Sinb POV
Aku terbangun karena mimpi yang sama, kesekian kalinya juga aku berharap itu semua bukan mimpi. Mataku mengedarkan sekeliling ruangan, bagaimana bisa aku memipikan hal yang sama?
Jam wekker ku juga tidak berbunyi pagi ini, setelah membersihkan tubuh aku turun untuk sarapan dengan eomma saja. Appa sedang ada tugas di luar kota untuk beberapa hari.
"eunbi-yah?" panggil eomma, memang hanya orang tuaku yang memanggil nama asliku walaupun jarang. "hmm?"
"ani, cepat sarapannya nanti terlambat"
"aish, bilang saja eomma merindukkan appa" ledekku.
Mengikat tali sepatu dan keluar dari rumah. Aku berhenti dan menghadap langsung ke rumah tingkat dua di seberang.
Keadaannya seperti biasa hanya hubungan kami yang tidak biasa. Memejamkan mata berharap ada Jungkook dan dia mengajakku berangkat bersama. "apa yang kulakukan" gumamku menghela nafas panjang dan mempercepat langkah menuju halte.
Sudah ada bus disana dan pintunya hampir tertutup. "andwee!! Ahjussi!!".
Keadaan bus sangat ramai hari ini, bahkan aku sangat sulit untuk masuk.
Tanganku berpegangan pada bangku dan tas punggung ku taruh di depan dada. Tidak ada salahnya berjaga-jaga bukan?
Beberapa kali bus mengerem dan hampir membuatku jatuh, kalau begini terus aku bisa mabuk. Banyak aroma bercampur disini.
Penumpang laki-laki mengelilingiku membuat semakin was-was. Hingga aku merasa bergidik saat pahaku perlahan tersentuh. Awalnya aku kira itu tidak sengaja tapi semakin lama sentuhan itu mendekati ujung rokku.
Menggigit bibir bawah aku berharap ada malaikat yang dikirim Tuhan untuk membantuku sekarang. Terlalu takut untuk melihat, tiba-tiba tubuhku tertarik menjauh dari tempat pijakan.
Menyenggol beberapa penumpang dan aku perlahan membuka kedua mata. "memang malaikat" gumamku mendongakkan kepala.
Jungkook POV
"Jungkook" setelah gadis itu menyebut namaku, aku langsung berjalan cepat keluar dari kamar. Mengatur nafas takut orang itu sadar akan keberadaanku.
Masih di balik pintu menunggu orang yang selama ini menganggapku mimpi keluar.
Hingga langkah kakinya terdengar aku buru-buru turun kebawah dan tidak lupa memberi salam. "annyeong sungmo" aku membungkuk, "Jungkook, mau sampai kapan kau melakukan ini"
"mollayo, seperti biasa ini rahasia kita nyonya Hwang" membungkuk lagi juga tersenyum dan keluar dari rumah yang bersebrangan dengan rumahku.
Ya rumah Hwang Eunbi. Tiap pagi aku memang sering masuk ke kamarnya, mencoba memperbaiki hubungan kami. Tapi melihat wajahnya mengingatkanku pada Eunseo, Jackson dan apa yang ia lakukan selama ini.
Menatap langit yang begitu cerah pagi ini, sangat berbeda dengan apa yang kurasakan. "seandainya hatiku bisa secerah hari ini".
Tiap kerumahnya aku sengaja mematikkan jam wekker, berjaga-jaga agar jam itu tidak berbunyi di saat yang salah.
Aku merasakan pusing di plipis dan menyentuhnya pelan. Karena terkena bola kemarin kepalaku jadi benjol. "rasanya berat sebelah" gumamku menaiki bus yang sudah berhenti manis di halte.
Aku memiringkan tubuh saat masuk ke dalam bus yang mulai ramai itu, apa mobil mereka rusak bersamaan? Bus lebih ramai dari biasanya.
Beberapa kali supir bus mengerem membuat seisi bus bergerak kesana kemari. Aku memasang earphone. Memutar lagu untuk ditampilkan saat ulang tahun yayasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Love (SinKook)
Fiksi Penggemar[Complete] 13 Mei - 5 Juni "aku tidak mungkin merebutnya dari sahabatku sendiri" -Sinb 🌦 "haruskah aku jujur? Atau menerima orang yang sudah jelas menyukaiku?" -Jungkook 🌥 "aku menyukainya dan ini pertama kalinya" -Eunseo 🌈 "dia adalah seseorang...