inggita yang lengkap Yudha sudah kembali berlari, semua lokasi yang mungkin dikunjungi Windy terlist dalam kepalanya.

Rumah Tama, rumahnya, rumah Mark dan yang terakhir didanau.

Memang agak sedikit membingungkan namun ini seperti berita yang bagus untuk Windy, Setidaknya ini adalah harapan untuk Windy bisa menyebrang.

"Auh!" Yudha ditambrak para perawat yang mendorong sebuah bangsal dengan kecepatan yang luar biasa, diatasnya terbaring seseorang dengan penuh darah.

"Dia kenapa sus?" Tanya seorang ibu-ibu yang penasaran dengan kepanikan yang terjadi dilorong rumah sakit kala itu.

"Korban bunuh diri bu, dia meloncat dari sebuah jembatan penyebrangan dan dihantam mobil yang melintas di bawahnya."

Yudha merinding, disaat arwah-arwah yang sering menganggunya ingin hidup kembali ada saja manusia bodoh yang ingin membunuh dirinya sendiri.

"Mark, huhuhu Anak saya mana suster. Anak saya Mana? Mark ya ampun nak!" Tangisan ibu itu pecah dan mengejar bangsal yang baru masuk tadi.

Yudha membatu.

"Mark?"

Seketika pecahan-pecahan teka-teki di kepala Yudha tersambung menjadi satu bagian meski tanpa penyelesaian.

Tama menghilang setelah berbicara lama dengan Mark, Mark bilang ia ingin membantu Windy menyebrang, Inggita bilang Tama dirawat dalam persiapan operasi mata namun belum tertulis nama pendonornya, Mark bunuh diri?

Teka-teki macam apa ini? Yudha tidak ingin memikirkannya sendiri, Windy harus tahu ini.

Tapi, Apa Mark benar-benar bunuh diri? Atau Windy yang sudah hampir di liputi energi negatif itu-

-To be continued-

(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang