Sometime I keep my feelings to my self - Rasti
...
"Kenapa kamu tidak kembali ketubuh kamu?"
Rasti mengulas senyumnya kearah Mark yang kini berdiri tepat di hadapannya mengajukan berbagai pertanyaan yang kadang Rasti jawab hanya dengan senyum, anggukan atau gelengan.
"Kamu bisakan kembali kesana Rasti?" Mark menunjuk tubuh Rasti yang lengkap dengan berbagai alat peralatan yang menunjang kehidupannya.
"Bisa, sangat bisa. Kamu tahu? Aku terkadang masuk kembali, lalu keluar lagi. Aku pernah sadar beberapa kali dan kembali koma lagi." Benturan saat kecelakaan dua tahun lalu yang dialami Rasti membuat tubuhnya tidak berdaya dan hanya berbaring di salah satu bangsal.
Rasti seperti Mati tapi hidup, Hidup tapi sesungguhnya Mati.
"Aku sadar saat aku keluar, aku menjadi bebas. Aku senang Mark, tapi tidak untuk orang tua dan sahabat-sahabat ku. Mereka menangis, saat itu aku sadar aku harus hidup, tapi hidup ku tidak membuat aku senang."
Mark menatap Rasti dengan tatapan penuh tanya, di saat Windy sangat ingin hidup kembali, Rasti seakan malah ingin mati.
"Tapi aku heran bagaimana bisa, kamu punya kehendak seenaknya untuk masuk dan keluar dari raga kamu?"
Rasti tertawa, "hebat kan?" Godanya. Mark ikut tertawa, Rasti tidak bisa untuk diajak berbicara serius lebih dari 10 menit.
"Aku bertemu seseorang yang mengaku dirinya malaikat, dia bilang aku punya waktu 1000 hari untuk menentukan mau hidup atau mati? Dalam kurun waktu itu aku bebas untuk masuk atau keluar raga ku, tapi hanya 10 kali aku sudah menggunakan 9 kesempatan. Dan aku masih belum bisa memilih sampai sekarang."
"Apa karena Yudha?" Rasti mengangguk, Yudha seseorang yang selalu dikaguminya sejak lama dan Rasti baru bisa dekat dengannya saat ia telah menjadi arwah tanpa raga dan itu sebuah keajaiban.
"Katanya kalau aku memilih mati, aku akan diberi waktu 1000 hari lagi jadi arwah, lalu menyebrang. Tapi kalau aku memilih hidup aku akan melupakan segala yang terjadi, aku tidak akan mengingat percakapan kita, mengingat Windy dan mengingat Yudha."
"Pilih hidup Rasti."
"Kenapa? Seharusnya kamu menyuruh aku untuk memilih mati, agar kornea ku bisa digunakan Tama, dan Windy menyebrang. Dan aku bisa tetap bersama Yudha setidaknya 1000 hari."
Mark tersenyum lalu membelah rambutnya sendiri dengan kedua tangannya lalu menghela nafas kasar.
"Setidaknya kalau kamu hidup. Kamu bisa memperjuangkan Yudha, orang tua dan sahabat-sahabat kamu juga tidak akan merasakan sakitnya kehilangan kamu."
"Tapi Windy-"
"Kak Windy biarlah jadi urusan ku, kamu harus hidup. Tempat mu bukan di sini."
🍃🍃🍃
Mark memijat keningnya lelah saat diatas taksi melihat Windy yang sudah berjongkok digerbang rumahnya menyambut kedatangannya.
Harusnya Mark disambut dengan senyuman hangat ibunya bukan senyum menyeramkan wajah pucat Windy.
"Kok gak masuk?"
Nungguin Mark. Windy seketika bangkit saat melihat Mark sudah berdiri diahadapannya.
"Kenapa mukanya kakak dilipet gitu?" Mark mencibir dalam hati wajah pucat Windy yang melengkukan bibirnya kebawah, sudah jelek tambah jelek Gumamnya.
Sedih, Rasti benar-benar menyebrang.
"Kan sudah seharusnya."
Mark tahu Rasti mau menyebrang? Mark mengangguk.
"Tahu, Mark yang pertama diberi tahu." Tentu Mark tahu tapi bukan menyebrang ke surga tapi menyebrang dari alam roh ke alam manusia.
Tapi teman Rasti kan Windy dan Yudha.
Windy makin tidak terima, Windy memanyunkan bibirnya merasa tidak dianggap padahal dia sudah sedih setengah mati.
"Rasti tidak ingin kalian sedih kehilangan dia, tolong ikhlaskan saja. Sekarang Rasti itu sudah bahagia." Mark mengacak puncak kepala Windy meski tangannya itu hanya menggantung di udara.
"Ayo masuk, kak Windy masih punya Mark."
Mungkin Mark salah, karena tujuan utamanya adalah membantu Windy menyebrang, menyelesaikan penyesalannya. Tapi Mark tidak akan tega membunuh satu nyawa yang terlalu baik.
Rasti memilih jalan yang terbaik untuk tetap hidup.
-To be continued-
(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT
Teen FictionSebelum pergi untuk selama-lamanya, Windy punya satu permintaan kecil. Yaitu mengatakan i'm sorry and i love you pada Pratama Langit Hadiputra. Tapi bagaimana? She's life in a silent forever.